Artikel

Selasa, 25 Desember 2012

“NEO-SOCIALISM IN LATIN AMERICA”




Oleh: Nur Bintang*

“Ketika kapitalisme menjerit akibat krisis ekonomi berkepanjangan seperti yang dialami Amerika Serikat dan Eropa Barat sekarang justru kini telah menjadi bumerang ketika ide-ide neo-sosialisme hadir menuju kebangkitan!”



Kini di awal abad millennium ini nampak terjadi perubahan sosial politik dalam peta geopolitik besar-besaran di dunia khususnya persaingan hegemoni diantara negara super power China melawan dominasi Amerika Serikat pasca runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Bangkitnya kekuatan ekonomi baru seperti Brasil, Rusia, India, dan China serta Indonesia yang juga disebut-sebut sebagai raksasa ekonomi dunia baru yang mulai bangkit dari tidurnya. Selain itu, juga terjadi perubahan peta geopolitik di kawasan Amerika Latin. Amerika latin yang dahulu selalu tunduk dengan Amerika Serikat melalui paket bantuan IMF dan World Bank (kecuali Kuba) kini berubah drastis. Spirit sosialisme kini bangkit di kawasan negara Amerika latin. Kebangkrutan dan krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara Amerika latin seperti Argentina akibat menjalankan kebijakan dari IMF telah menggugah masyarakat di Amerika latin untuk memilih pemimpin populis yang berhaluan sosialis yang tegas menentang agenda neo-liberal melalui lembaga-lembaga donor sponsor IMF. Hal yang kini menjadi sorotan dunia adalah negara Venezuela dan Bolivia selain Kuba yang sudah lebih dahulu menjadi sorotan dunia di masa kepemimpinan revolusioner Fidel Castro yang dibantu Che Guevara dalam menentang kapitalisme negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Ada romantisme yang ingin dirasakan negara-negara Amerika Latin dalam menyuarakan aspirasi perjuangan sosialisme seperti apa yang sudah diperjuangkan oleh "Che Guevara" seorang pejuang militan revolusioner Kuba yang tewas ditembak mati ketika berjuang menyebarkan paham sosialisme di kawasan Amerika Latin dengan membantu para pemberontak penentang pemerintah pro Amerika Serikat di Bolivia dan "Fidel Castro" seorang pemimpin Kuba yang sangat fenomenal dan keras menentang setiap langkah kebijakan geopolitik Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Amerika Latin serta sosok pesona dan kharisma dari "Presiden Soekarno" dari Indonesia dulu yang berhasil membebaskan Asia, Afrika, dan Amerika latin dari belenggu penjajahan kolonialisme Eropa Barat serta mendengungkan paham sosialisme ke seluruh dunia dalam usaha melawan paham imperialisme penjajahan kapitalis Barat (Amerika Serikat dan Eropa Barat) dengan menggagas Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 yang dimana saat itu tokoh ikon revolusioner sosialisme Kuba yang sangat mendunia yakni 'Che Guevara' ikut hadir berkunjung ke Indonesia atas undangan Presiden Soekarno.



Presiden Venezuela: Hugo Chavez

Neo-sosialisme di Amerika latin dewasa ini nampak dipelopori oleh Hugo Chavez (Presiden Venezuela) yang menjabat pada tahun 1999 dan Evo Morales (Presiden Bolivia) yang menjabat pada tahun 2006 yang masih berdarah pribumi Indian serta kemudian berkembang luas kepada negara-negara Amerika latin di sekitarnya seperti Brasil dan Paraguay. Hugo Chavez bahkan secara terang-terangan menyatakan bahwa beliau menentang hegemoni Amerika Serikat di kawasan Amerika latin dengan berusaha mengimbangi posisi kedudukan politik luar negerinya dengan melakukan hubungan persahabatan diplomatik dengan musuh politik luar negeri Amerika Serikat yaitu Kuba, Iran, dan Rusia. Hugo Chavez terinspirasi spirit perjuangan Simon Bolivar (1783-1830), pahlawan Venezuela yang terpengaruh pemikiran filsafat pembaharu dalam revolusi Perancis seperti Rousseau, Voltaire, dan Montesquieu untuk merdeka dan mengusir penjajahan kolonialisme bangsa Spanyol di kawasan Amerika Latin, perjuangan Che Guevara (1928-1967) dalam memperjuangkan sosialisme di kawasan Amerika Latin, dan juga sosok Presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno (1901-1970) yang dianggap turut andil dalam memperjuangkan sosialisme dan mempersatukan bangsa-bangsa dunia ketiga (Asia, Afrika, Amerika latin) untuk merdeka dan lepas dari hegemoni kolonialisme penjajahan negara-negara kapitalis Eropa Barat pada akhir Perang Dunia ke-2.  

Presiden Ir. Soekarno bersama Che Guevara

Neo-sosialisme yang diusung oleh negara-negara di kawasan Amerika latin sangat berbeda dengan model sosialisme kolot yang diusung negara Kuba yang diktaktor revolusioner, anti-kapitalis, dan anti-demokrasi. Neo-sosialisme Amerika Latin dewasa ini adalah wujud sosialisme demokrasi hingga sampai pada tataran akar rumput, dengan memperjuangkan keadilan sosial kelas bawah hingga menengah, menentang segala bentuk praktek monopoli dalam kegiatan ekonomi, melakukan proteksi industri dalam negeri (nasionalisme kapitalis), kemandirian bangsa, serta mengamankan kewibawaan negara dari tekanan intervensi negara-negara industri maju khususnya negara-negara Barat (Amerika Serikat dan Eropa Barat).  Kebijakan Hugo Chavez yang sangat kontroversial adalah berusaha menasionalisasi perusahaan-perusahaan tambang minyak multinasional milik negara-negara Eropa Barat yang beroperasi di Venezuela dan juga mengambil alih tanah-tanah milik orang kaya dan lahan pertanian tidak produktif atas nama negara untuk diberikan dan dibagi-bagikan kepada rakyat miskin di negaranya, serta memborong persenjataan super canggih buatan Rusia untuk menandingi kekuatan militer geopolitik Amerika Serikat. Presiden Evo Morales dari Bolivia juga mencetuskan kebijakan kontroversial dengan  memperjuangkan nasib petani koka di negaranya karena koka (bahan mentah yang digunakan untuk membuat kokain) memberikan pemasukan devisa besar untuk negara Bolivia di tengah ancaman Amerika Serikat melalui agen-agen CIA dan FBI yang berusaha menghapuskan perdagangan ritel narkoba di kawasan Amerika Latin. Evo Morales menganggap bahwa daun koka bukanlah narkoba jika diatur konsumsinya sesuai pada kadar porsinya dan penanaman koka sendiri sudah menjadi bagian tradisi kebudayaan suku Indian kuno di Bolivia sejak 1000 tahun yang lampau (Perdagangan kokain dan obat bius sudah menjadi pemasukan devisa besar di kawasan negara-negara Amerika Latin selain hasil alam minyak bumi dan gas terutama bagi negara Kolombia dan negara Meksiko yang dimana para mafia gembong narkoba Amerika Latin ini banyak berkumpul dan melakukan bisnis ritel perdagangan narkoba dengan menyelundupkan kokain dengan tujuan menembus pasar ke Amerika Serikat). Pelopor progresif neo-sosialisme di Amerika latin seperti Hugo Chavez dan Evo Morales sangat membenci kejahatan korporasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional Amerika Serikat dan Eropa Barat yang dianggap merugikan negaranya serta berusaha melawan kebijakan internasional yang ditetapkan oleh IMF, World Bank, dan WTO yang mereka anggap sebagai kejahatan kapitalisme yang telah menghisap kekayaan alam di Amerika Latin tanpa memberi kompensasi sama sekali terhadap rakyat di negaranya sehingga berakibat makin banyaknya kerugian dan jumlah laju angka kemiskinan yang harus ditanggung rakyat di kawasan Amerika Latin akibat kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan negara-negara Barat terutama Amerika Serikat dan sekutunya. 

Kebijakan neo-sosialisme nampak berbeda dengan apa yang dilakukan Brasil di bawah kepemimpinan Presiden Lula da Silva yang menjabat pada tahun 2003 dan lebih mengedepankan ide-ide sosialisme yang pragmatis dan modern. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan Presiden Lula da Silva selama menjabat menjadi Presiden di Brasil melalui kendaraan politiknya yakni Partai Buruh di Brasil yang beraliran politik sosdem: social demokrat (bila di negara-negara Eropa Barat terutama pada negara-negara Eropa Skandinavia lebih dikenal dengan istilah  istilah 'Welfare State' atau 'negara kesejahteraan') yang terpengaruh semangat ide ‘teologi pembebasan’ di Amerika Latin, pengaruh pemikiran aliran trotsky, dengan menggabungkan unsur ide-ide sosialisme dengan ide-ide kapitalisme secara modern-pragmatis dan cenderung menghindari cara-cara revolusioner progresif seperti apa yang sudah dilakukan Kuba, Venezuela, dan Bolivia. Brasil di bawah kepemimpinan Presiden Lula da Silva terlihat masih menjalankan strategi ekonomi Neo-Liberal walau masih dalam tataran semangat sosial demokrat yang sangat mengedepankan proses demokrasi di setiap pengambilan keputusan dan memberi perlindungan jaminan sosial terhadap rakyat miskin dan kesejahteraan buruh sebagai bentuk kompensasi tanggung jawab kapitalisme perusahaan di tengah keterbukaan Brasil terhadap investasi dari negara-negara industri maju sembari berusaha tetap memajukan industri dalam negerinya. Hal tersebut memang masih belum memberi kepuasan kepada rakyat di Brasil yang menginginkan reformasi sosialisme secara menyeluruh tetapi hal ini bisa ditepis oleh Presiden Lula da Silva dengan berhasil memajukan Brasil menjadi kekuatan ekonomi baru dunia di kancah ekonomi internasional bersama Rusia, India, dan China yang mengalami laju perkembangan pertumbuhan ekonomi secara positif di dunia. Nampaknya, ide-ide kolot sosialisme di kawasan Amerika Latin seperti model  diktaktor revolusioner yang anti-demokrasi dan anti-kapitalis (negara sebagai sentral) seperti yang dijalankan Kuba di masa kepemimpinan Fidel Castro (1976-2008) kini sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat di kawasan Amerika latin kini lebih mendambakan proses demokrasi dalam memperjuangkan sosialisme dan menumbuhkan semangat 'nasionalisme kapitalis' dengan membangun industri dalam negerinya agar bisa bersaing dengan produk-produk industri dari luar negeri. Bisa dibilang neo-sosialisme adalah bentuk revisi dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan sosialisme selama ini. 

Saya kemudian langsung berpikir panjang seandainya Che Guevara (1928-1967) kini masih hidup pasti merasa heran, sakit hati, atau bangga ketika foto gambar dirinya sebagai ikon pemberontakan sosialisme telah menjadi asset dari perusahaan-perusahaan kapitalis untuk meraih oplah keuntungan yang sangat besar dengan menjual foto-foto gambar dirinya dalam bentuk poster, kaos, topi, pernak-pernik kepada para anak-anak muda di seluruh dunia. Jadi kenyataannya, ternyata sosialisme bisa dikapitaliskan juga! lalu kebenaran tesis dari Francis Fukuyama., Ph.D. (ilmuwan sosial Japanese-American yang ahli dalam kajian bidang politik internasional lulusan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat) dalam buku karyanya The End of History?” yang terbit tahun 1989 dimana Francis Fukuyama., Ph.D. telah menyatakan pendapat analisisnya mengenai kemenangan kapitalisme atas sosialisme tetapi kini justru terbantahkan dan terbalik ketika negara-negara penganut kapitalisme terutama Amerika Serikat dan Uni-Eropa pada tahun 2008 hingga sampai saat ini masih menderita jurang krisis ekonomi parah dengan macetnya pembayaran kredit dari kegiatan perekonomian rakyatnya dan bangkrutnya kota yang menyatakan pailit sedangkan negara-negara penganut neo-sosialisme kini hadir menuju awal kebangkitan. Tanya kenapa...?[]
*Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sumber Referensi:


-Michael Newman. (2006). “Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif atas Neoliberalisme”. Terjemahan: Eko Prasetyo Dharmawan. Yogyakarta. Penerbit: Resist Book.
-Rupert Woodfin dan Oscar Zarate. (2008). “Marxisme Untuk Pemula”. Yogyakarta. Penerbit: Resist Book.
-Stuart sim dan Borin van loon.  (2008). “Memahami Teori Kritis”. Yogyakarta. Penerbit: Resist Book.
-id.wikipedia.org

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus