Ditulis oleh: Nur Bintang*
"Saya dalam pembahasan teori social ini membahas tentang teori kritis dalam ilmu
social terutama dalam kajian disiplin ilmu sosiologi. Tanpa panjang-lebar semoga
catatan kecil saya bisa membantu dan menjelaskan pemahaman di dalam teori
kritis social. Perlu diingat tulisan saya ini bukanlah tulisan ilmiah melainkan
hanya sekedar share pengetahuan
tentang teori kritis di dalam ilmu sosiologi. Semoga pemetaan teori kritis dari
saya ini bisa membantu pembaca semua. Tulisan style saya tetap menggunakan gaya lugas, ringkas dan sederhana. Namun yang harus diperhatikan pembaca bahwa ada perbedaan antara Marxian dan Marxis. Saya akan jelaskan bahwa "Marxian" adalah cara pandang/kacamata terhadap pemahaman ajaran Karl Marx (tidak/belum tentu diyakini untuk dilakukan) sedangkan "Marxis" adalah sebuah bentuk idiologi/keyakinan terhadap ajaran Karl Marx yang harus dilakukan. Saya menyampaikan hal ini karena banyak orang yang terjebak dan salah menggunakan istilah "marxian" dan "marxis". Catatan Penting! Ajaran pemikiran Karl Marx bukan untuk diyakini sebagai idiologi tetapi lebih baik digunakan sebagai alat analisis pemecahan problem/masalah sosial saja. Banyak kelemahan-kelemahan di dalam teori Karl Marx yang dianggap utopis (tidak realistis) seperti mewujudkan masyarakat tanpa kelas (komunisme) adalah hal yang sangat mustahil di dalam dunia sosial dimana sistem pelapisan sosial, stratifikasi sosial dalam masyarakat sudah sangat lama berlangsung sejak zaman awal lahirnya peradaban manusia tetapi walaupun demikian teori Karl Marx sampai saat ini masih cukup relevan sebagai alat analisis di dalam kajian ilmu-ilmu sosial. Semoga dapat membantu untuk pembaca semuanya dalam memahami pemikiran ilmuwan sosial yakni Opa Karl Marx."
*WHO IS KARL MARX ?
Karl Marx (1818-1883) salah satu tokoh filsuf beraliran positivis yang melakukan kajian prediksi terhadap perubahan sosial masyarakat di masa yang akan mendatang. Dalam cerita biografi hidupnya Karl Marx sebenarnya adalah seorang "pengangguran intelektual" sampai akhir hayatnya (walaupun Karl Marx pernah bekerja sebagai redaktur di sebuah perusahaan penerbitan koran namun itu tidak berhasil menolong kehidupan ekonominya karena Karl Marx termasuk seorang pekerja pemalas yang enggan mencari pekerjaan. Pekerjaan yang didapatkan Karl Marx di perusahaan penerbitan koran itu juga karena dibantu oleh seorang kawannya sementara Karl Marx sendiri sebenarnya tidak mau giat bekerja untuk mencari uang dan cenderung hanya bisa meminta uang dengan paksa dan bergantung hidup dari nafkah kerja kedua orang tuanya yang sudah tua). Karl Marx dahulu semasa studi di universitas dianggap memiliki gaya hidup yang sangat bebas dan boros karena selalu menghambur-hamburkan uang biaya hidup yang dikirimkan oleh kedua orang tuanya. Karl Marx memiliki kegemaran aneh yaitu suka berhura-hura menghabiskan semua uang kiriman dari orang tuanya dengan mengadakan acara pesta meminum bir bersama kawan-kawan di kampusnya dulu.
Semua karya-karya Karl Marx (termasuk buku fenomenal Karl Marx yang berjudul 'Das Capital' jilid 2 dan jilid 3) sebenarnya adalah tulisan rangkuman semua pemikiran Karl Marx yang ditulis oleh Friedrich Engels (sahabat intelektual Karl Marx yang juga seorang pengusaha kaya pemilik sebuah pabrik tekstil di Manchester, Inggris yang mempunyai rasa simpati dan empati terhadap kondisi kemiskinan kaum buruh kala itu). Selain menulis dan merangkum semua pemikiran Karl Marx ternyata Engels juga ikut membiayai penerbitan buku-buku pemikiran Karl Marx. Bisa dibilang bahwa Engels termasuk orang yang sangat berjasa bagi Karl Marx secara pribadi karena Engels selalu membantu semua biaya kebutuhan ekonomi Karl Marx dan istrinya. Keunikan Karl Marx semasa hidup ialah mempunyai kepribadian yang tidak lazim yaitu tidak suka merawat diri dan bahkan jarang mandi, suka membuang sampah sembarangan, dan tidak pernah membersihkan kamar tidurnya sendiri sehingga penampilan Karl Marx cenderung kumal dan lebih nampak seperti seorang gelandangan namun dunia akademis tetap menaruh hormat atas segala pemikirannya yang mampu mengguncang dunia dan membangun tradisi filsafat kritis di dunia.
Kritik saya untuk Karl Marx bahwa ternyata pemikiran kritis anti kemapanan yang dicetuskan oleh Karl Marx selama ini sebenarnya sangat bertolak belakang dengan pola gaya hidup Karl Marx sendiri yang lebih suka berfoya-foya dan berpesta menghabiskan semua uang hanya untuk membeli botol bir dan selain itu, disaat Karl Marx berjuang untuk menghapuskan eksplotasi ekonomi para pemodal terhadap kaum buruh tapi ternyata dalam kehidupan sehari-hari, Karl Marx justru mengeksploitasi kedua orang tuanya untuk kepentingan ekonomi Karl Marx sendiri. Dalam hal ini saya mengambil kesimpulan bahwa Karl Marx tidak konsisten dengan pemikiran yang diperjuangkannya selama ini dan bahkan teori revolusi proletariat yang diramalkan Karl Marx dan Engels bakal terjadi di seluruh daratan Eropa ternyata terbukti gagal total bahkan tesis Karl Marx sendiri berhasil dipatahkan oleh tesis dari Max Weber mengenai spirit kapitalisme suci dari pengusaha sebagai bagian dari etika Protestan untuk membantu sesama yang akan mengalami metamorfosa dalam perkembangan kapitalisme di Eropa.
Saya hanya bisa tertawa dan kasihan jika melihat aktivis kampus muda yang masih lugu dan sebegitu buta mengidolakan Karl Marx dengan berjuang mengatasnamakan 'revolusi rakyat' tanpa memahami biografi hidup Karl Marx sendiri yang sangat bertolak belakang dengan pemikiran sucinya selama ini. Hal ini karena bila anda meyakini ajaran Karl Marx sebagai jalan hidup atau idiologi maka sama halnya anda bermimpi untuk menjadi seorang 'pengangguran'. Saran saya ambil saja sisi positif pemikiran filsafat kritis dari Karl Marx yaitu keberpihakan kepada golongan lemah dengan tidak hanya bisa mengkritik dan berteori tetapi juga memberi jalan solusi sehat (tanpa revolusi kekerasan) dengan bertindak elegan dan jangan sekali-kali menjadikan teori Karl Marx sebagai idiologi buta atau jalan hidup karena semua tesis original pemikiran Karl Marx sudah terbukti utopis dan gagal yang hanya menghasilkan kekerasan revolusi melalui pertumpahan darah yang sia-sia dan berakhir pada pola pemerintahan yang dipimpin secara totalitarian. Revisi terhadap pemikiran Karl Marx adalah mutlak oleh beberapa pemikir setelah zamannya.
*KRITISME KARL MARX MELAHIRKAN GAGASAN TEORI KONFLIK:
Karl Marx merupakan seorang filsuf Yahudi-Jerman yang sangat tertarik pada masalah ekonomi terutama kajian eksploitasi industri terhadap kaum buruh bahkan selama hidupnya Karl Marx selalu menjadi 'buronan pelarian' karena banyak negara yang ingin menangkapnya akibat ketakutan penguasa negara tersebut akan timbulnya revolusi dari rakyat akibat pengaruh hasil tulisan pemikiran-pemikiran kritis dari Karl Marx di media massa. Karl Marx sangat terpengaruh oleh filsafat dialektika dari George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) dan Ludwig Feuerbach (1804-1872) seorang filsuf sekaligus anthropolog Jerman aliran filsafat hegelian muda yang sangat berminat pada studi agama. Teori Kritis adalah gagasan idealisme pemikiran Karl Marx ketika masih muda dulu. Teori Kritis berasal dari tradisi-tradisi ilmu social dan humaniora. Teori Kritis ini dapat digunakan di dalam lintas disiplin ilmu (interdisipliner ilmu). Teori Kritis di dalam ilmu sosiologi biasanya sering digunakan untuk menguji dan mengkritik masyarakat, budaya, dan kesusasteraan. Logika filsafat Karl Marx mengkritisi kondisi filsafat pada saat itu yang hanya bisa berpikir dengan logika tetapi tidak bisa melakukan tindakan untuk merubah kondisi/tatanan masyarakat secara kritis dan lebih adil. Marx muda mengejek kondisi filsafat pada saat itu sebagai “Kemiskinan Filsafat”. Dialektika menurut Marx adalah Tesis - antithesis – sintesis - tesis baru - antitesis baru - sintesis baru. Marx tersesat karena menjadikan teori sebagai idiologi dengan mendorong masyarakat pada wujud sosialisme-komunisme. Tesis Kesadaran Semu dari Karl Marx menganggap bahwa "agama adalah candu bagi masyarakat" maksudnya agama telah dijadikan senjata oleh kaum pemilik modal untuk melemahkan (meninabobokan) pergerakan kaum buruh agar selalu senantiasa bersabar (tidak melawan) dan terus berdo'a dalam menghadapi segala eksploitasi yang dilakukan kaum pemilik modal tanpa adanya usaha perlawanan yang nyata dari kaum buruh. Buruh diharapkan Karl Marx untuk berani melawan penindasan kapitalis/pemilik modal dengan tidak seraya bersabar dan hanya berdo'a saja karena dininabobokan oleh ajaran dogma agama tetapi benar-benar harus melawan ketidakberdayaan tersebut melalui gerakan-gerakan perlawanan dengan jalan "REVOLUSI" mengambil alih hak atas kepemilikan alat-alat produksi dari para kaum borjuis dan pemilik modal yang dianggap telah menghisap keringat kerja keras kaum buruh dengan upah murah dan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari hasil produksi yang dikerjakan kaum buruh. Revolusi Proletariat dari Marx terbukti gagal dan malah justru memunculkan kepemimpinan diktaktor baru dalam negara-negara penganut idiologi sosialisme-komunisme. Adapun pemahaman perkembangan logika Karl Marx yang digunakan di dalam ilmu kritis adalah sebagai berikut:
Semua karya-karya Karl Marx (termasuk buku fenomenal Karl Marx yang berjudul 'Das Capital' jilid 2 dan jilid 3) sebenarnya adalah tulisan rangkuman semua pemikiran Karl Marx yang ditulis oleh Friedrich Engels (sahabat intelektual Karl Marx yang juga seorang pengusaha kaya pemilik sebuah pabrik tekstil di Manchester, Inggris yang mempunyai rasa simpati dan empati terhadap kondisi kemiskinan kaum buruh kala itu). Selain menulis dan merangkum semua pemikiran Karl Marx ternyata Engels juga ikut membiayai penerbitan buku-buku pemikiran Karl Marx. Bisa dibilang bahwa Engels termasuk orang yang sangat berjasa bagi Karl Marx secara pribadi karena Engels selalu membantu semua biaya kebutuhan ekonomi Karl Marx dan istrinya. Keunikan Karl Marx semasa hidup ialah mempunyai kepribadian yang tidak lazim yaitu tidak suka merawat diri dan bahkan jarang mandi, suka membuang sampah sembarangan, dan tidak pernah membersihkan kamar tidurnya sendiri sehingga penampilan Karl Marx cenderung kumal dan lebih nampak seperti seorang gelandangan namun dunia akademis tetap menaruh hormat atas segala pemikirannya yang mampu mengguncang dunia dan membangun tradisi filsafat kritis di dunia.
Kritik saya untuk Karl Marx bahwa ternyata pemikiran kritis anti kemapanan yang dicetuskan oleh Karl Marx selama ini sebenarnya sangat bertolak belakang dengan pola gaya hidup Karl Marx sendiri yang lebih suka berfoya-foya dan berpesta menghabiskan semua uang hanya untuk membeli botol bir dan selain itu, disaat Karl Marx berjuang untuk menghapuskan eksplotasi ekonomi para pemodal terhadap kaum buruh tapi ternyata dalam kehidupan sehari-hari, Karl Marx justru mengeksploitasi kedua orang tuanya untuk kepentingan ekonomi Karl Marx sendiri. Dalam hal ini saya mengambil kesimpulan bahwa Karl Marx tidak konsisten dengan pemikiran yang diperjuangkannya selama ini dan bahkan teori revolusi proletariat yang diramalkan Karl Marx dan Engels bakal terjadi di seluruh daratan Eropa ternyata terbukti gagal total bahkan tesis Karl Marx sendiri berhasil dipatahkan oleh tesis dari Max Weber mengenai spirit kapitalisme suci dari pengusaha sebagai bagian dari etika Protestan untuk membantu sesama yang akan mengalami metamorfosa dalam perkembangan kapitalisme di Eropa.
Saya hanya bisa tertawa dan kasihan jika melihat aktivis kampus muda yang masih lugu dan sebegitu buta mengidolakan Karl Marx dengan berjuang mengatasnamakan 'revolusi rakyat' tanpa memahami biografi hidup Karl Marx sendiri yang sangat bertolak belakang dengan pemikiran sucinya selama ini. Hal ini karena bila anda meyakini ajaran Karl Marx sebagai jalan hidup atau idiologi maka sama halnya anda bermimpi untuk menjadi seorang 'pengangguran'. Saran saya ambil saja sisi positif pemikiran filsafat kritis dari Karl Marx yaitu keberpihakan kepada golongan lemah dengan tidak hanya bisa mengkritik dan berteori tetapi juga memberi jalan solusi sehat (tanpa revolusi kekerasan) dengan bertindak elegan dan jangan sekali-kali menjadikan teori Karl Marx sebagai idiologi buta atau jalan hidup karena semua tesis original pemikiran Karl Marx sudah terbukti utopis dan gagal yang hanya menghasilkan kekerasan revolusi melalui pertumpahan darah yang sia-sia dan berakhir pada pola pemerintahan yang dipimpin secara totalitarian. Revisi terhadap pemikiran Karl Marx adalah mutlak oleh beberapa pemikir setelah zamannya.
*KRITISME KARL MARX MELAHIRKAN GAGASAN TEORI KONFLIK:
Karl Marx merupakan seorang filsuf Yahudi-Jerman yang sangat tertarik pada masalah ekonomi terutama kajian eksploitasi industri terhadap kaum buruh bahkan selama hidupnya Karl Marx selalu menjadi 'buronan pelarian' karena banyak negara yang ingin menangkapnya akibat ketakutan penguasa negara tersebut akan timbulnya revolusi dari rakyat akibat pengaruh hasil tulisan pemikiran-pemikiran kritis dari Karl Marx di media massa. Karl Marx sangat terpengaruh oleh filsafat dialektika dari George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) dan Ludwig Feuerbach (1804-1872) seorang filsuf sekaligus anthropolog Jerman aliran filsafat hegelian muda yang sangat berminat pada studi agama. Teori Kritis adalah gagasan idealisme pemikiran Karl Marx ketika masih muda dulu. Teori Kritis berasal dari tradisi-tradisi ilmu social dan humaniora. Teori Kritis ini dapat digunakan di dalam lintas disiplin ilmu (interdisipliner ilmu). Teori Kritis di dalam ilmu sosiologi biasanya sering digunakan untuk menguji dan mengkritik masyarakat, budaya, dan kesusasteraan. Logika filsafat Karl Marx mengkritisi kondisi filsafat pada saat itu yang hanya bisa berpikir dengan logika tetapi tidak bisa melakukan tindakan untuk merubah kondisi/tatanan masyarakat secara kritis dan lebih adil. Marx muda mengejek kondisi filsafat pada saat itu sebagai “Kemiskinan Filsafat”. Dialektika menurut Marx adalah Tesis - antithesis – sintesis - tesis baru - antitesis baru - sintesis baru. Marx tersesat karena menjadikan teori sebagai idiologi dengan mendorong masyarakat pada wujud sosialisme-komunisme. Tesis Kesadaran Semu dari Karl Marx menganggap bahwa "agama adalah candu bagi masyarakat" maksudnya agama telah dijadikan senjata oleh kaum pemilik modal untuk melemahkan (meninabobokan) pergerakan kaum buruh agar selalu senantiasa bersabar (tidak melawan) dan terus berdo'a dalam menghadapi segala eksploitasi yang dilakukan kaum pemilik modal tanpa adanya usaha perlawanan yang nyata dari kaum buruh. Buruh diharapkan Karl Marx untuk berani melawan penindasan kapitalis/pemilik modal dengan tidak seraya bersabar dan hanya berdo'a saja karena dininabobokan oleh ajaran dogma agama tetapi benar-benar harus melawan ketidakberdayaan tersebut melalui gerakan-gerakan perlawanan dengan jalan "REVOLUSI" mengambil alih hak atas kepemilikan alat-alat produksi dari para kaum borjuis dan pemilik modal yang dianggap telah menghisap keringat kerja keras kaum buruh dengan upah murah dan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari hasil produksi yang dikerjakan kaum buruh. Revolusi Proletariat dari Marx terbukti gagal dan malah justru memunculkan kepemimpinan diktaktor baru dalam negara-negara penganut idiologi sosialisme-komunisme. Adapun pemahaman perkembangan logika Karl Marx yang digunakan di dalam ilmu kritis adalah sebagai berikut:
-
Marx
muda
= menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritis dalam filsafat untuk merubah dan
membebaskan (WHAT, WHY) sebagai ontology dan (HOW) sebagai epistemology.
-
Marx
tua = Memaksakan idiologi pada paham sosialisme-komunisme
(masyarakat tanpa kelas).
- Idealisme
Marx = kesadaran ditentukan oleh kondisi material vs Idealisme Hegel = kesadaran yang
menentukan kejadian/kenyataan.
-
*MARXISME ORTODOKS:
Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme)= Pemahaman komunisme dari hasil pemikiran Marx tua yang akhirnya lalu dianut dan diterapkan secara membabi buta oleh Lenin, Troutsky, dan Stalin yang tergabung dalam Partai Bolshevik pada "Revolusi Februari" dan "Revolusi Oktober" tahun 1917 yang menurunkan rezim kekuasaan Kaisar Tsar Russia dalam usaha mengusung cita-cita membentuk negara sosialisme-komunisme. Pemerintahan Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme) di Russia dianggap gagal karena tidak berhasil mewujudkan revolusi proletariat seperti apa yang diramalkan Karl Marx dan Engels di Eropa justru di bawah rezim partai komunis, pemahaman marxisme ortodoks di Russia telah menjelma menjadi pemerintahan "totalitarian" dipimpin seorang penguasa kharismatik bergaya diktaktor (Vladimir Ulyanov Lenin dan Joseph Stalin adalah keturunan Yahudi yang berhasil menjadi pemimpin besar revolusi, Partai Komunis di Russia-Uni Soviet) yang suka menindas rakyat secara semena-mena terutama kekejaman terhadap para buruh tani di Rusia hingga mengakibatkan kelaparan massal dimana-mana akibat dari semua lahan tanah pertanian, alat-alat produksi pertanian, bahkan hasil produksi pertanian disita secara paksa dibawah todongan senapan tentara atas nama negara sehingga hal tersebut menimbulkan pertumpahan darah bagi pihak-pihak yang berani melawan kebijakan negara terutama dari para tokoh agamawan, akademisi dan pemilik tanah yang berakibat jatuhnya banyak korban di pihak rakyat sipil. Lenin dan Stalin sendiri berdalih bahwa kekerasan yang dilakukan negara atas restu perjuangan semangat revolusioner seluruh kaum buruh industri di Rusia dalam usaha memerangi kapitalisme global yang dipimpin Amerika dan Eropa Barat. Ironisnya, sebenarnya justru dahulu perjuangan revolusi 1917 di Rusia tersebut lebih banyak dilakukan atas dukungan dari rakyat Rusia yang berprofesi sebagai buruh tani. Pemahaman Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme) dianggap telah melenceng dari ajaran Marx yang sesungguhnya oleh golongan Neo-Marxis "Mahzab Frankfurt" di Jerman yang berusaha mengkritisi ajaran Marx sekaligus meluruskan (merevisi) ajaran Marx tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi zaman. Neo-Marxis (Mahzab Frankfurt) di Jerman sangat menentang terhadap ajaran Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme) yang dianggap tidak beradab dan tidak bermoral.
*ANTONIO GRAMSCHI SEBAGAI BAPAK 'NEO-MARXIS':
Antonio Gramschi, seorang teoritisi marxis dari Italia yang dulu sempat diasingkan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup (meninggal dalam masa tahanan pada tahun 1937) di era rezim pemerintahan diktaktor fasisme Italia yaitu Benito Mussolini pada era Perang Dunia II karena dianggap sebagai "pemberontak" dan pemikirannya sangat membahayakan bagi jalannya keberlangsungan pemerintahan fasis Benito Mussolini. Antonio Gramschi berusaha mengkritisi kelemahan-kelemahan marxisme ortodox dengan melakukan analisis penyebab kegagalan revolusi proletariat. Konteks “hegemoni” menjadi senjata strategi perubahan social ampuh dari Gramschi dengan merebut hegemoni kultural dengan menyingkirkan hegemoni kaum borjuasi yang menindas. Gramschi melihat budaya sebagai ekspresi idiologi yang melindungi dan mempromosikan kepentingan kelas tertentu yang intinya bahwa budaya tidaklah netral karena alat utama yang menyokong hegemoni adalah "media massa" sebagai pusat terciptanya produksi akal sehat/nalar umum (common sense) dalam kehidupan sehari-hari. ex: Propoganda Amerika Serikat melalui media massa milik mereka yang sudah mengglobal terutama stasiun TV "CNN" dan Majalah "TIME" untuk menggiring opini publik dunia dengan mewacanakan bahwa Saddam Hussein adalah poros setan yang harus diperangi karena memiliki senjata pemusnah massal yang membahayakan perdamaian dunia walaupun dalam kenyataannya setelah invasi Amerika ke Irak tidak ditemukan satupun senjata pemusnah massal yang dimaksud. Hegemoni merupakan negoisasi antara kelas yang dominan dan kelas yang dikuasai mengenai apa yang harus diyakini dan tidak oleh kelas yang dikuasai. Budaya, idiologi, dan hegemoni selalu berada dalam pandangan Gramschi. Hegemoni bisa digunakan oleh kepentingan proletar dengan melakukan kerjasama bersama kelompok-kelompok yang ditindas lainnya. Revolusi bisa dilakukan dan dicapai jika terjadi kesepakatan yang diterima secara luas oleh kelompok-kelompok tertindas lainnya untuk berjuang bersama-sama melawan penindasan (class alliance). “Intelektual Organik” dicetuskan Gramschi yang artinya peran cendekiawan/intelektual dari akademisi universitas ataupun intelektual yang bukan berasal dari kalangan akademisi universitas namun mempunyai keahlian untuk dapat mengamati, menafsirkan, dan terlibat dan berpihak serta melakukan gerakan perubahan bersama kaum tertindas. Marxisme fundamentalis (ortodox) melihat kelas versus kelas, sedangkan Gramschi melihat "class alliance". Antonim dari 'Intelektual Organik' adalah 'Intelektual Tradisional' yaitu cendekiawan/intelektual yang mengabdikan dirinya kepada kepentingan profit dari sebuah lembaga perusahaan yang cenderung tidak melakukan gerakan perubahan masyarakat bersama kaum tertindas.
*MARXISME ORTODOKS:
Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme)= Pemahaman komunisme dari hasil pemikiran Marx tua yang akhirnya lalu dianut dan diterapkan secara membabi buta oleh Lenin, Troutsky, dan Stalin yang tergabung dalam Partai Bolshevik pada "Revolusi Februari" dan "Revolusi Oktober" tahun 1917 yang menurunkan rezim kekuasaan Kaisar Tsar Russia dalam usaha mengusung cita-cita membentuk negara sosialisme-komunisme. Pemerintahan Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme) di Russia dianggap gagal karena tidak berhasil mewujudkan revolusi proletariat seperti apa yang diramalkan Karl Marx dan Engels di Eropa justru di bawah rezim partai komunis, pemahaman marxisme ortodoks di Russia telah menjelma menjadi pemerintahan "totalitarian" dipimpin seorang penguasa kharismatik bergaya diktaktor (Vladimir Ulyanov Lenin dan Joseph Stalin adalah keturunan Yahudi yang berhasil menjadi pemimpin besar revolusi, Partai Komunis di Russia-Uni Soviet) yang suka menindas rakyat secara semena-mena terutama kekejaman terhadap para buruh tani di Rusia hingga mengakibatkan kelaparan massal dimana-mana akibat dari semua lahan tanah pertanian, alat-alat produksi pertanian, bahkan hasil produksi pertanian disita secara paksa dibawah todongan senapan tentara atas nama negara sehingga hal tersebut menimbulkan pertumpahan darah bagi pihak-pihak yang berani melawan kebijakan negara terutama dari para tokoh agamawan, akademisi dan pemilik tanah yang berakibat jatuhnya banyak korban di pihak rakyat sipil. Lenin dan Stalin sendiri berdalih bahwa kekerasan yang dilakukan negara atas restu perjuangan semangat revolusioner seluruh kaum buruh industri di Rusia dalam usaha memerangi kapitalisme global yang dipimpin Amerika dan Eropa Barat. Ironisnya, sebenarnya justru dahulu perjuangan revolusi 1917 di Rusia tersebut lebih banyak dilakukan atas dukungan dari rakyat Rusia yang berprofesi sebagai buruh tani. Pemahaman Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme) dianggap telah melenceng dari ajaran Marx yang sesungguhnya oleh golongan Neo-Marxis "Mahzab Frankfurt" di Jerman yang berusaha mengkritisi ajaran Marx sekaligus meluruskan (merevisi) ajaran Marx tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi zaman. Neo-Marxis (Mahzab Frankfurt) di Jerman sangat menentang terhadap ajaran Marxisme Ortodoks (Leninisme-Stalinisme) yang dianggap tidak beradab dan tidak bermoral.
Vladimir Ulyanov Lenin
*ANTONIO GRAMSCHI SEBAGAI BAPAK 'NEO-MARXIS':
Antonio Gramschi, seorang teoritisi marxis dari Italia yang dulu sempat diasingkan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup (meninggal dalam masa tahanan pada tahun 1937) di era rezim pemerintahan diktaktor fasisme Italia yaitu Benito Mussolini pada era Perang Dunia II karena dianggap sebagai "pemberontak" dan pemikirannya sangat membahayakan bagi jalannya keberlangsungan pemerintahan fasis Benito Mussolini. Antonio Gramschi berusaha mengkritisi kelemahan-kelemahan marxisme ortodox dengan melakukan analisis penyebab kegagalan revolusi proletariat. Konteks “hegemoni” menjadi senjata strategi perubahan social ampuh dari Gramschi dengan merebut hegemoni kultural dengan menyingkirkan hegemoni kaum borjuasi yang menindas. Gramschi melihat budaya sebagai ekspresi idiologi yang melindungi dan mempromosikan kepentingan kelas tertentu yang intinya bahwa budaya tidaklah netral karena alat utama yang menyokong hegemoni adalah "media massa" sebagai pusat terciptanya produksi akal sehat/nalar umum (common sense) dalam kehidupan sehari-hari. ex: Propoganda Amerika Serikat melalui media massa milik mereka yang sudah mengglobal terutama stasiun TV "CNN" dan Majalah "TIME" untuk menggiring opini publik dunia dengan mewacanakan bahwa Saddam Hussein adalah poros setan yang harus diperangi karena memiliki senjata pemusnah massal yang membahayakan perdamaian dunia walaupun dalam kenyataannya setelah invasi Amerika ke Irak tidak ditemukan satupun senjata pemusnah massal yang dimaksud. Hegemoni merupakan negoisasi antara kelas yang dominan dan kelas yang dikuasai mengenai apa yang harus diyakini dan tidak oleh kelas yang dikuasai. Budaya, idiologi, dan hegemoni selalu berada dalam pandangan Gramschi. Hegemoni bisa digunakan oleh kepentingan proletar dengan melakukan kerjasama bersama kelompok-kelompok yang ditindas lainnya. Revolusi bisa dilakukan dan dicapai jika terjadi kesepakatan yang diterima secara luas oleh kelompok-kelompok tertindas lainnya untuk berjuang bersama-sama melawan penindasan (class alliance). “Intelektual Organik” dicetuskan Gramschi yang artinya peran cendekiawan/intelektual dari akademisi universitas ataupun intelektual yang bukan berasal dari kalangan akademisi universitas namun mempunyai keahlian untuk dapat mengamati, menafsirkan, dan terlibat dan berpihak serta melakukan gerakan perubahan bersama kaum tertindas. Marxisme fundamentalis (ortodox) melihat kelas versus kelas, sedangkan Gramschi melihat "class alliance". Antonim dari 'Intelektual Organik' adalah 'Intelektual Tradisional' yaitu cendekiawan/intelektual yang mengabdikan dirinya kepada kepentingan profit dari sebuah lembaga perusahaan yang cenderung tidak melakukan gerakan perubahan masyarakat bersama kaum tertindas.
Antonio Gramschi
-Mahzab Frankfurt = Sekumpulan pemikir ilmuwan social Yahudi-Jerman yang mengembangkan tradisi kritis berbasis Neo-Marxisme dan meneruskan kritik tradisi Kant terhadap positivisme, Respon terhadap kelemahan dari teori Karl Marx, kegagalan buruh dan kekuasaan Hitler di Jerman, Mahzab Frankfurt berusaha membebaskan manusia dari keirasionalan masyarakat yang selalu patuh pada sistem tanpa mau mengkritisinya, Menentang neo-positivisme yang selalu mendewakan ilmu pengetahuan alam dengan mengesampingkan sisi humanis dari manusia di dalam masyarakat, Berusaha tidak ingin berpikir dalam tataran ide namun harus bisa terwujud di dalam realitas, Teori kritis mahzab Frankfurt tidak bebas nilai (netral) seperti teori tradisional (positivisme dan neo-positivisme) tetapi mempunyai sikap keberpihakan (tidak netral) yang harus dipersoalkan secara kritis (emansipatoris/membebaskan), anti-revolusi, Mahzab Frankfurt mengawinkan teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud dengan teori kritik ekonomi dari Karl Marx.
Para filsuf Frankfurt School
*PERKEMBANGAN TEORI KRITIS DALAM FRANKFURT SCHOOL
(MAHZAB FRANKFURT):
A. Tokoh Pemikir Mahzab Frankfurt
(Generasi Pertama):
Pemikiran para ilmuwan sosial dari Mahzab Frankfurt generasi pertama selalu melihat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk-bentuk penindasan. Mahzab Frankfurt sangat menekankan fokus kajiannya pada persoalan budaya. Budaya saat ini tidak terlepas dari distribusi media massa sebagai industri informasi yang bersifat "tidak netral" karena dimiliki dan dikuasai oleh pemilik modal media massa. Media massa digunakan sebagai alat oleh pemiliknya untuk menyebarkan kepentingan idiologis dan mengeksploitasi para wartawan untuk meliput berita sesuai dengan kepentingan idiologi dari pemiliknya. Masyarakat akan mengkonsumsi berita-berita dari media massa sesuai liputan berita yang diberitakan dan seolah-olah menjadi pembaca atau penonton pasif dan membenarkan berita-berita yang terus dikonsumsi dari media massa tanpa mau mengkritisinya. Hal inilah yang menimbulkan kesadaran masyarakat dari pengaruh media massa sebagai "kesadaran palsu" atau "false conciousness". Media digunakan para pemiliknya untuk menyebarkan idiologi kelas tertentu yang berkuasa untuk menindas kelas-kelas tertentu. Tokoh pendiri sekolah Frankfurt yakni Hokheimer dan Adorno menuliskan perihal kritik kebudayaan melalui karya mereka yang berjudul "The Culture Industry-Enlightenment as Mass Deception" dalam analisisnya mengenai "kritik budaya industri". Manusia tidak memiliki kebebasan memilih karena semua sudah ditentukan oleh budaya industri. Theodor Adorno memberi konsep 'Negativa Social' ketika manusia sebagai pencipta teknologi berubah kedudukannya sebagai budak yang diatur dan dikendalikan oleh teknologi di dalam perkembangan budaya modernitas dan budaya massa (pop culture). Theodor Adorno memandang rendah budaya populer (pop culture) yang dianggap konservatif. Pemikiran dari tokoh-tokoh teori Mahzab Frankfurt sangat besar di dalam tradisi socratian-marxian. Kebudayaan saat ini dianggap oleh pemikir Mahzab Frankfurt tidak terlepas dari kapitalisasi dalam meraih profit/keuntungan yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan mitos, legenda, tokoh, cerita rakyat yang menarik perhatian orang-orang untuk dikomersilkan agar meraih keuntungan dengan menjadikannya sebagai tempat wisata bersejarah, tempat belanja, wisata perjalanan (napak tilas), talkshow, dari seorang tokoh saat ini atau tokoh legenda dalam sejarah, bahkan cerita mitos atau legenda tersebut diangkat dan direproduksikan kembali ke dalam bentuk karya-karya seni seperti; novel fiksi atau non-fiksi, film, musik, patung, dan lukisan etc dengan tujuan komersil untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan mendistribusikannya kepada pasar-pasar baru melalui media massa. Para ilmuwan sosial Mahzab Frankfurt kemudian mengkritik dan menafsirkan teks-teks yang telah didistribusikan media massa tersebut secara kritis bahwa dibalik cerita mitos dan legenda yang diangkat ke dalam karya seni/budaya tersebut ada motivasi terselubung dari keberadaan relasi kekuasaan dan idiologi yang dominan. Kapitalisme dianggap mereproduksi ulang budaya dan menjadikannya sebagai komoditas yang dijual kepada khalayak dengan menjadikannya ikon sebagai bagian dari budaya populer (pop culture)/ budaya massa yang siap disebarkan media massa sebagai wujud nyata "pencerahan semu kapitalisme". Pendekatan penelitian yang biasa dilakukan dalam Mahzab Frankfurt yang sudah masuk dalam ranah cultural studies ini adalah dengan menggunakan CDA (Critical Discourse Analysis) melalui semiotika, hermeunetika, secara interpretasi kritis atau bahkan melalui pendekatan kualitatif dengan analisa kritis. Adapun tokoh-tokoh pemikir dalam tradisi Mahzab Frankfurt yang cukup terkenal sebagai pendiri dari sekian banyaknya tokoh adalah sebagai berikut:
Theodor Adorno: Negativa social, The Culture Industry, kritik musik jazz, budaya pop
Pemikiran para ilmuwan sosial dari Mahzab Frankfurt generasi pertama selalu melihat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk-bentuk penindasan. Mahzab Frankfurt sangat menekankan fokus kajiannya pada persoalan budaya. Budaya saat ini tidak terlepas dari distribusi media massa sebagai industri informasi yang bersifat "tidak netral" karena dimiliki dan dikuasai oleh pemilik modal media massa. Media massa digunakan sebagai alat oleh pemiliknya untuk menyebarkan kepentingan idiologis dan mengeksploitasi para wartawan untuk meliput berita sesuai dengan kepentingan idiologi dari pemiliknya. Masyarakat akan mengkonsumsi berita-berita dari media massa sesuai liputan berita yang diberitakan dan seolah-olah menjadi pembaca atau penonton pasif dan membenarkan berita-berita yang terus dikonsumsi dari media massa tanpa mau mengkritisinya. Hal inilah yang menimbulkan kesadaran masyarakat dari pengaruh media massa sebagai "kesadaran palsu" atau "false conciousness". Media digunakan para pemiliknya untuk menyebarkan idiologi kelas tertentu yang berkuasa untuk menindas kelas-kelas tertentu. Tokoh pendiri sekolah Frankfurt yakni Hokheimer dan Adorno menuliskan perihal kritik kebudayaan melalui karya mereka yang berjudul "The Culture Industry-Enlightenment as Mass Deception" dalam analisisnya mengenai "kritik budaya industri". Manusia tidak memiliki kebebasan memilih karena semua sudah ditentukan oleh budaya industri. Theodor Adorno memberi konsep 'Negativa Social' ketika manusia sebagai pencipta teknologi berubah kedudukannya sebagai budak yang diatur dan dikendalikan oleh teknologi di dalam perkembangan budaya modernitas dan budaya massa (pop culture). Theodor Adorno memandang rendah budaya populer (pop culture) yang dianggap konservatif. Pemikiran dari tokoh-tokoh teori Mahzab Frankfurt sangat besar di dalam tradisi socratian-marxian. Kebudayaan saat ini dianggap oleh pemikir Mahzab Frankfurt tidak terlepas dari kapitalisasi dalam meraih profit/keuntungan yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan mitos, legenda, tokoh, cerita rakyat yang menarik perhatian orang-orang untuk dikomersilkan agar meraih keuntungan dengan menjadikannya sebagai tempat wisata bersejarah, tempat belanja, wisata perjalanan (napak tilas), talkshow, dari seorang tokoh saat ini atau tokoh legenda dalam sejarah, bahkan cerita mitos atau legenda tersebut diangkat dan direproduksikan kembali ke dalam bentuk karya-karya seni seperti; novel fiksi atau non-fiksi, film, musik, patung, dan lukisan etc dengan tujuan komersil untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan mendistribusikannya kepada pasar-pasar baru melalui media massa. Para ilmuwan sosial Mahzab Frankfurt kemudian mengkritik dan menafsirkan teks-teks yang telah didistribusikan media massa tersebut secara kritis bahwa dibalik cerita mitos dan legenda yang diangkat ke dalam karya seni/budaya tersebut ada motivasi terselubung dari keberadaan relasi kekuasaan dan idiologi yang dominan. Kapitalisme dianggap mereproduksi ulang budaya dan menjadikannya sebagai komoditas yang dijual kepada khalayak dengan menjadikannya ikon sebagai bagian dari budaya populer (pop culture)/ budaya massa yang siap disebarkan media massa sebagai wujud nyata "pencerahan semu kapitalisme". Pendekatan penelitian yang biasa dilakukan dalam Mahzab Frankfurt yang sudah masuk dalam ranah cultural studies ini adalah dengan menggunakan CDA (Critical Discourse Analysis) melalui semiotika, hermeunetika, secara interpretasi kritis atau bahkan melalui pendekatan kualitatif dengan analisa kritis. Adapun tokoh-tokoh pemikir dalam tradisi Mahzab Frankfurt yang cukup terkenal sebagai pendiri dari sekian banyaknya tokoh adalah sebagai berikut:
Theodor Adorno: Negativa social, The Culture Industry, kritik musik jazz, budaya pop
B. Tokoh Pemikir Mahzab Frankfurt (Generasi Kedua):
Prof. Jurgen Habermas
Kritik Idiologi dari Habermas:
Jurgen Habermas adalah seorang filsuf Yahudi-Jerman yang berasal dari tradisi Mahzab Frankfurt generasi kedua yang dimana Habermas selalu memprioritaskan "komunikasi" di dalam teori kritisnya. Habermas selalu menekankan tindakan komunikatif yang selalu berpijak pada tindakan komunikasi dan interaksi. Habermas sangat menentang adanya revolusi yang selalu menimbulkan korban dan pertumpahan darah. Habermas selalu mengedepankan konsensus dan diskursus melalui tahap diskusi-argumentasi yang mengarah kepada reformasi/pembaharuan. Habermas juga mengkritik idiologi dengan menganggap idiologi sebagai sistem atau kelompok yang mempunyai kekuasaan penuh dengan melakukan penindasan dan penaklukan terhadap kelompok lain. Menurut Habermas bahwa kritik idiologi merupakan kritik terhadap cara kerja kekuasaan dan dominasi tidak sah dalam masyarakat kapitalis. Kekuasaan komunikatif saat ini menurut Habermas banyak bermain di ranah media massa/pers, NGo, organisasi massa yang memaksa pemerintah untuk merespon mengenai diskursus yang terjadi terhadap masyarakat sipil. Kekuasaan komunikatif dari masyarakat diharap dapat juga mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah/pihak yang berkuasa. Habermas selalu menganjurkan adanya "Public Sphare" atau "Ruang Publik" yang dapat digunakan masyarakat untuk membela hak-haknya dan mengekspresikan kebebasan mengeluarkan pendapat yang seluas-luasnya sesuai aturan azas hukum yang berlaku tentunya. Habermas mengkritik modernisasi kapitalis yang terlalu mengedepankan rasionalisasi dan mengabaikan aspek penting komunikasi.
Demokrasi Deliberatif dari Habermas:
Deliberatif bisa diartikan sebagai musyawarah, negoisasi, diskusi bersama. Habermas dalam hal ini selalu menetapkan aspek penting dalam "berkomunikasi". Demokrasi deliberatif bisa dilakukan dalam masyarakat yang sedang bermusyawarah di dalam mengambil sebuah keputusan bulat bersama melalui tahapan proses komunikasi. Kekuasaan deliberatif pada masyarakat sipil dapat dilakukan pada forum-forum diskusi bersama masyarakat dengan melibatkan masyarakat di dalam pengambilan keputusan bersama. Demokrasi deliberatif lebih mengedepankan reformasi dengan membangun partisipasi dan cenderung anti-revolusi. Kedaulatan rakyat dapat dibentuk melalui proses komunikasi (prosedur, pola, tatanan, dan pencapaian). Komunikasi publik akan tepat kehadiran dan keberadaannya melalui adanya ruang publik (public sphare) di dalam menjalankan proses komunikasi. "Media massa" menurut Habermas bisa digunakan sebagai tempat diskursus dalam mengekspresikan kebebasan berpendapat dalam public sphare tanpa adanya tekanan paksaan dan dominasi dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. Namum nampaknya idealisme Habermas mengenai media massa sebagai public sphare yang bersih dari segala paksaan dan dominasi terdengar sangat utopis (mimpi yang sangat susah untuk diwujudkan). Media massa saat ini tidak terlepas dari kepentingan dan kekuasaan dari para pemilik modal yang berorientasi profit (keuntungan) dari liputan berita dan budaya yang disuguhkan kepada khalayak.
Teori Rasionalisasi dari Habermas:
Habermas membedakan dua macam tindakan rasional: (a) Tindakan rasional yang mencakup dalam dimensi kerja dan (b) Tindakan komunikatif yang mencangkup dimensi komunikasi. Habermas melihat peran ilmu dan teknologi sebagai emansipator (pembebas) emansipasi di dalam pengembangan masyarakat.
Hermeunetik Kritis dari Habermas:
Habermas menganggap hermeunetik sebagai seni memahami makna yang dikomunikasikan melalui linguistik agar mudah untuk saling dimengerti dan dipahami untuk terhindar dari terjadinya distorsi komunikasi. Habermas kemudian menterjemahkan bahasa saintifik ke dalam bahasa dunia sosial serta menginterpretasikan simbol-simbol linguistik dalam bahasa ke dalam tindakan dan wujud ekspresi.
-
Jurgen
Habermas: Hermeunetik dan Kritik idiologi, Demokrasi Deliberatif, Toward a Rational Society, The
Theory of Communicative Action I: Reason and The Rationalization of Society.
*POST MARXIS/ POSTMODERN MARXIS:
Erneste Laclau seorang tokoh Marxis yang berasal dari Argentina yang ahli mengenai bidang ideologi. Laclau melakukan revisi terhadap ajaran-ajaran Marxisme tradisional dan Chantal Mouffe seorang filsuf politik wanita Belgia yang sangat concern terhadap studi-studi pergerakan kemasyarakatan dan juga gerakan feminis. Laclau dan Mouffe berusaha menyelamatkan marxisme dari dirinya sendiri dengan mengabaikan aspek esensialis dari Marxisme. Antagonisme tidak hanya muncul dari konflik kelas melainkan juga dari gender, etnisitas, orientasi seksual etc. Post Marxisme melihat individu sebagai sekumpulan konflik (antagonisme) intinya setiap buruh sosialis memiliki sudut pandang yang berbeda kepentingannya ex: hadirnya serikat buruh sosialis yang membela kepentingan industriawan karena bergantung nafkah hidup dari berdirinya pabrik industri namun kontras di sisi lain terdapat kehadiran serikat buruh sosialis yang menentang industriawan yang dianggap telah membangun pabrik industri yang merugikan masyarakat sekitar dengan melakukan pembuangan limbah/pencemaran lingkungan di sekitar kawasan pabrik industri. Revolusi tidak dapat dicapai karena ada pertentangan yang saling bersaing. Post Marxis sangat radikal dengan menganggap negara adalah musuh yang harus dihadapi yang dapat mengekang kebebasan dan demokrasi. Otoritas negara selalu menghasilkan rezim korup yang tidak mensejahterakan rakyatnya dan menindas masyarakat sipil. Inti dari pemikiran Post Marxisme adalah melakukan perjuangan perubahan atas isu-isu lokal dengan berbagai organisasi lokal serta menganggap berbagai aspek relasi kekuasaan kini telah hadir di segala aspek lini kehidupan. "Pluralisme agnostik" sebagai konflik demokratis antarkelompok dengan memperjuangkan aspirasi menurut kebutuhannya sendiri masing-masing. Tidak akan pernah ada stabilitas karena konflik tidak mengenal kata "akhir". Post Marxisme mengusulkan "antagonisme etis" dalam pergerakan masyarakat sipil. Laclau bersama Mouffe juga menuliskan pemikirannya dalam sebuah buku yang berjudul "Hegemony and Socialist Strategy: Towards a Radical Democratic Politic" pada tahun 1985 yang berisi tentang "Gerakan Kemasyarakatan Baru" dari berbagai gerakan yang bukan berdasarkan berbasis kelas atau buruh sekalipun (pluralitas pergerakan) saling bekerjasama dengan tidak saling mendominasi seperti dalam perjuangan pergerakan satu komando yang selama ini identik dengan pergerakan yang mengusung pemahaman marxisme tradisional dan marxisme ortodox (Leninisme-Stalinisme) dengan menggunakan gagasan demokrasi yang lebih radikal. Pemikiran Laclau dan Mouffe selalu bersandarkan pada paham pemikiran Karl Marx dan Antonio Gramschi yang mempertahankan dimensi etis dan moral melalui cara 'postmodern' untuk menganalisa keobyektifan mereka terhadap mekanisme kontrol terutama dalam bidang sosial-ekonomi. Laclau-Mouffe mneggantikan dialektika Marx tradisional dengan metodologi linguistik 'dekonstruktif' modern karena interpretasi teks akan selalu menghasilkan tafsiran makna yang beragam dengan melakukan metode analisa penelitian melalui critical discourse analysis. Perlu digaris bawahi bahwa Post Marxis/Postmodern Marxis sendiri terlepas dan sangat berbeda dari Postmodern yang diusung Jean Baudrillard.
*POST MARXIS/ POSTMODERN MARXIS:
Laclau-Mouffe
Erneste Laclau seorang tokoh Marxis yang berasal dari Argentina yang ahli mengenai bidang ideologi. Laclau melakukan revisi terhadap ajaran-ajaran Marxisme tradisional dan Chantal Mouffe seorang filsuf politik wanita Belgia yang sangat concern terhadap studi-studi pergerakan kemasyarakatan dan juga gerakan feminis. Laclau dan Mouffe berusaha menyelamatkan marxisme dari dirinya sendiri dengan mengabaikan aspek esensialis dari Marxisme. Antagonisme tidak hanya muncul dari konflik kelas melainkan juga dari gender, etnisitas, orientasi seksual etc. Post Marxisme melihat individu sebagai sekumpulan konflik (antagonisme) intinya setiap buruh sosialis memiliki sudut pandang yang berbeda kepentingannya ex: hadirnya serikat buruh sosialis yang membela kepentingan industriawan karena bergantung nafkah hidup dari berdirinya pabrik industri namun kontras di sisi lain terdapat kehadiran serikat buruh sosialis yang menentang industriawan yang dianggap telah membangun pabrik industri yang merugikan masyarakat sekitar dengan melakukan pembuangan limbah/pencemaran lingkungan di sekitar kawasan pabrik industri. Revolusi tidak dapat dicapai karena ada pertentangan yang saling bersaing. Post Marxis sangat radikal dengan menganggap negara adalah musuh yang harus dihadapi yang dapat mengekang kebebasan dan demokrasi. Otoritas negara selalu menghasilkan rezim korup yang tidak mensejahterakan rakyatnya dan menindas masyarakat sipil. Inti dari pemikiran Post Marxisme adalah melakukan perjuangan perubahan atas isu-isu lokal dengan berbagai organisasi lokal serta menganggap berbagai aspek relasi kekuasaan kini telah hadir di segala aspek lini kehidupan. "Pluralisme agnostik" sebagai konflik demokratis antarkelompok dengan memperjuangkan aspirasi menurut kebutuhannya sendiri masing-masing. Tidak akan pernah ada stabilitas karena konflik tidak mengenal kata "akhir". Post Marxisme mengusulkan "antagonisme etis" dalam pergerakan masyarakat sipil. Laclau bersama Mouffe juga menuliskan pemikirannya dalam sebuah buku yang berjudul "Hegemony and Socialist Strategy: Towards a Radical Democratic Politic" pada tahun 1985 yang berisi tentang "Gerakan Kemasyarakatan Baru" dari berbagai gerakan yang bukan berdasarkan berbasis kelas atau buruh sekalipun (pluralitas pergerakan) saling bekerjasama dengan tidak saling mendominasi seperti dalam perjuangan pergerakan satu komando yang selama ini identik dengan pergerakan yang mengusung pemahaman marxisme tradisional dan marxisme ortodox (Leninisme-Stalinisme) dengan menggunakan gagasan demokrasi yang lebih radikal. Pemikiran Laclau dan Mouffe selalu bersandarkan pada paham pemikiran Karl Marx dan Antonio Gramschi yang mempertahankan dimensi etis dan moral melalui cara 'postmodern' untuk menganalisa keobyektifan mereka terhadap mekanisme kontrol terutama dalam bidang sosial-ekonomi. Laclau-Mouffe mneggantikan dialektika Marx tradisional dengan metodologi linguistik 'dekonstruktif' modern karena interpretasi teks akan selalu menghasilkan tafsiran makna yang beragam dengan melakukan metode analisa penelitian melalui critical discourse analysis. Perlu digaris bawahi bahwa Post Marxis/Postmodern Marxis sendiri terlepas dan sangat berbeda dari Postmodern yang diusung Jean Baudrillard.
Tokoh
Pemikir dalam Teori Modernitas:
-
Anthony
Giddens: Juggernaut dan Runaway World.
-
Ulrich
Beck: Globalization and The Rise of The Risk Society.
*Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana
sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sumber
Referensi:
-F. B. Hardiman. (1993). "Menuju Masyarakat Komunikatif". Yogyakarta: Kanisius.
-Jurgen Habermas. (1989). "Ruang Publik". Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-George Ritzer. (2009). “Teori Sosiologi: Dari Teori Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern”. Terjemahan: Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-Martinjay. (2009). “Sejarah Mahzab Frankfurt: Imajinasi Dialektis dalam Perkembangan Teori Kritis". Terjemahan: Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-Rupert Woodfin dan Oscar Zarate. (2008). "Marxisme untuk Pemula: Mengenal Marxisme". Yogyakarta: Resist Book.
-Sindhunata. (1983). “Dilema Usaha Manusia Rasional: Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam Rangka Sekolah Frankfurt”. Jakarta: PT. Gramedia.
-Daniel Hutagalung, "Laclau dan Mouffe tentang Gerakan Sosial". Basis. Edisi no. 1-2 tahun ke-55, Januari-Februari tahun 2006.
-en.wikipedia.org
-F. B. Hardiman. (1993). "Menuju Masyarakat Komunikatif". Yogyakarta: Kanisius.
-Jurgen Habermas. (1989). "Ruang Publik". Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-George Ritzer. (2009). “Teori Sosiologi: Dari Teori Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern”. Terjemahan: Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-Martinjay. (2009). “Sejarah Mahzab Frankfurt: Imajinasi Dialektis dalam Perkembangan Teori Kritis". Terjemahan: Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-Rupert Woodfin dan Oscar Zarate. (2008). "Marxisme untuk Pemula: Mengenal Marxisme". Yogyakarta: Resist Book.
-Sindhunata. (1983). “Dilema Usaha Manusia Rasional: Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam Rangka Sekolah Frankfurt”. Jakarta: PT. Gramedia.
-Daniel Hutagalung, "Laclau dan Mouffe tentang Gerakan Sosial". Basis. Edisi no. 1-2 tahun ke-55, Januari-Februari tahun 2006.
-en.wikipedia.org
___
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapus