Artikel

Senin, 09 Desember 2013

"PENGALAMAN ADALAH SEKOLAH KEHIDUPAN"


By: Nur Bintang*






Karl Marx dan Sigmund Freud secara bersamaan pernah berkata, manusia baru dianggap sebagai manusia yang utuh secara sosial jika mereka sudah bekerja!namun pendapat kedua tokoh filsuf sosial tersebut perlu dikritisi dan dikoreksi untuk zaman saat ini. Pendapat kedua tokoh tersebut akan berbenturan jika disandingkan dengan pertanyaan dalam hati saya saat ini yakni bekerja untuk apa? dan bertujuan apa? Itulah hal esensi yang paling penting menurut saya di dalam melakukan suatu pekerjaan. Semua manusia tentu mempunyai alasan yang berbeda-beda (relative) dalam memaknai pekerjaan hidupnya karena semua kembali tergantung pada selera, pilihan, prinsip, dan keyakinan individu masing-masing yang harus kita hormati bersama.

“Saya ingin berkembang lebih jauh lagi dari dunia saya saat ini. Saya merasa dunia saya sekarang terasa masih sempit! Saya bekerja tidak hanya sekedar memikirkan nasib hari ini tetapi juga harus memikirkan nasib saya ke depan. Saya harus berbuat sesuatu yang lebih besar dari yang saya lakukan pada hari ini!”

Pengalaman hidup ini adalah suatu seni adaptasi psikologi diri yang tidak beraturan sepanjang hayat. Tantangan bagi saya ialah suatu labirin rumit permasalahan yang harus dipecahkan dan dikelola bersama-sama melalui pengertian yang baik di antara sesama team work dan pemangku kepentingan (stakeholders) melalui kematangan rancangan, eksekusi berdasarkan konsep pemikiran bersama dan dialog positif sehingga memunculkan ide kreativitas, motivasi, rasa saling menghargai untuk mencapai arah tujuan kepentingan bersama. Itulah gunanya tim! Inilah fungsi sosial! Ini hanya sekedar tafsir ulang saya dari beberapa buku ilmu manajemen kepemimpinan yang pernah saya baca dari tokoh kenamaan seperti Maxwell. 

“TERKADANG DALAM KESENDIRIAN, SAYA TERUS BERPIKIR BAHWA DIRI SAYA BUKANLAH ROBOT TETAPI SAYA ADALAH MANUSIA SEUTUHNYA. SAYA BERJUANG UNTUK TERUS  MEMAHAMI  NILAI ESENSI DARI DIRI SETIAP MANUSIA TERMASUK  DIRI SAYA SECARA PRIBADI..!!!”

Saya selalu teringat kata slogan dari salah satu raksasa perusahaan teknologi dunia yaitu Apple Inc. yang dipimpin oleh Steve Jobs, Think is different!” hingga pada akhirnya kata-kata ini menjadi semacam semboyan bagi spirit perusahaan Apple dalam menghasilkan produk-produk teknologinya yang berbeda, desain indah, inovatif, revolusioner dalam dunia teknologi. Walaupun saya tahu dalam dunia nyata bahwa Steve Jobs tidaklah begitu sempurna sebagaimana manusia biasa lainnya karena kesuksesan telah merubah sikap Steve Jobs yang dinilai oleh kebanyakan teman, sahabat dan kolega dekatnya menjadi sangat perfeksionis, arogan, banyak menuntut, temperamental, emosional dan sangat angkuh namun dalam kegigihan beliau dalam memperjuangkan suatu hal terobosan yang baru bagi kebaikan dirinya dan orang lain hal tersebut sangatlah patut untuk diapresiasi oleh banyak orang.

Pengalaman hidup yang bisa dipetik dari kisah ini ialah dinamisme berpikir tanpa batas dengan tetap berkreativitas melalui hati dan sepenuh hati. Yeah.. melalui kekuatan pikiran serta rasa hati maka dapat melahirkan karya-karya indah seperti lukisan dari Picasso dan  Raden Saleh, suara merdu orkestra klasik dari Mozart dan Beethoven. Saya juga sedikit belajar dari keberhasilan mentalitas dan spirit Steve Jobs mengenai kekuatan pikiran serta hati dengan memanfaatkan nilai-nilai sosial yang ada sehingga berhasil mendorong Steve Jobs untuk menciptakan berbagai inovasi produk unggulan Apple Inc. seperti Macintosh, Ipod maupun Ipad sehingga berhasil merevolusi semua industri teknologi di seluruh dunia. 

Keyakinan, fungsi sosial, seni, desain keindahan, berpikir berbeda dengan arah tujuan untuk merubah dunia, menyebarkan rasa perdamaian itulah esensi kuncinya. Dalam hal ini, teruslah berpikir sambil memelihara ‘keyakinan’. Rasa yakin membuat saya percaya bahwa Tuhan ada bersama saya dan mengiringi setiap langkah sukses saya. Saya percaya Tuhan selalu membimbing arah hidup saya ke arah yang lebih baik sehingga setiap tanggung jawab keputusan yang sudah saya ambil dengan akal sehat, tidak ada kata penyesalan kembali dari diri saya karena memang itulah jalan yang terbaik yang harus saya tempuh.

Pengalaman adalah sekolah kehidupan. Dalam hidup, saya tidak bisa menuntut segalanya harus terlihat sempurna namun saya tetaplah harus menjalani dan melakukan hal-hal yang terbaik yang saya bisa dan hanya kepada ‘Tuhan’ semua letak segala kesempurnaan itu berakhir. Use your mind but don’t forget your heart![]

*Catatan editor Nur Bintang mengenai makna sekolah kehidupan.