Ditulis oleh:
Nur Bintang*
Perkembangan ilmu
social (social science) sebagai ilmu yang mengkaji tentang interaksi antar manusia dan ilmu humaniora (ilmu yang mengkaji tentang aspek perilaku manusia) pada era millennium ini sangatlah pesat
bahkan idealisme ilmuwan social untuk bertahan pada kajian disiplin ilmu yang
dipelajari dan digelutinya sendiri saat ini saya anggap kurang relevan lagi. Pengkotak-kotakan berdasarkan idealisme disiplin ilmu sosial masing-masing suatu saat justru akan
mencetak ilmuwan-ilmuwan social yang berpandangan “picik”, “sempit”, dan
“kolot”. Kajian disiplin ilmu sosiologi, sejarah, filsafat, ekonomi, politik, komunikasi,
antropologi, psikologi, kesehatan masyarakat, hukum, kajian budaya, hingga fenomena masyarakat jejaring (network society), E-Government pada kajian sosial bidang sosioteknologi,
etc kini saling berkaitan satu sama lain. Bisa dibilang disiplin ilmu-ilmu
social kini hanya terbatas benang tipis. Pengalaman saya memang mempelajari
disiplin ilmu sosiologi dalam bidang keilmuan saya tetapi ketika melakukan
praktek penelitian di lapangan ketika menggunakan penelitian evaluasi kualitatif pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terhadap sebuah komunitas berbarengan itu saya juga melakukan pendekatan etnografi
sebagai pengumpulan datanya dengan melakukan pengamatan dan pemetaan sosial (social mapping) yang cukup lama, berbaur, bergaul, bahkan tinggal bersama dengan masyarakat yang ada di lokasi penelitian selama kurun waktu tertentu sembari melakukan wawancara terhadap informan yang dianggap tahu perihal topik permasalahan yang sedang saya teliti. Setahu saya, pendekatan etnografi lazimnya
dilakukan dalam melakukan penelitian budaya terhadap suku-suku tradisional pedalaman yang masuk dalam kajian ranah disiplin ilmu antropologi. Menurut saya itu hal yang
lazim dan boleh-boleh saja saat ini selama analisisnya menggunakan cara pandang
di dalam tradisi ilmu sosiologi. Sekedar share contoh
pengalaman saya dulu juga pernah melakukan penelitian kualitatif dalam kajian Sosiologi Kesehatan (Sociology of Health) dengan meminjam teori dari kajian disiplin ilmu kesehatan masyarakat yakni health belief models sebagai specific theory dan menggunakan teori
behaviorisme (tingkah-laku) dalam kajian bidang psikologi social yakni “interaksionisme
simbolik” sebagai middle theory
dengan tetap mengacu pada teori-teori besar klasik dalam kajian disiplin ilmu
sosiologi sebagai grand theory bahkan
ada kawan saya yang mendalami sosiologi tetapi lebih suka di dalam melakukan
penelitian kajian budaya dalam bidang sastra.
Sosiologi sebagai ilmu yang sangat universal dalam kajian disiplin ilmu-ilmu social bisa masuk ke dalam celah ranah disiplin ilmu social dan ilmu budaya manapun. Selain itu, kehadiran ilmu-ilmu sosial selain untuk melengkapi rumpun ilmu-ilmu sosial itu sendiri juga dapat melengkapi keberadaan ilmu-ilmu alam. Perkara penemuan "energi nuklir" pada ilmu fisika, penemuan "kloning" pada bidang ilmu biomedis (kedokteran) memang menunjukkan kemajuan terhadap dunia science namun itu semua tidak terlepas dari dampak sosial dari penemuan tersebut kepada masyarakat luas yang bersikap pro dan kontra. Disinilah peran ilmuwan sosial di dalam menelaah permasalahan penemuan (discovery) tersebut agar dapat diterima dan dimanfaatkan secara humanis berdasarkan nilai-nilai sosial. Seorang ilmuwan sosial terutama sosiolog harus terus aktif dan sensitif menangkap fenomena sosial di lingkungan sekitar karena pengkajian dalam ilmu-ilmu sosial senantiasa tidak pasti, terus berubah (dinamis) dan terkini (update). Perkembangan masyarakat yang terus berubah secara dinamis tentu akan membuat semakin kompleks permasalahan sosial yang dikaji sehingga dalam ilmu sosial terutama sosiologi banyak lahir teori-teori sosial baru yang terus berkembang mengikuti arah perkembangan masyarakat yang semakin terkini, kompleks, dan dinamis. Hal ini jauh berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang dalam hal ini saya akan memberi contoh adalah teori relativitas yang ditemukan Einstein, fisikawan Yahudi-Jerman yang pada tahun 1942 menjadi pionir dalam pembuatan dan penemuan atom yang bergabung dalam "Manhattan Project" dengan menciptakan bom atom nuklir "fat man" dan "little boy" yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (Jepang) pada era Perang Dunia II. Gagasan Albert Einstein di dalam "The Special Theory of Relativity" ialah analisis secara mekanistis maka terdapat komponen utama yakni zat, gerak, ruang, dan waktu itu bersifat 'relatif' dan tidak absolut, bahkan zat itu tidak mutlak, hanya bentuk lain dari energi kemudian lahir "teori relativitas: E=mc2". Teori ini berlaku universal di seluruh dunia (tanpa terkecuali) dalam kajian tradisi ilmu-ilmu alam selama masih belum ada penelitian ilmiah terbaru yang dapat menunjukkan hasil yang lebih pasti. Penemuan teori relativitas saat ini berlangsung stagnan (tetap) dan tidak mengalami perubahan seiring perkembangan zaman karena teori ini bersifat "pasti" kebenarannya serta tidak bersifat dinamis seperti lain halnya dalam kajian ilmu-ilmu sosial yang terus bergerak serta berkembang dinamis (berubah) seiring perubahan waktu, perubahan tempat dan perubahan sosial-budaya dalam masyarakat terutama dalam kajian disiplin ilmu sosiologi.
Sosiologi sebagai ilmu yang sangat universal dalam kajian disiplin ilmu-ilmu social bisa masuk ke dalam celah ranah disiplin ilmu social dan ilmu budaya manapun. Selain itu, kehadiran ilmu-ilmu sosial selain untuk melengkapi rumpun ilmu-ilmu sosial itu sendiri juga dapat melengkapi keberadaan ilmu-ilmu alam. Perkara penemuan "energi nuklir" pada ilmu fisika, penemuan "kloning" pada bidang ilmu biomedis (kedokteran) memang menunjukkan kemajuan terhadap dunia science namun itu semua tidak terlepas dari dampak sosial dari penemuan tersebut kepada masyarakat luas yang bersikap pro dan kontra. Disinilah peran ilmuwan sosial di dalam menelaah permasalahan penemuan (discovery) tersebut agar dapat diterima dan dimanfaatkan secara humanis berdasarkan nilai-nilai sosial. Seorang ilmuwan sosial terutama sosiolog harus terus aktif dan sensitif menangkap fenomena sosial di lingkungan sekitar karena pengkajian dalam ilmu-ilmu sosial senantiasa tidak pasti, terus berubah (dinamis) dan terkini (update). Perkembangan masyarakat yang terus berubah secara dinamis tentu akan membuat semakin kompleks permasalahan sosial yang dikaji sehingga dalam ilmu sosial terutama sosiologi banyak lahir teori-teori sosial baru yang terus berkembang mengikuti arah perkembangan masyarakat yang semakin terkini, kompleks, dan dinamis. Hal ini jauh berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang dalam hal ini saya akan memberi contoh adalah teori relativitas yang ditemukan Einstein, fisikawan Yahudi-Jerman yang pada tahun 1942 menjadi pionir dalam pembuatan dan penemuan atom yang bergabung dalam "Manhattan Project" dengan menciptakan bom atom nuklir "fat man" dan "little boy" yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (Jepang) pada era Perang Dunia II. Gagasan Albert Einstein di dalam "The Special Theory of Relativity" ialah analisis secara mekanistis maka terdapat komponen utama yakni zat, gerak, ruang, dan waktu itu bersifat 'relatif' dan tidak absolut, bahkan zat itu tidak mutlak, hanya bentuk lain dari energi kemudian lahir "teori relativitas: E=mc2". Teori ini berlaku universal di seluruh dunia (tanpa terkecuali) dalam kajian tradisi ilmu-ilmu alam selama masih belum ada penelitian ilmiah terbaru yang dapat menunjukkan hasil yang lebih pasti. Penemuan teori relativitas saat ini berlangsung stagnan (tetap) dan tidak mengalami perubahan seiring perkembangan zaman karena teori ini bersifat "pasti" kebenarannya serta tidak bersifat dinamis seperti lain halnya dalam kajian ilmu-ilmu sosial yang terus bergerak serta berkembang dinamis (berubah) seiring perubahan waktu, perubahan tempat dan perubahan sosial-budaya dalam masyarakat terutama dalam kajian disiplin ilmu sosiologi.
Dalam kajian ilmu
budaya (the humanities) maka semua disiplin ilmu pengetahuan sosial bisa masuk
untuk menganalisis fenomena sosial yang ada mulai dari musikologi, sastra,
sosiologi, antropologi, multikulturalisme etc. Peradaban manusia kini terus melaju cepat pada arah kemajuan sehingga semua sekat-sekat dalam disiplin ilmu sosial saat ini
dinilai terasa semakin kabur karena keberadaan ilmu-ilmu social kini telah
lahir untuk melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Ilmuwan-ilmuwan
social saat ini diharapkan dapat bersikap jauh lebih bijak di dalam memandang hal ini dengan semakin berpandangan
luas bahwa hadirnya berbagai lintas disiplin ilmu maka akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada bidang keilmuan tersebut. Ilmu sosiologi sekarang tidak hanya melakukan kajian soal interaksi sosial antar manusia (masyarakat) dalam arus
modernisasi, pemberdayaan masyarakat, dan perubahan sosial akan tetapi juga mulai masuk pada ranah
budaya (culture) seperti; interpretasi terhadap bahasa, simbol-simbol, teks-teks tulisan, dan gambar yang
didistribusikan oleh media massa saat ini, interaksi
masyarakat tradisional dalam lingkup pedesaan yang biasa dianalisis dalam kajian disiplin ilmu anthropologi kini bisa juga dianalisis secara sosiologis. Hal ini semua tergantung
sudut pandang ilmuwan social masing-masing di dalam melakukan pengamatan
analisisnya. Sudah saatnya kini lahir ilmuwan-ilmuwan social yang berpandangan
luas dan menerima keberagaman ilmu di dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan jika kunci untuk masuk dan memahami dunia ilmu sosial adalah "bahasa" sedangkan kunci untuk masuk dan memahami dunia ilmu alam adalah "matematika". Ilmu sosiologi selamanya akan terus melakukan metamorfosa ke arah lebih baik dengan memberi masukan solusi positif mengenai problem dunia sosial yang dialami masyarakat seiring berlangsungnya arus perkembangan peradaban manusia. []
*Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapus