Artikel

Rabu, 24 April 2013

"THE EDITOR: MERANTAU DI JAKARTA"



Ditulis oleh: Nur Bintang*



"Sekali layar terkembang, pantang untuk diturunkan!"
(Pepatah Indonesia)


Lebih baik hidup susah di perantauan ketimbang 
hidup susah di kampung halaman
hingga sampai berhasil menjadi orang!


Kebanyakan anak-anak usia sekolah setiap ditanya cita-cita setelah besar nanti maka kebanyakan akan menjawab ingin menjadi dokter, tentara, guru, polisi, pengacara, atau bahkan insinyur namun tak pernah ada yang terbesit untuk menjadi editor buku.. yeah this is now about my job… Saya sendiri tak pernah terbesit dalam pikiran untuk berprofesi menjadi ‘editor buku’ di sebuah perusahaan penerbitan buku nasional di Jakarta. Sebelumnya saya dulu juga mempunyai pengalaman bekerja secara freelance dan bahkan join di beberapa LSM pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS baik di Kota Purwokerto maupun di Kota Yogyakarta sebagai social researcher (peneliti sosial). Pengalaman yang pasti sama dirasakan oleh seperti kebanyakan kawan-kawan saya yang lain setelah berhasil menyelesaikan studi kuliah adalah mencari pekerjaan dan beberapa kawan-kawan saya yang lain ada juga yang berusaha mandiri dengan menjadi pengusaha walaupun masih dalam bentuk usaha skala kecil-kecilan dengan modal usaha masih butuh bantuan dari orang tua. Kalo menurut hemat saya, untuk menjadi pengusaha tidaklah perlu harus sekolah sampai mencapai jenjang tinggi melainkan yang lebih diutamakan adalah semangat kesabaran dan ketekunan ketika menjalankan kegiatan bisnis usahanya apapun jenis latar belakang pendidikannya. Ya.. this is about way of life karena semua manusia memiliki ambisi tujuan dan jalan hidupnya sesuai kompetensi bidangnya masing-masing. Mumpung masih muda, saat ini saya berusaha mencari pengalaman dan ilmu sebanyak-banyaknya dengan pergi merantau dan mencari kerja di luar kota tanah kelahiran sendiri untuk melihat hal-hal dunia baru dengan tujuan mengumpulkan modal buat membuka usaha suatu saat nanti.

Awal kedatangan saya ke Jakarta adalah ketika menerima panggilan lowongan CPNS dosen di sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Jakarta. Hati saya senang bukan main kala itu, yah itu karena tujuan saya sekolah sampai jenjang tinggi pascasarjana S2 tidak lain adalah karena saya ingin menjadi seorang dosen pengajar di universitas negeri (syarat untuk menjadi dosen minimal harus memiliki ijazah S2). Setelah berjuang cukup lama mengumpulkan beberapa berkas administrasi on line via internet dan registrasi lewat pos yang bisa dibilang saya hanya punya tenggang waktu relatif sangat sedikit karena info pengumuman CPNS dosen sengaja dibuat terbatas oleh pemerintah pusat dengan bertabrakan waktunya dengan momen suasana menjelang liburan akhir bulan Ramadhan (lebaran) tahun 2012. 

        Setelah semua pemberkasan sudah dikirim akhirnya panggilan ujian tes diumumkan dan saya berhasil lolos untuk tahap kelengkapan administrasi dan berhasil menyisihkan beberapa peserta lain yang dianggap tidak lengkap dalam pemberkasan oleh kementerian pendidikan di Jakarta. Namun perjuangan saya tidak berhenti sampai disitu karena masih ada ujian sebenarnya yaitu ujian tes tertulis dimana saya masih harus bersaing dengan peserta kandidat calon dosen lain yang melamar pada jurusan yang sama yaitu jurusan sosiologi (kebetulan waktu itu lowongan dosen yang disediakan untuk jurusan sosiologi hanya 1 kursi saja). Jujur saja, saya sudah belajar persiapan ujian CPNS dosen sudah jauh-jauh hari setelah saya lulus S2 dari Universitas Gadjah Mada. Semua saya pelajari dari UUD 1945 dan pancasila, sejarah Indonesia dan dunia, bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, dasar-dasar logika, semua saya pelajari sampai titik darah penghabisan. Semua saya persiapkan sebagai bekal untuk lolos tes CPNS dosen..!!! 

        Ujian CPNS tahun 2012 bisa dibilang sebagai awal uji coba aturan baru dari pemerintah karena untuk pertama kali ujian CPNS diadakan secara serentak bersamaan waktunya di seluruh Indonesia dengan memasang  passing grade score kelulusan. Hal ini sangat berbeda dengan penerimaan CPNS tahun lalu yang hanya berdasarkan kuota formasi tanpa ada syarat passing grade score bahkan pengumuman nilai hasil tes ujian CPNS 2012 ternyata harus berdasarkan masing-masing hasil nilai sub tes dan bukan hasil nilai total rata-rata dari jumlah keseluruhan sub tes seperti hasil ujian tes tahun lalu dan sayangnya hal tersebut diumumkan sangat terlambat yaitu setelah pengumuman kelolosan peserta ujian tes tahap 1 dengan jeda waktu yang agak lama sehingga sempat membingungkan para peserta tes yang hendak melanjutkan ke tes akhir tahap 2 bahkan setelah nilai keluar kami (para pelamar) juga masih belum tahu status kelulusannya sambil tetap memantau sekaligus menunggu pengumuman kelulusan lagi dari pemerintah pusat bahkan ada salah satu daerah yang salah memberikan pengumuman kelulusan tes akibat salah menafsirkan pengumuman kelulusan tes dari pemerintah perihal nilai kelulusan masing-masing sub tes atau nilai kelulusan dari jumlah total nilai rata-rata  keseluruhan sub tes. Bisa dibilang ujian CPNS 2012 kemarin masih terlihat carut-marut dengan mundurnya beberapa kali pengumuman hasil seleksi tes tahap 1 sampai hampir satu bulan lamanya bahkan pembukaan website pengumuman di internet sering mengalami kesalahan teknis karena tidak bisa diakses oleh para pelamar peserta tes lain (saya mengakui secara gentleman bahwa ujian CPNS dosen saat itu memang belum menjadi jodoh saya karena semakin baiknya para kandidat pelamar dalam persaingan dunia kerja namun ada kepuasan dari saya karena sudah bisa berkompetisi mengikuti ujian secara sportif).

Setelah selesai mengikuti ujian tes CPNS (kembali flashback sejenak) walau dalam hati kesal juga karena pengumuman tes tahap 1 sempat beberapa kali diundur dari jadwal semula bahkan hampir membuat saya selama satu bulan lebih terkatung-katung hanya menunggu kepastian di Jakarta dan memaksa saya untuk sementara menginap di rumah famili di Jakarta. Ketika giliran pengumuman tiba saya heran bukan main bahwa para pelamar dosen jurusan saya (sosiologi) di universitas tersebut ternyata tidak ada yang lolos satupun untuk berhasil masuk ke seleksi tahap berikutnya yaitu tes akhir tahap 2 padahal ada juga pelamar lain yang merupakan jebolan lulusan universitas dari luar negeri namun juga belum bernasib baik untuk dapat lolos. 

       Dari tiga sub tes ambang passing grade score kelulusan, saya memang menang dan berhasil di dua sub tes lain tetapi ada nilai satu sub tes yang tidak berhasil padahal hanya memiliki selisih tiga angka dari batas standar passing grade score kelulusan sub tes yang sudah ditetapkan kementerian pendidikan saat itu. Padahal jika tiga nilai hasil sub tes saya dijumlahkan secara total maka nilai rata-ratanya bisa dikatakan tergolong cukup tinggi dari ambang batas passing grade score kelulusan nilai rata-rata total semua sub tes yang ditetapkan ideal menurut standar kementerian pendidikan saat itu. Namun apa daya, ada kebijakan baru yang mendadak saat itu yang mengharuskan peserta yang lolos adalah peserta yang nilainya mencukupi batas passing grade score kelulusan untuk masing-masing sub tes dan bukan penilaian total rata-rata keseluruhan sub tes. Saya ketika itu merasakan bagaimana kita (para pelamar) nampaknya telah menjadi kelinci percobaan dari sebuah aturan kebijakan sistem yang baru dikeluarkan oleh pemerintah saat itu. Mungkin Tuhan punya rencana lain yang baik untuk saya, saya sudah berusaha semaksimal mungkin dan tangan dari Tuhan-lah yang berhak menentukan jalan nasib dan takdir saya apalagi sudah terlanjur basah saya berada cukup lama di Jakarta, berpikir untuk pulang kampung dengan tangan hampa sama saja pulang sebagai orang kalah dari medan pertempuran. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri saya terhadap orang-orang di kampung halaman terutama kepada orang tua saya yang sangat saya hormati maka pada saat itu juga saya memutuskan kuat dalam hati untuk menyambung nyawa dengan hijrah berjuang hidup apapun resikonya dengan MERANTAU DI JAKARTA!

Sebagai orang urban di Jakarta pada awalnya saya memang butuh adaptasi yang cukup lama dengan suasana lingkungan sosial baru di Jakarta terutama soal kemacetan yang tak pernah kunjung habis penyelesaian masalahnya. Selama saya di Jakarta maka sama seperti motif para perantau dari daerah lain yang pertama kali datang ke ibu kota yaitu mempunyai motif ekonomi yaitu mencari rezeki. Konon menurut para pakar ekonomi di Indonesia bahwa 70%-80% perputaran uang seluruh Indonesia berpusat di Kota Jakarta. Hal ini cukup menggelitik bagi saya jika membaca cerpen karangan Seno Gumira Ajidarma mengenai sisi lain Kota Jakarta dan eksotisme warga Jakarta yang semakin menyihir Kota Jakarta bak ibarat seperti gula yang banyak dikerubutin semut-semut seperti saya ini.. hehehe… 

       Semua perantau mempunyai mimpi ketika datang pertama kali hijrah ke Kota Jakarta dari kisah-kisah tersendiri mengenai perantau sukses di Jakarta yang dulunya juga pernah mengalami hidup susah saat baru menapaki karier di Jakarta sampai kisah perantau yang tersesat di Jakarta karena tidak memiliki keahlian dan akhirnya mengalami suasana kerasnya kehidupan di jalanan ibu kota. Saya selalu ingat pesan Nabi Muhammad SAW akan pentingnya hijrah mengubah kehidupan yang lebih baik sama seperti contoh halnya yang dilakukan umat muslim Mekkah yang hijrah ke Madinah ketika zaman nabi dulu, semangat para saudagar minang yang memiliki budaya merantau untuk memperbaiki nasib kehidupan dan memperluas jaringan tali silaturahmi di kota besar, semangat para perantauan diaspora bangsa Yahudi yang teraniaya dan ditindas hingga menyebar dan mengembara ke seluruh negara-negara Eropa, Arab, dan Amerika Serikat namun kebanyakan dari mereka kini berhasil merubah nasib dengan memegang peran sentral perekonomian di daerah negara perantauan, atau seperti para perantau daratan Tiongkok waktu zaman berdirinya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang datang ke Indonesia hanya untuk berdagang dan merubah nasib kehidupan akibat suasana peperangan berkepanjangan dan kemiskinan di negeri asalnya dahulu. Ini baru cerita perjuangan hidup!

Meja kantor saya sebagai seorang editor



Pengalaman saya pribadi jika ternyata produk lulusan S2 dari universitas top ternama di Indonesia juga bukan perkara yang mudah untuk melamar dan mendapatkan kerja di Jakarta karena persaingan SDM yang berebut lowongan pekerjaan di Jakarta bisa dibilang cukup ketat. Di Jakarta banyak pelamar kerja lulusan universitas-universitas beken baik dalam negeri maupun luar negeri yang tidak bisa dianggap remeh. Semua punya kans peluang yang sama bagi semua pelamar kerja di Jakarta untuk melangkah maju. Setelah beberapa kali mendapat panggilan di beberapa perusahaan di Jakarta dengan hasil beberapa penolakan di tahap akhir tes wawancara akhirnya tanpa panjang lebar, saya berjodoh dan berhasil diterima bekerja sebagai editor buku di salah satu perusahaan penerbitan buku nasional di Jakarta melalui tes seleksi karyawan yang cukup ketat karena saat itu semua peserta diuji tes keterampilan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), tes bahasa Inggris, tes matematika, tes psikologi, tes wawasan bacaan mengenai dunia buku dan berdasarkan hasil nilai score yang tertinggi akhirnya saya bisa lolos menyisihkan banyak kandidat pelamar lain dan mendapatkan pekerjaan di Jakarta secara murni berdasarkan kompetensi yang saya miliki dan hal tersebut mampu menyelamatkan muka dan harga diri saya tanpa harus malu pulang ke kampung halaman dengan tangan hampa.

Menjadi editor buku adalah pekerjaan rutinitas yang asyik namun terkadang membosankan. Untuk saya pribadi ada sedikit keuntungan dengan menjadi seorang editor buku adalah karena saya bisa menambah banyak wawasan ilmu dari naskah buku yang saya edit dari penulis namun dari kacamata segi finansial untuk gaji seorang pekerja editor bisa dibilang hanyalah “cukup” (tidak lebih dan tidak kurang) namun jika ada deadline lembur naskah maka gaji seorang editor bisa bertambah besar bahkan bisa dikatakan lebih dari cukup ketika waktu lemburan. Keasyikan lain ketika saya menjadi editor adalah bisa leluasa mencorat-coret naskah penulis jika dianggap tidak sesuai dengan gaya selingkung dari penerbit. Selain itu, menjadi editor buku juga terkadang harus dapat bertindak sebagai ‘penulis bayangan’ dari penulis naskah buku sebenarnya karena terkadang saya menerima naskah yang karena berkaitan dengan deadline peluncuran buku yang semakin dekat maka terkadang kita harus menulis ulang apa yang ditulis penulis naskah sesuai dengan alur gaya penulisan kita yang disesuaikan dengan gaya selingkung penerbit. Saya jadi teringat dengan salah satu tokoh editor, filsuf, akademisi di luar kampus yang ahli mengenai ilmu sosiologi dan filsafat sosial serta sangat produktif di dalam penulisan buku-buku kampus di Indonesia yaitu Ignas Kleden. Dari beliau juga saya terinspirasi bahwa menjadi seorang editor buku-buku ilmu sosial merupakan profesi yang sangat mulia karena banyak membantu penulis dalam penyusunan naskah selama proses penerbitan buku-buku ilmu pengetahuan.

         Fokus utama untuk menjadi editor buku ahli adalah harus banyak membaca buku dan bisa menulis. Untuk sementara ini, saya masih bekerja menjadi editor buku yang bergenre filsafat, ilmu sosial (sosiologi dan antropologi), dan sejarah. Saya hanya tersenyum kecil jika saat menonton film Cloud Atlas yang dibintangi aktor kawakan Hollywood yakni Tom Hanks yang menceritakan alur kehidupan zaman lampau, zaman sekarang, dan zaman yang akan datang sebenarnya memiliki ruang waktu yang saling berhubungan antara satu sama lain di dalam diri masing-masing individu manusia. Sama halnya ketika diceritakan dalam bagian film tersebut yang bercerita mengenai sisi lain kehidupan seorang tokoh editor buku yang mempunyai rentetan kehidupan zona ruang waktu lampau, waktu sekarang, dan waktu masa depan yang terbilang sangat rumit.

Saya hanya bisa membayangkan dari film Cloud Atlas mengenai sisi kehidupan dari seorang tokoh editor buku di bagian film tersebut mengenai masa lalu, masa sekarang, dan masa depan dengan pertanyaan kecil di dalam hati apakah waktu masa depan saya berbeda ataukah sama dengan waktu masa sekarang?  Entahlah… saya hanya menjalankan kehidupan terbaik saya dengan lebih banyak bersyukur kepada Tuhan dan tetap berusaha lebih baik semampu yang saya bisa. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Semoga..![]

*Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang kini merintis karier dari bawah sebagai editor buku-buku ilmu sosial di salah satu penerbitan nasional di Jakarta.

Senin, 15 April 2013

My Thesis about Rationality Female Sex Workers in Localization Prostitute.



Role of “Bunga Seroja” group in HIV/AIDS combating program target in Pasar Kembang, Yogyakarta


THESIS SUMMARY




Asked by:

Nur Bintang
09/291106/PSP/03655

  

to
POST GRADUATE PROGRAM
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
GADJAH MADA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2011







Approval page

Role of “Bunga Seroja” group in HIV/AIDS combating program target in Pasar Kembang, Yogyakarta

Thesis Summary
Prepared and presented by:

Nur Bintang
09/291106/PSP/03655


To fulfill part of requirements to obtain Master Degree at Sociology Department, Faculty of Social and Political Science, Gadjah Mada University




Accepted and Approved
In  ...................................... 2011 




First Advisor 

..................................
Drs. Soeprapto., S.U.






ABSTRACT

        This study used evaluation research method. Program evaluation is descriptive and analytic. Community program target in this research is HIV/AIDS overcoming program by female sex worker group “Bunga Seroja” over commercial sex worker in“Pasar Kembang” community in Yogyakarta. The author used ethnographic method forcollecting data to observe and evaluation process of the program progress.
        The conclusion is that female sex worker group “Bunga Seroja” play role in HIV/AIDS overcoming program in Pasar Kembang community by empowering and educating the community that involve other parties such as Yogyakarta KPA. Culture rationalization occurred. Counseling was done by involving medical practitioner having professional education through training program will accelerate rationalization to sexual worker in “Pasar Kembang” community. Action in “Bunga Seroja” group that previously used substantive rationality action working based on social solidarity values changed to formal rational  action.               
       Recommendation from the research is to improve health access reaching through VCT mobile. To increase bargaining position of “Bunga Seroja” group, repressive action of local security should be minimized. Increase in health awareness in “Pasar Kembang” community may be done by approach of reaching volunteer selected from women in “Pasar Kembang” community. Structural conflict between Yogyakarta KPA and Yogyakarta PKBI on sanction policy strategy should be solved by involvement and listening to voice of commercial sex worker in “Pasar Kembang” community that not included in “Bunga Seroja” group to get advocation right in stakeholder forum. To reduce conflict within administrator of “Bunga Seroja” group in relation to aid distribution, the fund should not be distributed directly to “Bunga Seroja” group but entrust it to other social institution having concern to and dependable in HIV/AIDS overcoming.

Keywords: evaluation - role - “Bunga Seroja” group – overcoming - HIV/AIDS - Pasar Kembang




  


CHAPTER  I
Introduction

1.1 Problem background
Pasar Kembang community in central tourism resort in Yogyakarta contribute to sexual transaction business between local or foreign tourist and female sexual workers that have high risk for HIV/AIDS spread in relation to existence of tourism area and the community development. In this research, the researcher observed role of social institution “Bunga Seroja” in implementing HIV/AIDS combating program in Pasar Kembang Yogyakarta to change health behavior over female sexual workers considering that free sex service transaction they do have great chance and have risk for spreading HIV/AIDS in Pasar Kembang community. It is base for studying Role of “Bunga Seroja” group in HIV/AIDS combating program target in Pasar Kembang, Yogyakarta.
HIV/AIDS spreading is terrifying threat that female sexual workers in Pasar Kembang community should face. The researcher tried to observe and explain role the “Bunga Seroja” group do in HIV/AIDS combating program in Pasar Kembang community. Problems in the research are formulated as follow:
      1.      What is role of “Bunga Seroja” sexual worker group in HIV/AIDS spread combating program in Pasar Kembang community in Yogyakarta ?
      2.      Is there change awareness and healthy behaviour in combating HIV/AIDS spread after program from “Bunga Seroja” group in Pasar Kembang community?





CHAPTER II
LITERATURE REVIEW

            1. Theoretical Background
            1.1. Role Theory in Symbolic Interactionism
This research used George Herbert Mead’s symbolic interactionism theory, a sociology theory of society development based on importance of individual that is based on social action interpretation. The theory focus on importance of individual in acting in a community or society group through social process, analyze social action that individual do based on experience, perception, understanding and interpretation over stimulus object or certain situation. Mead has opinion[1] that people capability to anticipate other response (role taking) is early process to shape interaction by understanding how people create and define experience situation.
            2. Max Weber’s Social Change Theory
Social change theory used in society development in this research refers to society development through process of modern value changing and shaping.[2] Social change occurs in individual is value, belief, and ideology the individual get from society. The research used Max Weber’s rationality theory to analyze social change occurring on individuals in society.
Important thing that should be considered in all changes in human life is awareness on the change by involved parties, particularly awareness on results induced by social process.[3] Social change relates to individual awareness as part of a process from shift in norms and values in society life.
Rationalization is in central of Weber’s substantive sociology. Substantive rationality[4] is derived from Weber concept on value rationality and refers to human capability to do value rationality action, while formal rational actions are controlled by universal regulations.[5] Max Weber argued that social action as action that can influence other individual in society in relation to its realization from its social relationship and interaction. The following is chart of Max Weber thought on rationality types and mental process in relation to social action:[6]
Table 1. Mastering awareness on reality fragmented through action regularity.
rationality type
mental process
relation with action
refference for mental processes
theoritical
Various abstract process
Indirectly
Pure theoritical value or problems
practical
mean-end calculation
directly
interest
Formal
mean-end calculation
Directly
regulation, law
Substantive
subordinating reality over value
Directly
value
  Source: Stephen Kalberg, p.1161
Understanding the above table explain Max Weber’s typology thought on rational action that influence actions in organization. Actions in organization are influenced by substantive rationality and formal rationality. Substantive rationality roots on postulates of value institutionalized in organization. When values institutionalized in law, and regulations, substantive rationality have changed to be formal rationality.[7] Max Weber typology thought explain on substantive rationality change process toward formal rationality until at end formal rationality can be separate part from substantive rationality.




CHAPTER III
RESEARCH METHOD

This research used evaluation research method. Program evaluation is descriptive and analytical. The descriptive characteristic means that problem solving procedure is studied by describing research subject/object of individuals, institutions, society and others based on facts.[8] This research consider “Bunga Seroja” group as cause or independent variable (X), while results of program target over commercial sexual worker in Pasar Kembang community in Sosrowijayan Kulon of Yogyakarta as effect of dependent variable (Y). The notion is causal model and design in evaluation study should use it. Finsterbuch and Motz[9] state four program evaluation types based on conclusive power as follow:
Table 2. Four Evaluation Types
Evaluation Type
Target Group Condition Measurement
Control Group
Information Obtained
Before
After
single program after only
No
Yes
No
target group condition
single program before after
Yes
Yes
No
change in target group condition
comparative after only
No
Yes
Yes
condition of target and non target
comparative before after
Yes
Yes
Yes
effect of program on target group
  Sources: cited in Wibawa, 1994

In this research design, analysis used in role and advising “Bunga Seroja” group in target of HIV/AIDS combating program in Pasar Kembang of Yogyakarta is use comparative before after with control group design. The comparative before after type in essence observe, study target group condition before and after program implementation. Comparison process may be done through control group, namely sexual worker group that is not handled by “Bunga Seroja” group (in this case, the control group is handled by Puskesmas Gedong Tengen). Object in this research is program specific evaluation; problem is limited on analytical unit in organizational level.
Sample was taken by purposive sampling technique. The sampling took only data from people know truly on problem studied as key informants from administrator of “Bunga Seroja” group. Other main informants were some female sexual worker in Pasar Kembang community. Meanwhile, as cross check to supporting target, the researcher used snowball sampling technique that determine small sample in early and become greater gradually. Therefore, amount of data source is increasingly greater, such as snow rolling. The supporting target was taken first from informant of society figure in in Pasar Kembang community in Sosrowijayan Kulon of Yogyakarta. It used ethnography method to collect data. Ethnography method is“researching a way of life using a variety of qualitative methods (including secondary sources where appropriate). The technique originated in anthropology but has been extended and adopted by sociologist to study variety of social actions.”[10]
Ethnography method[11] was used to collect data because studied object is a community, namely female sexual worker community “Bunga Seroja” . the method is used to understand life view of local inhabitant point of view. Ethnographer draw conclusion what people say, people act, artifact used in participatory observation and in-depth interview.[12]
Data analysis used descriptive qualitative method with evaluative analytical type. Researchers used evaluation by observing phenomena on causal picture that is explained descriptively. Analysis method used in this research is interactive model, explained by Miles and Huberman. There are three main matters in interactive analysis: data reduction, data presentation, and conclusion.
Data was validated using source triangulation. Triangulation is technique for examining data validity that used other thing beyond the data for cross checking and comparing the data.[13] Source triangulation technique compares and rechecks confidential level of information obtained with different time and tools in qualitative research.




CHAPTER IV
results and discussion

            1.      Role of “Bunga Seroja” group before program evaluation
                  1.1. Socialization in HIV/ AIDS combating implementation
Socialization of HIV/AIDS combating in Pasar Kembang community by “Bunga Seroja” group is done by distributing sticker, KIE, health brochure on HIV/AIDS risk distributed by reaching volunteer of PKBI in cooperation with “Bunga Seroja” group once a week. In addition, the group held health counseling on HIV/AIDS disease danger by speaker from LSM PKBI, Health Office, and KPA and distributed freely condom from BKKBN, where “Bunga Seroja” group participate in the distribution of condom to representative of female sexual worker in Pasar Kembang community that present in sarasehan gathering done once a month in RW Sosrowijayan Kulon hall.
                  1.2  Coordination in HIV/ AIDS combating implementation
Coordination done by “Bunga Seroja” group in combating HIV/AIDS in Pasar Kembang community is done by creating cooperation with strategic partners such as PKBI though Griya Lentera clinic that is intense in doing advocation of health over female sexual worker in Pasar Kembang community. “Bunga Seroja” group make activity proposal that is helped by PKBI volunteer in doing health event on HIV/AIDS danger that is directed to institution having concern in health of inhabitant in Pasar Kembang community.
                 1.3  Participation of female sexual worker in implementing HIV/AIDS combating activity
Participation of female sexual worker in implementing activity of dealing with HIV/AIDS held by “Bunga Seroja” group is slow based on amount of female sexual workers that are present in the activity. The low participation may only be seen from their awareness and their assumption that the activity by “Bunga Seroja” group is not obligatory and there is no supporting factor such as replacement of transportation cost for participant. The condition result in low participation of female sexual worker in attending voluntary the activity. 
      1.4 Monitoring of HIV/AIDS combating activity
Monitoring implementation of HIV/AIDS combating may be seen from activeness of “Bunga Seroja” group to make cooperation with Griya Lentera clinic of PKBI Yogyakarta and Puskesmas Gedong Tengen for examination of IMS and HIV/AIDS through VCT every 3 years in Pasar Kembang community. In addition, “Bunga Seroja” group also provided information on danger of HIV/AIDS through brochure, pamphlet and training of condom usage negotiation on female sexual workers in Pasar Kembang community.

            2.      Role of “Bunga Seroja” Group After Program Evaluation
                  2.1.Socialization in HIV/AIDS  combating
In socialization of HIV/AIDS combating activity “Bunga Seroja” group should play active role in doing the socialization. It can be seen with requirement for “Bunga Seroja” group to involve directly in field. Job that was previously done by reaching volunteer, not is task and obligation of “Bunga Seroja” group to do their selves making socialization of HIV/AIDS combating activity such as pamphlet distribution, brochure, sticker, free condom “Sutera” from KPA and not use BKKBN condom once a week, training condom negotiation for female sexual workers in Pasar Kembang community once three months and inviting women around Pasar Kembang community to follow periodic presumptive medication held by Puskesmas Gedong Tengen once in three months.
            2.2. Coordination in implementation of HIV/AIDS combating activity
Coordination of HIV/AIDS combating activity in Pasar Kembang community was done by making coordination with kampong administrator before the activity was done. “Bunga Seroja” group is more intensive in coordinating with Yogyakarta KPA in relation to HIV/AIDS combating program evaluation in Pasar Kembang community that is governmental program facilitated by Yogyakarta KPA. In addition, “Bunga Seroja” group should coordinate with strategic partner network such as Yogyakarta PKBI and Puskesmas Gedong Tengen in free VCT examination for female sexual worker in Pasar Kembang community.
                 2.3. Participation of female sexual worker in implementing HIV/AIDS combating activity
Participation of female sexual worker in implementing HIV/AIDS combating activity in Pasar Kembang community after HIV/AIDS combating program evaluation facilitated by Yogyakarta KPA for “Bunga Seroja” group is low. Awareness of female sexual worker on importance of health is considered insufficient by parties in the network due to their low participation in following activity of HIV/AIDS combating activity done by “Bunga Seroja” group and networks as stakeholders in Pasar Kembang community.
                  2.4. Monitoring of HIV/AIDS combating program implementation
Monitoring of HIV/AIDS combating program implementation in Pasar Kembang community was conducted by making cooperation with stakeholder network such as Yogyakarta PKBI, Puskesmas Gedong Tengen, Puskesmas Umbulharjo, and Yogyakarta KPA. Monitoring activity was realized by establishment five outlets selling condom “Sutera” as aid from Yogyakarta KPA in cooperation with Yogyakarta PKBI around Pasar Kembang community.

              3.      Result of comparison with control group
              3.1 Comparison with control group
 HIV/AIDS combating in House “C” community is done in coordination with Puskesmas Gedong Tengen. Employer in House “C” community has initiative in examining health of female sexual workers working with her. The health examination was VCT examination done once in three months and IMS examination once a week, and sometime once a month depending on health awareness of each female sexual worker in House “C” community. Role of security guard the employer use in House “C” community is strong in forcing condom usage.
Recommendation from the research is to improve health access reaching through VCT mobile. To increase bargaining position of “Bunga Seroja” group, repressive action of local security should be minimized. Increase in health awareness in “Pasar Kembang” community may be done by approach of reaching volunteer selected from women in “Pasar Kembang” community. Structural conflict between Yogyakarta KPA and Yogyakarta PKBI on sanction policy strategy should be solved by involvement and listening to voice of commercial sex worker in “Pasar Kembang” community that not included in “Bunga Seroja” group to get advocation right in stakeholder forum. To reduce conflict within administrator of “Bunga Seroja” group in relation to aid distribution, the fund should not be distributed directly to “Bunga Seroja” group but entrust it to other social institution having concern to and dependable in HIV/AIDS overcoming.
  


CHAPTER IV
CONCLUSION, SUGGEST AND REFERENCES

Conclusion
Based on discussion and description on previous chapter, some conclusion can be drawn as follows:
1.      Empowerment through education process done continuously by “Bunga Seroja” group.
2.      Substantive rationality that work freely based on social solidarity values has shifted to formal rational action.
3.      Commitment of condom usage in female sexual worker is limited on abiding by the rule enforced by local security to female sexual worker living in Pasar Kembang community complex and not from their full awareness.
4.      Conflict between Yogyakarta KPA and LSM PKBI has obstacle in formulating sanction for condom usage policy for female sexual worker in HIV/AIDS combating program evaluation in Pasar Kembang community.
5.      Comparison done through control group Approach through security guard by House “C” community is powerful to pressure guest obedience in condom usage.

Suggestion
1.      Accessible health service through mobile VCT should be improved.
2.      Reaching volunteer should be re-established from female sexual worker in Pasar Kembang community that have got health training that are ready to work in Pasar Kembang community.
3.      Repressive approach used by local security in implementing HIV/AIDS combating program should be minimized.
4.      Conflict between Yogyakarta KPA and Yogyakarta PKBI on sanction should be able to solve by involving and listening voice of female sexual worker in Pasar Kembang community
5.      To reduce conflict within “Bunga Seroja” group administrator in relation to fund aid distribution, the fund should not be distributed directly to “Bunga Seroja” group but trusted in social institution having concern in HIV/AIDS.
 




REFERENCES

Anonim. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Baskoro, Haryadi dan Sudomo Sunaryo. 2010. Catatan Perjalanan Keistimewaan Yogya  Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burns, A. August. et. al. 2009. Perempuan dan AIDS. Terjemahan: Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Insist Press.

Chambers, Robert. 1996. PRA: Participatory Rural Appraisal, Memahami Desa secara Partisipatif,  Yogyakarta: Kanisius.

F. Brooks. Geo, et.al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan dr. Nani Widorini. Jakarta: Salemba Medika.

Irawan Yatim, Danny. 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Grasindo.

Koentjoro. 2004. On The Spot-Tutur dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Penerbit Tinta.

Lawson, Tony, et.al. 2000. Advanced Sociology: Through Diagrams. London: Oxford University Press.

M. Manullang. 1977. Dasar-dasar Manajemen. Medan: Monara

M. Situmorang, Viktor dan Jusuf Juhir. 1994.  Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Miles dan Hubberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Terjemahan: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudjijono. 2005. Sarkem Reproduksi Sosial Pelacuran. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Muslim, Aziz. 2009. Metodologi Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: Teras.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Terjemahan: Drs. Budi  Puspo Priyadi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto. 2007. Sosiologi Untuk Pemula, Yogyakarta: Media Wacana.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ritzer, George  dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2008. Social Mapping: Metode Pemetaan Sosial. Bandung: Rekayasa Sains.

Siagian, Sondang P. 1989. Filsafat Administrasi. Jakarta: Haji Mas Agung.

Soekanto, Soerjono. 1990.  Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Terjemahan: DR. Amri Marzali, MA Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.

Susetiawan, Konflik Sosial: Kajian Sosiologis HubunganBuruh, Perusahaan, dan Negara di Indonesia. 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sztompka, Piotr. 2008.  Sosiologi Perubahan Sosial. Terjemahan: Alimandan.  Jakarta: Prenada.

Thoha, Miftah. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Trisnadi. 2004. Dolly Hitam Putih Prostitusi: Selaksa Foto Puisi. Jakarta: Gagas Media.

Usman, Sunyoto. 2004. Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: CIRED.

Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik: Proses dan Analisis. Jakarta: Intermedia.

Wiryohandoyo, Sudarno. 2002. Perubahan Sosial : Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.


Buku, Artikel, Skripsi, dan Jurnal Penelitian:

Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional, ”Mengenal dan Menanggulangi HIV/AIDS”, Jakarta, Tahun 2010.

Ach. Wazir Ws., et al., Panduan Penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Bina Desa dengan dukungan Aus-AID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project, Tahun 1999.

Laporan penelitian Departemen Sosial RI,” Identifikasi Sumber dan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sosrowijayan melalui Usaha Wisata di Kotamadya Yogyakarta”. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, Tahun 1996.

Mudjijono, “Pelacuran Pasar Kembang”, Skripsi, Fakultas Ilmu-ilmu Budaya, jurusan Anthropologi Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Tahun 1985.

Florina Elvira Rosari Dugis, “Hubungan Faktor Resiko dengan PMS pada PSK di Pasar Kembang Sosrowijayan Kulon Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Tahun 2007.


Website Situs Internet:

Kusnadiyono, “Sejarah Sarkem: Bursa Seks Sejak Zaman Belanda”. http://kusnadiyono.blogspot.com/2010/02/sejarah-sarkem-bursa-seks-sejak-jaman.html. Diakses tanggal 18 April 2010. Pukul 19.00 WIB.

www.wawasandigital.com, edisi 7 Desember 2007. Diakses pada tanggal 22 Pebruari 2011. Pukul 22.41 WIB.

http://www.detiknews.com. ”Lokalisasi Saritem di Bandung akan ditutup”. Edisi 10 April 2007. Diakses pada tanggal 22 Pebruari 2011. Pukul 23.00 WIB.

http://surabaya.detik.com. ”DPRD Surabaya Akui Penutupan Lokalisasi Dolly”. Edisi 26 Oktober 2010. Diakses pada tanggal 22 Pebruari 2011. Pukul 23.45 WIB.



[1] Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodologi (Yogyakarta:CIRED, 2004).p.68-69
[2] Op.Cit., p.31
[3] Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial. Translation Alimandan (Jakarta: Prenada, 2008). P.18
[4] See Dr. Susetiawan, Konflik Sosial: Kajian Sosiologis Hubungan Buruh, Perusahaan, dan Negara di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000). P.33
[5] Ibid. p.34
[6] Dr. Susetiawan, Konflik Sosial: Kajian Sosiologis Hubungan Buruh, Perusahaan, dan Negara di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000). P.36
[7] Ibid, p.322
[8] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998).p.63
[9] Samodra Wibawa, Kebijakan Publik: Proses dan Analisis (Jakarta: Intermedia, 1994). p.74
[10] Tony Lawson, et. Al, Advanced Sociology: Through Diagram (London: Oxford University Press, 2000) p.116
[11] James P.Spradley, Metode Etnografi. Translation: Dr. Amri Marzali, MA (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 2007).p.6
[12] Ibid., p.11
[13] Miles and Hubberman, Analisa Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992) p.20