Artikel

Jumat, 23 November 2012

“LOGIC BASES : DASAR-DASAR LOGIKA"



Ditulis oleh: Nur Bintang*

Pengantar
Dalam penulisan kali ini saya akan membahas mengenai ilmu ‘dasar-dasar logika’ atau ‘ilmu penalaran’ sebagai bagian dari cara berpikir ilmiah dan logis. Mungkin pembahasan mengenai ilmu ‘dasar-dasar logika’ lebih cocok diterangkan oleh para sarjana jurusan filsafat but it’s okay karena kebetulan pembahasan mengenai ‘dasar-dasar logika’ dulu juga sudah menjadi mata kuliah wajib zaman kuliah S1 saya dulu. Saya dalam pembahasan kali ini hanya menjabarkan garis besarnya saja dalam mekanisme berpikir berdasarkan alur logika yang saya pelajari selama ini. Ujian tes mengenai ‘dasar-dasar logika’ juga saya ikuti ketika saat ujian PAPs (Tes Potensi Akademik Pascasarjana) Universitas Gadjah Mada baik yang diadakan oleh fakultas psikologi UGM maupun yang diadakan pihak OTO Bappenas Jakarta yang masing-masing terdiri dari Sub tes kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif, dan kemampuan penalaran  sebagai syarat ujian sidang proposal tesis sekaligus syarat wajib kelulusan wisuda (ketika dulu saya masih kuliah mengambil gelar master S2 di UGM) dan kalau sekarang tes PAPs adalah syarat ujian masuk pascasarjana (S2 dan S3) di UGM selain kewajiban kelulusan tes TOEFL score 450 atau tes AcEPT score 210 untuk mahasiswa S2, dan TOEFL score 500 atau tes AcEPT score 250 untuk mahasiswa S3 (Alhamdulilah setelah perjuangan mengikuti tes dengan kode soal yang berbeda-beda hingga sampai empat kali, akhirnya saya dapat lulus dengan mendapatkan score 531 dari batas grade score kelulusan yang ditetapkan yakni score 500 bagi mahasiswa S2, score 550 bagi mahasiswa S3), ujian ‘dasar-dasar logika’ juga sering ditemui pada soal-soal psikotes ketika akan melamar pekerjaan baik ke perusahaan swasta atau bahkan saat mengikuti ujian masuk seleksi calon pegawai negeri. Mungkin bisa saja sewaktu-waktu grade kelulusan score baik itu TOEFL ataupun TPA ke depannya dapat berubah dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa yang bersangkutan selain syarat publikasi jurnal ilmiah kampus untuk skripsi (S1), jurnal ilmiah nasional untuk tesis (S2), dan jurnal ilmiah internasional untuk disertasi (S3) yang katanya akan segera diberlakukan oleh pemerintah dalam waktu dekat ini.

Bisa dibilang untuk mengerjakan soal tes ‘dasar-dasar logika’ tidaklah mudah bahkan saya sendiri membutuhkan waktu belajar yang cukup lama untuk benar-benar bisa beradaptasi memahaminya bahkan ada beberapa kawan mahasiswa S2 saya dulu di UGM asal Sumatera, Papua, dan Maluku bahkan sampai mengikuti ujian tes PAPs hingga lebih dari lima kali untuk bisa lulus karena score yang belum mencapai  passing grade score 500 yang sudah ditentukan pihak universitas namun banyak juga kawan-kawan saya yang memang cukup pintar atau memang sedang kebetulan bernasib baik alias ‘beruntung’ dapat langsung lulus tes dengan score 500 hanya dengan ikut satu kali ujian tes saja. Anggap saja tantangan itu sebagai sebuah proses menuju keberhasilan! Intinya membentuk mentalitas diri positif ‘tahan banting’ dengan fokus, ketekunan, dan kemauan untuk belajar adalah spirit motivasi yang paling utama untuk dimiliki dalam meraih sukses! Saya sudah banyak membaca beberapa referensi buku mengenai ilmu ‘dasar-dasar logika’ tapi lupakan saja! karena buku-buku tersebut kebanyakan disampaikan dalam bahasa filsafat yang berat dan sukar untuk dicerna namun saya tidak lantas patah semangat untuk mempelajarinya, saya tetap terus belajar semampu saya bisa sampai suatu saat saya bisa menyederhanakan materi ilmu ‘dasar-dasar logika’ tersebut. Untuk itu saya akan menguraikan ilmu ‘dasar-dasar logika’ ke dalam bahasa yang paling sederhana untuk mempermudah kita semua di dalam membuat kesimpulan yang tepat dari suatu bentuk premis pernyataan-pernyataan. Semoga bermanfaat!

Silogisme
Silogisme adalah suatu penyimpulan dari dua putusan (premis) yang kemudian disimpulkan menjadi kesimpulan baru (konklusi). Silogisme sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian yakni silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. Namun yang saya jelaskan lebih banyak dalam pembahasan ini adalah silogisme kategoris yang lebih sering banyak keluar dalam soal-soal ujian psikotes hingga ujian Tes Potensi Akademik (TPA). Berikut adalah penjelasannya:

Silogisme Kategoris terdiri dari tiga buah term yakni term subyek (S), term predikat (P), dan term antara (M). Pernyataan pertama dalam silogisme dinamakan premis mayor, pernyataan kedua dalam silogisme dinamakan premis minor, dan pernyataan yang terakhir adalah konklusi/kesimpulan. Ilmu logika mengajarkan kita untuk menarik kesimpulan dari pernyataan masing-masing premis (baik premis mayor maupun premis minor). Term yang muncul dua kali pada putusan (premis) tidak muncul kembali dalam konklusi (kesimpulan).

Contoh:   Premis mayor/term subyek                = Setiap burung dapat terbang
               Premis minor/term predikat              = Elang adalah burung
               Konklusi/term antara                       = Elang dapat terbang
Syarat: premis mayor harus universal: setiap, seluruh, semua (dan) premis minor harus afirmatif : budi, dian, gajah, sebagian, sementara, beberapa, ada, mungkin semua, beberapa/tidak semua dengan minimal satu anggota (maka) konklusi/kesimpulan harus afirmatif.

Contoh:   Premis mayor           = Semua atlet petinju bisa memukul
               Premis minor            = Beberapa atlet sepak bola tidak bisa memukul
               Konklusi                   = Beberapa atlet sepak bola bukanlah atlet petinju
Syarat:  Jika premis minor dalam bentuk afirmatif negatif maka konklusi/kesimpulan harus dalam bentuk afirmatif negatif.

Contoh:   Premis mayor           = Sarjana adalah orang pintar
               Premis minor            = Ada sarjana yang menjadi penemu
               Konklusi  = Sebagian sarjana yang menjadi penemu adalah orang pintar
Syarat: Jika premis minor dalam bentuk afirmatif positif maka konklusi/kesimpulan harus bersifat afirmatif positif (sebagian).

Contoh: Premis mayor            = Tidak ada penjahat yang mau bertobat
              Premis minor             = Beberapa yang bertobat adalah orang baik
             Konklusi                    = Beberapa orang baik bukanlah penjahat
Syarat: Jika salah satu premis negatif dan salah satu premis afirmatif maka konklusi harus afirmatif negatif.

Hukum-hukum Silogisme:
Jumlah term/dalam silogisme harus selalu berjumlah 3 term yakni term subyek, term predikat, dan term antara.

Penarikan konklusi/kesimpulan harus dalam bentuk proposisi partikular/afirmatif/sebagian.

Jika kedua premis yakni premis mayor dan premis minor sama-sama berbentuk negatif, maka tidak dapat ditarik konklusi/kesimpulan.

Bentuk premis baik premis mayor maupun premis minor salah satu harus berbentuk universal dan tidak boleh berbentuk partikular keduanya.

Contoh bentuk:     Premis mayor           = Universal
                            Premis minor            = Partikular/Afirmatif
                            Konklusi                  = Partikular/Afirmatif
Contoh bentuk:    Premis mayor           = Universal
                           Premis minor            = Negative partikular/afirmatif
                           Konklusi                   = Negatif partikular/afirmatif

Silogisme Hipotesis adalah hipotesis yang terdiri dari satu premis atau lebih yang berupa proposisi hipotesis. Silogisme hipotesis terdiri dari silogisme hipotesis kondisional, silogisme hipotesis disjungtif, dan silogisme hipotesis konjungtif.

Silogisme hipotesis kondisional menggunakan bentuk premis persyaratan yang terdiri dari antecedens/hubungan lurus dan consequens/kesimpulan.

Contoh: Jika saya punya uang nanti (antecedens), maka saya akan membeli mobil (consequens).

silogisme hipotesis disjungtif adalah silogisme yang dimana putusan premis minor mengakui atau menyangkal putusan mayor sehingga ditarik konklusi kesimpulan yang lain baik dalam arti sempit (kemungkinan) maupun arti luas (adanya kemungkinan yang ketiga).

Contoh dalam arti sempit: Budi membolos atau Budi tidak membolos. (kemungkinan Budi berada di rumah atau kemungkinan Budi berada di sekolah).

Contoh dalam arti luas: Dia mencintai saya atau dia. (kemungkinan dia bisa saja mencintai saya, kemungkinan dia bisa saja mencintai dia, atau kemungkinan ketiga yang lain mungkin dia bisa saja mencintai kedua-duanya; saya dan dia).

silogisme hipotesis konjungtif adalah proposisi kesesuaian untuk predikat menyangkal satu subjek/ketidak mungkinan dalam bentuk kemungkinan afirmatif-negatif atau bentuk kemungkinan negatif-afirmatif serta dua pernyataan premis yang mendapat kata hubung ‘dan’.

Contoh: Andi (premis afirmatif) tidak mungkin membaca dan menulis (kesimpulan negatif)

Contoh: Tidak mungkin sekaligus (kesimpulan negatif) Andi dapat membaca dan menulis (premis afirmatif). Artinya, Andi tidak membaca melainkan menulis atau justru sebaliknya Andi tidak menulis melainkan membaca.


Foto narsis saya saat liburan di  'Oud Batavia'..  : )

Sekedar share berbagi pengalaman
Sebenarnya masih banyak lagi kajian dalam pemahaman ilmu penalaran ‘dasar-dasar logika’ tetapi saya dalam pembahasan kali ini hanya menguraikan garis pokok besarnya saja yang wajib untuk dikuasai ketika masuk ke dalam jenjang perguruan tinggi. Pembahasan lebih mendalam bisa ditanyakan kepada mahasiswa atau sarjana yang mengambil jurusan filsafat (saya bukan lulusan filsafat melainkan lulusan sosiologi, hehehe..) namun setidaknya pembahasan saya dapat membentuk dasar (basic) dalam proses berpikir ilmiah berdasarkan alur logika karena filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Point pentingnya adalah kemauan untuk belajar karena semua tidak ada yang serba ‘instant’ artinya nikmatilah segala proses menuju keberhasilan itu.

Soal psikotes terutama TPA tidaklah mudah bagi kebanyakan orang karena masing-masing sub tes yang diujikan berbeda-beda menurut kategori penilaiannya bila ujian sub tes kemampuan verbal lebih dibanyak menuntut pengetahuan kosa kata dan istilah baru seperti sinonim dan antonim, solusinya untuk rajin membuka dan membaca kamus; sub tes kemampuan kuantitatif lebih memproritaskan kemampuan berhitung, ketelitian, dan kecepatan maka solusinya rajin mengerjakan soal matematika dari deret ukur, aljabar, bangun ruang, penjumlahan pecahan dan desimal, perhitungan jarak dan waktu dsb; sub tes penalaran maka harus rajin berlatih soal-soal spasial bangun ruang dan 'dasar-dasar logika' yang kebetulan contoh soal 'dasar-dasar logika' dalam pembahasan posting kali ini sengaja saya ambil yang termudah untuk mempermudah transfer ilmu pengetahuan dan sebetulnya ada soal-soal ‘dasar-dasar logika’ yang jauh lebih sulit dari contoh yang saya bahas kali ini. Pengalaman perjuangan saya mengerjakan soal PAPs pada akhirnya memperoleh masing-masing sub tes dengan nilai score yang sangat memuaskan dari sub tes kemampuan verbal memperoleh score 573, kemampuan kuantitatif memperoleh score 531, dan kemampuan penalaran memperoleh score 500 dengan jumlah nilai rata-rata total keseluruhan adalah mendapat score 531. Untuk dapat lulus dari ujian PAPs atau TPA maka soal yang berjumlah total 250 soal harus dapat dikerjakan dalam waktu 40-60 detik per soal artinya dalam ujian PAPs atau TPA dituntut pengetahuan, kecepatan, dan ketelitian agar dapat selesai tepat waktu dari batas waktu ujian yang telah ditentukan. Selain itu saya sarankan fisik anda harus sehat saat mengikuti tes ini dengan istirahat yang cukup, minum vitamin dan makan makanan bergizi yang mengandung banyak protein seperti telur, daging ayam, daging ikan yang berguna meningkatkan kinerja sel otak. Berdo'a dan yakin kepada Tuhan bisa mengerjakan soal-soal tes PAPs atau TPA dengan baik. Mental psikis yang baik dan fisik yang prima juga sangat menentukan ketika mengikuti tes PAPs atau TPA ini. 

          Lulus ujian TOEFL atau ujian AcEPT ditambah dengan ujian PAPs adalah syarat wajib kelulusan di UGM dengan tidak memandang seberapa pintar nilai tinggi IPK mahasiswa saat berada di kampus. Apabila ada mahasiswa yang memang belum dapat menyelesaikan ujian wajib ini maka jangan harap mahasiswa yang bersangkutan bisa lulus mendapatkan ijazah resmi. Hal ini saya rasakan ketika dulu kuliah di UGM melihat dari banyaknya mahasiswa calon kandidat master (S2) dan mahasiswa calon kandidat doktor (S3) baik dari Indonesia maupun asing dari luar negeri yang belum mendapatkan ijazah resmi apalagi berhasil diwisuda karena mahasiswa yang bersangkutan belum dapat menyelesaikan ujian wajib ini. Selain itu, apabila mahasiswa pascasarjana selama jeda batas waktu kelayakan program studi belum juga dapat menyelesaikan masa studinya, apalagi juga belum berhasil lulus dari ujian wajib ini (TOEFL/AcEPT dan PAPs) maka mahasiswa yang bersangkutan dapat dikenai sanksi untuk mengundurkan diri sebagai mahasiswa. Banyak masyarakat di luar selama ini yang mengatakan jika dosen-dosen di UGM memang terkenal 'killer' terhadap para mahasiswanya. Pernyataan dari masyarakat itu memang benar adanya namun tidak semuanya berlaku demikian karena itulah dinamika kehidupan dunia akademik di kampus.

         Tulisan artikel kecil ini terinspirasi dari petikan ucapan sastrawan besar Indonesia yang sempat masuk dalam calon kandidat peraih nobel dalam bidang sastra yaitu Pramoedya Ananta Toer yang dahulu beliau pernah berkata, "Aku tidak ingin mati bersama dengan ilmu yang masih melekat di dalam tubuhku agar dapat memberi manfaat bagi orang lain yang masih hidup." Caranya? yaitu dengan jalan 'menulis'. Begitu juga dengan saya yang hanyalah seorang yang masih baru tahap proses belajar maka jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengalaman dan keilmuan beliau. Saya secara pribadi juga memiliki keinginan untuk terus berbagi ilmu bermanfaat kepada rekan-rekan semuanya melalui tulisan di blog saya ini karena ajaran agama juga mengajarkan bahwa amalan yang terus mengalir bagi seorang hamba-Nya adalah ilmu yang bermanfaat. Semoga tulisan saya dalam pembahasan kali ini dapat mencerahkan…!!![]

*Nur Bintang adalah pengamat sosial-budaya dan pernah menjadi seorang editor buku ilmu-ilmu sosial di salah satu penerbitan nasional, Jakarta.

Sumber Referensi:

-Azis Saefudin. (2010). Jaminan Score Tinggi TPA: Tes Potensi Akademik Pascasarjana. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
-Tim redaksi bangkit. (2009). Tes Bakat Skolastik dan Psikotes untuk CPNS. Yogyakarta: Penerbit Bangkit.


1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus