Artikel

Kamis, 07 Januari 2016

“PULAU SEBATIK DI UJUNG PULAU TERLUAR INDONESIA-MALAYSIA”




Oleh: Nur Bintang*

“Bekerja jauh di ujung pulau terluar maka saya memutuskan untuk menjadi seorang “worker” sekaligus “travel writer” memang agak sedikit susah namun dapat diakali dengan niat dan kondisi keadaan.. menjadi “traveller” sejati tidak mesti harus menjelajah ke banyak negara di luar negeri namun menjelajahi pelosok di negeri sendiri dengan mengunjungi tempat-tempat eksotis yang belum pernah dijelajahi oleh kebanyakan orang-orang kita sendiri. Selamat tahun baru 2016. Postingan edisi awal tahun 2016.”

Dermaga Binalawan Mantikas, Pulau Sebatik perbatasan Indonesia-Malaysia

Sudah tidak terasa sudah hampir satu tahun saya dinas melakukan tugas negara di Pulau Borneo (Kalimantan) tepatnya di Pulau Nunukan, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara. Sudah banyak tugas yang saya alami baik suka maupun duka. Rasa suka saya karena bisa explore keindahan alam (flora-fauna) dan keunikan budaya dan alam di Kalimantan yang sangat indah dan masih alami. Beberapa kota di Propinsi Kalimantan Utara dan Propinsi Kalimantan Timur sudah pernah saya singgahi sehingga cukup menambah wawasan dan pengalaman saya ketika merantau di sini. Rasa duka ialah rasa homesick (kerinduan) terhadap kampung halaman terutama kepada orang tua yang jauh berada di Pulau Jawa dan rasa kesepian karena berada ditugaskan pada tempat dan situasi yang jauh dari keramaian. Jalan membunuh sepi disini menurut saya ialah dengan menjadi seorang “traveller” atau “penjelajah”.

Pulau Sebatik terletak di ujung terluar Pulau Kalimantan sebelah utara

Bukit di Sebatik dengan latar belakang pemandangan Kota Tawau, Sabah, Malaysia

Kondisi medan alam di Pulau Sebatik yang berbukit-bukit dan banyak terdapat kebun-kebun sawit
Ada suatu hal paling unik selama saya dinas dan bertugas di Nunukan, Kalimantan Utara yaitu adanya pulau terluar yang masih menjadi bagian dari Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Pulau Sebatik. Pulau Sebatik terbelah menjadi dua zona teritorial yang dimana sebelah utara seluas 187,23 km dimiliki oleh Malaysia yang masuk dalam wilayah Negara Bagian Sabah dan yang selatan seluas 246,61 km yang dimiliki oleh Indonesia. Pulau Sebatik yang kondisi medannya berbukit-bukit ini dalam sejarahnya pernah menjadi saksi bisu pertempuran tentara Indonesia melawan gabungan tentara Inggris, tentara Gurkha dan tentara Malaysia dalam Operasi Dwikora yang didengungkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 di masa lalu.  Pulau Sebatik dapat ditempuh menggunakan jalur laut melalui Pelabuhan Sei Jepun di Nunukan sekitar 15 menit-20 menit menggunakan perahu dan bahkan kini sudah ada Kapal besar Ferry yang beroperasi setiap dua hari sekali. Perjalanan ke luar negeri dari Pulau Sebatik menuju ke Kota Tawau, Malaysia ternyata cukup dekat hanya memakan waktu 15 menit saja menyeberang menggunakan perahu. Pulau Sebatik yang wacananya akan menjadi Kotamadya ini jika sudah berkembang jauh kiranya maka perlu dibuat jembatan penghubung antara Pulau Nunukan dengan Pulau Sebatik seperti halnya Jembatan “Suramadu” yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura untuk memudahkan laju ekonomi. Namun kiranya ide itu dirasa masih sangat jauh dengan kondisi pembangunan infrastruktur yang ada saat ini. Kiranya saat ini, jalur laut masih menjadi sendi vital napas ekonomi transportasi dari Pulau Nunukan ke Pulau Sebatik atau juga sebaliknya.

       
         Jalur transportasi laut masih menjadi napas vital ekonomi bagi masyarakat di Pulau Sebatik

Jalan-jalan di sekitar dermaga Binalawan Mantikas yang terbuat dari batang kayu ulin yang kuat

Kesan ketika pertama kali menginjakkan kaki di perkampungan nelayan dermaga Binalawan Mantikas, Sebatik hampir sama dengan situasi perkampungan nelayan di area Pelabuhan Tunon Taka di Nunukan yang mayoritas berasal dari Suku Bugis. Kita seakan larut di bawa ke sebuah perkampungan nelayan di tepi pantai. Uniknya setiap bangunan yang ada di sekitar dermaga Binalawan Mantikas, Sebatik berdiri di atas penopang kayu dan jalan kayu yang sangat kokoh dan kuat. Konon, kata penduduk nelayan di sekitar Pulau Sebatik jika jalan-jalan tersebut dibuat dari batang kayu ulin yang kuat berusia tua bahkan sampai ratusan tahun sehingga tetap kokoh walau diterjang oleh gelombang air laut. Setelah memasuki ke Pulau Sebatik maka kita akan di bawa masuk dalam arena Jurrasic Park yang penuh dengan kawasan hutan, kebun-kebun sawit, lada, pisang, durian yang banyak dijual ke Malaysia dan Nunukan. Jalan akses menuju ke kota di Sungai Nyamuk (Sei Nyamuk) sudah ada walau masih banyak kerusakan di sana-sini. Namun setelah masuk ke kota sudah beraspal baik dengan hadirnya banyak ruko pertokoan, rumah makan, warung swalayan, beberapa bank pemerintah, beberapa penginapan hotel. Jalan darat dari dermaga Binalawan Mantikas untuk menuju kota di Sungai Nyamuk, Sebatik membutuhkan waktu  sekitar 1 jam lebih perjalanan dimana akses menuju ke sana bisa menggunakan jasa penyewaan mobil. Kawasan Sungai Nyamuk di Pulau Sebatik sebagai pusat perekonomian di Pulau Sebatik dapat dilihat dari banyaknya model ruko pasar dan rumah-rumah panggung khas seperti di negara tetangga Malaysia. Hal ini mungkin saja terjadi karena pengaruh dari Malaysia yang letaknya sangat berdekatan.

Ada hal unik yang pernah saya alami, ketika baru pertama kali menaiki perahu menuju ke Sebatik. Ketika akan berangkat ke Sebatik maka saya membeli tiket perahu ke bagian loket kemudian oleh petugas loket dari pihak pelabuhan Sungai Jepun (Sei Jepun) di Nunukan saya diberi secarik kertas yang sekilas mirip kertas tiket penumpang karena memang baru pertama kali saya naik perahu dan kemudian saya langsung masukkan ke dalam tas karena terburu-buru mengejar perahu yang akan berangkat ke Sebatik karena saya adalah penumpang paling akhir. Ketika perahu berangkat, motoris perahu (pengemudi motor perahu) meminta kertas list daftar para penumpang perahu kepada para penumpang karena saya tidak paham maka saya acuhkan saja karena saya tidak memegang list penumpang perahu dan mengira yang diberikan kepada saya hanyalah kertas tiket penumpang yang sudah dibayar. Giliran sampai di Pulau Sebatik kemudian saya langsung bertugas melakukan pekerjaan mengenai sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah di Pulau Sebatik. Begitu selesai melakukan pekerjaan dan kembali pulang dari dermaga Binalawan Mantikas, Sebatik menuju ke Nunukan menggunakan perahu kemudian tepat di atas pelabuhan Sei Jepun, Nunukan ternyata saya sudah ditunggu dan dikejar-kejar motoris kapal bersama kawan-kawannya sambil emosi dan memarahi saya karena tertera di data pos loket pelabuhan jika saya adalah penumpang terakhir perahu yang memegang kertas list penumpang. Tentu saja saya kaget dan segera memeriksa tas saya kembali..  Oh astaga!!! ternyata itu kertas list penumpang yang dicari-cari oleh motoris perahu yang biasa hanya diberikan kepada penumpang perahu yang terakhir. Akibat kesalahpahaman itu, kemudian saya meminta maaf dan segera mengembalikan kertas list penumpang perahu karena saya orang baru yang datang di Nunukan. Hehehe... itu sekedar pengalaman unik dan lucu dikejar-kejar motoris perahu ketika baru pertama kali menggunakan perahu menuju ke Pulau Sebatik.

Keindahan Pantai Sei Taiwan di Pulau Sebatik

Latar belakang pemandangan indah Pantai Sei Taiwan yang menawan hati

Berfoto dengan latar belakang pemandangan Pantai Batu Lamampu di Pulau Sebatik

Saat beberapa waktu lalu di bulan November tahun 2015 saya juga sempat bertugas selama hampir satu bulan lamanya di Pulau Sebatik, saya bersama kawan-kawan yang ikut bersama tidak lupa untuk mengexplore dengan menjelajahi Pulau Sebatik. Ada sebuah kawasan pemandangan yang pantai indah di Pulau Sebatik namanya Pantai Sei Taiwan dan Pantai Batu Lamampu yang cukup tersohor di Pulau Sebatik serta uniknya letaknya yang bersebelahan. Pantai ini airnya cukup jernih dan pasirnya berwarna putih dan kadang ada yang berlumpur namun sayangnya untuk di beberapa tempat tidak sedikit sampah yang berserakan akibat ketidaksadaran pengunjung yang enggan menjaga kebersihan. Jika pantai di Pulau Sebatik ini digarap secara lebih optimal bisa jadi mungkin dapat menjadi tujuan destinasi wisata favorit di Indonesia bahkan menjadi tujuan favorit destinasi para pelancong dalam dan luar negeri sama halnya “Pantai Kuta” di Pulau Bali. Pantai ini masih eksotis menurut saya dan sangat indah.



Tugu perbatasan di Pulau Sebatik yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia

 
Tapal Batas "Patok Tiga" perbatasan Indonesia-Malaysia




Pos TNI di tapal batas perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik

Saya berada di wilayah Negara Malaysia yang letaknya berbatasan langsung dengan Indonesia

Daya tarik yang terkenal di Pulau Sebatik ialah adanya tugu perbatasan dan tapal batas yang sudah terkenal ke seluruh Indonesia. Setahu saya, banyak pejabat-pejabat Indonesia dari Jakarta dan orang-orang luar Sebatik yang datang mengunjungi tempat ini selama berada di Sebatik baik saat berlibur ataupun ketika sedang bertugas. Tugu perbatasan di Pulau Sebatik telah menjadi lambang atau ikon yang tidak bisa dilepaskan sama halnya ibarat menara Eiffel di Kota Paris, Perancis atau Patung Marlion di Singapore karena ikon dari Pulau Sebatik ialah tugu perbatasan dan patok-patok perbatasan. Ada hal unik saat kita mengunjungi tapal batas di Pulau Sebatik yaitu mengenai keberadaan rumah-rumah penduduk yang terletak persis di perbatasan Indonesia-Malaysia. Pernah saya berkunjung ke rumah-rumah penduduk di sana dan sangat unik bahwa banyak rumah-rumah penduduk disana dimana halaman rumah berada di Indonesia namun dapur sudah berada di Malaysia. Jadi mereka sering bolak-balik ke luar negeri setiap detik hanya cukup di dalam satu rumah tanpa menggunakan paspor.. 

*Nur Bintang adalah seorang “worker” sekaligus “travel writer” dadakan yang kini bertugas di Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara perbatasan Indonesia-Malaysia.

OOO