Artikel

Kamis, 27 Desember 2012

”THE SPIRIT CAPITALISM OF JAPAN: WORKER LOYALTY”




Oleh: Nur Bintang*




”Ketika saya (Mas Bintang) sedang jalan-jalan ke tempat penjualan buku dalam sebuah mall di sudut Kota Jakarta maka saya sempatkan untuk membaca buku-buku di sana sekaligus membeli beberapa buku namun ada sebuah buku yang tidak sengaja membuat saya tertarik perihal perkembangan kapitalisme di Jepang namun sayangnya, saya lupa mencatat nama pengarang dan judul bukunya karena terlarut asyik membaca hingga tanpa sadar melahap semua isi buku tersebut sampai habis walau saya tidak membeli buku tersebut.. hehehe... (buku tersebut kebetulan tidak ditutup segel plastik). Namun saya tidak terlalu khawatir karena masih mengingat dan mencatatnya point-point dari buku tersebut ke dalam sebuah lembaran kertas kosong yang saya bawa di dalam tas saya kemudian rencananya saya tulis ke dalam blog sebagai postingan saya kali ini. Saya rasa hal ini sangat menarik di dalam mengkaji aspek sosiologis perkembangan budaya perusahaan serta budaya masyarakat di Jepang saat ini.”

 Pendidikan menjadi peran kunci dalam perubahan sosial kemajuan industri di Jepang.


Sejak era Restorasi Meiji’ pada masa kepemimpinan Kaisar Meiji tahun 1866-1869 (Reformasi modernisasi pendidikan Jepang secara menyeluruh disesuaikan dengan kurikulum standart pendidikan di Eropa untuk mengejar ketertinggalan bangsa Jepang dari negara-negara Barat, dengan salah satu tokoh reformis pendidikan Jepang yang terkenal di era Meiji adalah ”Fukuzawa Yikichi” yang memberi usul kepada kaisar Jepang untuk mengirim ribuan putra bangsa terbaik Jepang untuk belajar sesuai keahlian disiplin ilmu bidangnya masing-masing ke belahan sudut benua Eropa terutama belajar ke negara Jerman untuk kemudian kembali lagi ke Jepang dalam misi membangun kembali negaranya agar sejajar dan terhormat kedudukannya dengan negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat). Selain itu, budaya mentalitas ’bushido’ yang diturunkan para ksatria Samurai pada masyarakat Jepang yang berupa (tanggung jawab, kerjasama, kerja keras, jujur, dan tahu malu) makin membentuk karakter kuat masyarakat Jepang menuju pada arah kemajuan. Intinya, faktor pendidikan menjadi peran utama dalam perubahan sosial kemajuan industri di Jepang.

Pada awalnya (Zaman Perang Dunia I dan Perang Dunia II) terutama pada masa kepemimpinan Kaisar Jepang ”Hirohito”, produk-produk Jepang pada zaman itu terkenal sebagai ”produk industri yang sedap dipandang mata namun cepat rusak dan lantas dibuang!” dan setelah kekelahan Jepang atas Amerika Serikat dan sekutunya dalam Perang Pasifik pada tahun 1945 maka semua kini berbalik bahwa produk Jepang adalah produk yang unggul dan berdaya saing tinggi serta tidak kalah dengan produk-produk industri dari negara-negara maju Barat terutama Amerika Serikat dan Eropa. Ini berkat semboyan dari Jepang ”inovasi tiada henti” untuk selalu melakukan inovasi-inovasi baru hasil produk industri-nya yang ilmunya itu sendiri mereka dapatkan dari negara-negara maju Barat (terutama belajar kepada negara Jerman) yang kini menjadi saingan berat bagi keberlangsungan persaingan industri Jepang itu sendiri.

Sistem kapitalisme Jepang mengenai hubungan antara para kaum pemilik modal dan buruh memang sangat unik yakni berdasarkan hubungan ”budaya kesetiaan” yg menjadi adat tradisi Jepang sejak dulu. Jika saat zaman Perang Dunia dulu kesetiaan rakyat Jepang harus ditujukan dan tunduk kepada kaisar dan negaranya namun kini berbalik setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, maka kesetiaan rakyat Jepang adalah kepada perusahaan-perusahaan besar Jepang dimana mereka (para buruh/karyawan) banyak menggantungkan nafkah hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.


Suasana para pekerja di Jepang ketika berangkat ke kantor


Kaum buruh di Jepang tidak mengenal sistem kontrak kerja (outsourching) seperti lazimnya yang banyak dilakukan oleh pabrik-pabrik industri di Eropa, Amerika, bahkan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Buruh yang bekerja di perusahaan Jepang itu berlaku seumur hidup apabila kandidat pelamar tersebut lolos dalam tes seleksi karyawan. Perusahaan-perusahaan Jepang selalu melakukan pemberian ’tunjangan dana pensiun’ kepada semua para mantan pekerja/karyawan yang dulu setia mengabdi bekerja memajukan perusahaan. Hubungan relationship antara Majikan dan buruh di Jepang adalah ”keluarga” yang sama-sama saling bahu membahu memajukan perusahaan dalam memenangkan kompetisi persaingan dunia usaha yang sangat ketat di Jepang bahkan bersaing juga dengan perusahaan-perusahaan negara industri maju lain seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, China, Taiwan, dan Eropa.

Para pekerja di Jepang ketika aktivitas kerja dalam kantor


Budaya perusahaan yang menarik di perusahaan-perusahaan Jepang adalah pakaian kerja antara majikan dan buruh adalah ’sama’ dan tidak dibedakan, letak kantor antara kepala perusahaan, manajer, dan staff office juga sama dalam satu tempat dan tidak dipisahkan. Hal ini dilakukan untuk melakukan efisiensi waktu dan kemudahan pengawasan koordinasi antara atasan dan bawahan serta juga untuk meningkatkan rasa kekeluargaan sebagai rekan satu team di dalam suasana kantor. Tunjangan bonus diberikan kepada perusahaan kepada karyawan yang berprestasi dalam bentuk uang, paket liburan, jam tangan, ataupun medali penghargaan dari perusahaan. Jangan heran jika demonstrasi buruh di Jepang sangat jarang ditemui hal ini disebabkan budaya loyalitas (kesetiaan) buruh Jepang yang tinggi kepada perusahaan dimana mereka selama ini bekerja menggantungkan hidup.[]
*Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus