Artikel

Kamis, 02 Januari 2014

“DUGEM: DUNIA GEMERLAP DARI SISI LAIN”



Oleh: Nur Bintang*

 “Modernitas telah mengubah tempat-tempat hiburan sebagai alat konsumsi baru”
(George Ritzer: sosiolog, filsuf sosial)

 
ilustrasi: Aksi DJ (Disc Jockey) dalam dunia hiburan malam

Ini adalah postingan pertama saya pada edisi tahun baru 2014. Pada postingan kali ini, saya berusaha mengamati berdasarkan pegamatan sosial saya perihal aktivitas hiburan dunia malam atau yang biasa disebut dengan istilah “dugem” oleh para clubbers yang menyukai suasana dunia hiburan malam dengan melakukan dance di lantai dansa dengan diiringi suara hentakan musik disco yang dimainkan para DJ (Disc Jockey) sehingga dapat memeriahkan suasana pesta kawula muda. Saya memang dulu beberapa kali sering melakukan pemetaan dan pengamatan sosial mengenai gaya hidup (lifestyle) di beberapa tempat hiburan malam baik di Kota Purwokerto, Kota Yogyakarta, dan Kota Jakarta. Saya selaku pengamat sosial menganggap gaya hidup “clubbing” ke tempat hiburan malam memang sangatlah menarik untuk dikaji dari sudut pandang kajian ilmu sosial terutama sosiologi.

Dunia modernitas saat ini sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari produksi perkembangan teknologi yang semakin praktis dan canggih, berkembangnya budaya popular, budaya massa, perkembangan teknologi informasi semacam gadget, internet, media massa seperti iklan, koran, dan majalah yang nampaknya hanya akan berujung akhir pada pola gaya konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Rangkaian perkembangan budaya saat ini bergerak secara ekonomis dari proses produksi, distribusi, dan berakhir pada pola konsumsi. Perkembangan modernitas saat ini nampaknya telah mengubah gaya hidup kebanyakan masyarakat dewasa ini menuju pada tahap masyarakat postmodern yaitu masyarakat konsumen. Akibatnya, keberadaan paham kapitalistik semakin menguat di segala sendi kehidupan sosial hingga pada akhirnya kesejahteraan yang ditawarkan jalan kapitalisme telah menjadikan “tanda” sebagai elemen penting bagi eksistensi kehidupan masyarakat konsumer.

Saya beberapa kali melakukan investigasi atau riset kecil-kecilan dengan bertukar pikiran dan pendapat dengan rekan-rekan saya yang kebetulan memiliki hobi clubbing dan berusaha menyelami dan memahami pengalaman dunia sosial mereka terhadap makna ‘clubbing’ sebagai bagian dari eksistensi gaya hidup sosial anak muda masa kini. Kebanyakan rekan sejawat saya yang menyukai ‘dugem’ berpendapat jika clubbing merupakan ajang media sosialisasi untuk menunjukkan eksistensi diri dalam pergaulan sosial dan sekaligus sebagai ajang tempat refreshing untuk melepaskan semua kepenatan masalah dan hiruk-pikuk dari dunia nyata yang sesungguhnya. Secara tidak langsung saya bisa menangkap makna pesan dari rekan-rekan sejawat saya bahwa dugem adalah obat penawar masalah sesaat dari dunia nyata yang sesungguhnya seperti rasa bosan karena tekanan pekerjaan, masalah hidup dan lain-lain. Welcom in dream world! 

Memang cukup diakui, jika eksistensi diri terutama pergaulan dalam komunitas sosial di dunia hiburan malam memang sangatlah menarik untuk diteliti. Beberapa kali, saat saya melakukan pengamatan sosial di beberapa tempat hiburan malam menunjukkan adanya sebuah pola konsumsi individu dari sebuah identitas sosial seperti fenomena seorang individu yang banyak mengonsumsi dan memamerkan “tanda” produk barang industri dari merk tertentu yang berharga mahal hanya sekedar untuk meningkatkan status, gengsi, prestise dan penghormatan terhadap dirinya dalam ranah pergaulan sosial di komunitas. Menurut pandangan saya, hal ini juga dipengaruhi oleh dampak dari globalisasi perkembangan budaya Barat (Eropa dan Amerika) yang diimport langsung oleh generasi muda melalui media massa saat ini khususnya di Indonesia untuk dapat berperilaku gaya hidup modern sebagai “anak kota” atau “urban mentality.”


ilustrasi: Kemeriahan pesta dalam dunia industri hiburan malam

Perkembangan tempat-tempat hiburan malam semacam café, pub, diskotek dan sebagainya dewasa ini, kini berubah tidak lagi hanya menjadi sekedar tempat hiburan semata melainkan telah berubah menjadi areal ladang bisnis atau sebuah industri besar untuk meraih keuntungan (profit). Keberadaan industri tempat hiburan malam saat ini sedikit meminjam pandangan analisa seorang sosiolog kenamaan dari Universitas Maryland di Amerika Serikat yakni George Ritzer merupakan perwujudan dari alat-alat konsumsi baru dari perkembangan struktur budaya masyarakat modern yang kini berubah menjadi struktur masyarakat postmodern. Alat-alat konsumsi dalam hal ini akan berusaha menemukan cara baru agar tetap memikat dan mempesona (re-enchantment) untuk menghindarkan dari disenchantment (ketiadaan hal yang mempesona) sebagai akibat dari berkembangnya rasionalisasi kritis masyarakat terhadap makna akan budaya dan kebutuhannya. 

Industri hiburan malam akan berusaha mempertahankan pesona bisnis tempat hiburan malamnya dengan tujuan untuk mengontrol rasionalitas konsumennya yang dalam hal ini adalah para pengunjung café, pub, diskotek untuk ditawarkan sebuah sensasi serta pengalaman berbeda yang sulit untuk ditemukan di tempat hiburan lainnya terkait kompetisi persaingan di antara pengelola bisnis tempat hiburan malam. Pengelola café, pub, diskotek dalam hal ini akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan simulasi untuk menyatukan perpaduan antara realitas dan mimpi dan implosion sebagai wujud pelayanan terhadap kebutuhan konsumen jika dilihat dari aspek pandangan menurut sosiolog postmodernis asal Perancis yakni Jean Baudrillard. Pihak pengelola bisnis tempat hiburan malam dalam hal ini biasanya akan menyelenggarakan event-event hiburan malam yang lebih mempesona bagi para pengunjung. Event-event yang dijual dan ditawarkan kepada para pengunjung café, pub, atau diskotek biasanya tidak jauh-jauh dari wujud praktek kapitalisme kebudayaan seperti pertunjukkan musik band, aksi DJ, tarian sexy dancer. Suasana fantasi mimpi alam surga yang diliputi keceriaan, hura-hura, kebahagiaan itulah yang berusaha ditawarkan pihak pengelola tempat hiburan malam agar para pengunjung dapat terlepas dari realita sosialnya, melupakan tekanan, masalah dan rutinitas kehidupan di dunia nyata sesungguhnya. Saya bisa katakan para pengunjung tempat hiburan malam serasa hidup senang dalam dunia fantasi dan dunia mimpinya walaupun hanya sesaat. Inilah sebuah wujud dari bentuk rasionalitas semu manusia dalam masyarakat postmodern.

Keberadaan industri tempat hiburan malam saat ini adalah wujud dari alat-alat konsumsi baru dari perkembangan praktek kapitalisme kebudayaan dan kapitalisme ekonomi dari kehidupan masyarakat modern yang kemudian bertahap berubah menjadi kehidupan masyarakat postmodern. Gaya hidup masyarakat Barat (Eropa dan Amerika) saat ini, kini mulai menjadi model kiblat acuan nilai, makna sosial sebagai simbol budaya modern bagi masyarakat di Asia khususnya anak-anak muda di Indonesia. Orang-orang dianggap tidak berperilaku modern atau dianggap tidak berbudaya maju sebelum dapat bertingkah laku sesuai gaya hidup dari kultur Barat (Eropa dan Amerika) seperti belanja di mall, menggunakan produk barang-barang merek industri buatan Eropa dan Amerika, makan hamburger di Mc Donald atau makan ayam goreng di CFC, minum kopi di Starbucks, atau pergi minum bir ke tempat hiburan malam semacam café, pub atau diskotek. Semua perilaku Barat yang dianggap modern tersebut tidak lain adalah bentuk dari kegiatan konsumsi semata untuk membentuk citra identitas sosial.

Ketika saya berkunjung ke sebuah tempat hiburan malam semacam café, pub, atau diskotek maka diri saya merasakan semacam perjalanan singgah melewati dimensi dua dunia sosial yang lain. Wujud praktek kebudayaan postmodern semacam ini, saya anggap sebagai wujud perubahan kebudayaan ekonomi dari basis produksi (menurut pandangan Karl Marx) berubah menjadi basis konsumsi (menurut pandangan Jean Baudrillard). Untuk melakukan kegiatan konsumsi baik dalam praktek kehidupan ekonomi maupun praktek kehidupan budaya maka pasti tidak akan terlepas dari kebudayaan uang

Pada akhirnya, uang dalam kehidupan masyarakat postmodern nanti yang akan membedakan kuantitas dan kualitas konsumsi dan citra dari setiap individu. Uang dalam dunia postmodern merupakan motif utama dari berlangsungnya praktek wujud kebudayaan dan nampaknya eksistensi manusia sebagai individu tidak memiliki kekuasaan sepenuhnya untuk mengendalikan kesadaran akan rasionalitasnya karena secara tidak langsung manusia kini sudah dijadikan objek target market industry sebagai konsumen abadi yang tidak berdaya dari pengaruh godaan perkembangan kapitalisme budaya dan kapitalisme industri dalam ranah dunia sosial.

*Nur Bintang adalah seorang pengamat sosial dan budaya.

5 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus
  2. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus