Oleh:
Nur Bintang*
Pada
tanggal 21 Agustus 2013 yang lalu saya bersama tim menghadiri pelatihan
penulisan yang difasilitasi perusahaan tempat kami bekerja dengan bertempat di
Hotel Century yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Pelatihan
penulisan ini memang sangat penting di dalam pengembangan sumber daya manusia
dari para penulis maupun para editor karena pelatihan ini melibatkan narasumber dari para tokoh
akademisi yang sudah menyandang predikat gelar profesor dan ahli dalam spesialisasi
kajian bidang disiplin ilmunya masing-masing dengan menjadi staf ahli di salah satu
kementerian Republik Indonesia. Saya rasa apa yang disampaikan oleh para
profesor sangat baik di dalam menambah wawasan keilmuan saya terutama yang berkaitan
dengan materi penulisan yang disampaikan (walaupun ada beberapa hal yang
menurut saya pribadi agak kurang sependapat) namun secara keseluruhan saya acungi
jempol dan saya anggap sangat baik terhadap segala apa yang telah disampaikan
oleh para profesor selaku pembicara di forum. Ada salah satu ungkapan pembicara
dari salah satu profesor saat itu yang sempat berkata, “Tidak ada kebenaran mutlak, semua berhak menyatakan kebenaran yang
didapatnya melalui data dan sumber rujukan yang jelas." Itu termasuk salah satu point ilmu yang saya
dapatkan dari salah satu profesor yang menjadi pembicara saat itu.
Acara
kemudian berlanjut pada pemaparan materi dan kemudian berlanjut pada sesi
istirahat yaitu makan siang. Makan siang di hotel pada saat itu sangat terasa
istimewa, bagaimana tidak? Semua peserta yang hadir menurut pandangan saya
adalah orang-orang yang berilmu (cerdik-pandai) mulai dari para dosen dan guru besar serta para
penulis juga para editor yang berasal dari perwakilan beberapa perusahaan
penerbitan baik skala besar maupun skala kecil di seluruh Indonesia. Pada saat
acara makan siang tersebut saya banyak berkenalan dan menjalin relasi diantara
sesama penulis buku dan para editor buku yang hadir pada acara tersebut. Ada
hal yang unik ketika saat saya makan siang saat itu karena saya sempat
berkenalan dengan salah satu penulis buku yang sangat produktif serta sudah menjalin kontrak kerjasama dengan salah satu penerbitan besar di Indonesia dan kita saling berbicara mengenai tema
penulisan buku. Usia penulis itu sudah tua sekitar berumur 60-an tahun, seorang
pensiunan guru yang berasal dari Kota Medan dan kemudian menetap di Kota
Jakarta. Semangatnya dalam menulis mampu menampar harga diri serta rasa malu
saya sebagai anak muda karena buku-buku yang berhasil ditulis oleh beliau sudah
banyak menjadi buku best seller di
Indonesia. Kami dengan cepat dapat akrab dan saling berbicara bertukar pikiran
dan pengalaman. Namun ada nasehat dari beliau selaku orang tua yang lebih
berpengalaman kepada saya selaku anak muda dengan berkata, “Kamu
sebagai seorang editor juga harus suatu saat menerbitkan karya buku yang
kamu tulis sendiri karena selama bekerja, para editor sudah banyak membantu penulis di belakang layar dengan gaji yang bisa dibilang cukup terbatas dari pihak penerbit. Jika kamu tidak mencari tambahan penghasilan yang lain atau tidak menghasilkan tambahan uang dari ilmu yang kamu dapat dan kamu pelajari selama ini dengan menulis buku maka saya berani bertaruh ada sesuatu
yang salah dalam diri kamu. Apalagi kamu adalah seorang lulusan dari
universitas terbaik di Indonesia? Hal tersebut menurut saya juga sudah merupakan modal awal dan point
plus untuk menjadi seorang penulis besar disamping semangat dan tekad untuk
menghasilkan sesuatu dari tulisan yang sudah kamu pelajari selama ini agar
dapat berguna serta memberi manfaat bagi orang lain!.” Sungguh
tersentak hati ini mendengar nasehat beliau yang sangat terdengar jelas logat
bahasa Bataknya. Hati saya ini menjadi terasa tergugah dan sangat terpecut sambil
seraya berkata dalam hati, “Saya suatu saat harus bisa menerbitkan buku dari hasil
pemikiran tulisan saya atau mungkin catatan tulisan saya selama ini bisa saya kumpulkan lagi untuk diedit menjadi sebuah buku? Saya optimis jika saya pasti akan menerbitkan buku sendiri. Motivasi bekerja sebagai editor adalah karena saya berusaha untuk mengetahui struktur anatomi buku sekaligus memahami seluk-beluk dunia penerbitan secara langsung seraya belajar menulis buku secara baik dan benar.” Kemudian seorang penulis
buku yang kebetulan naskahnya sedang saya edit juga berkata kepada saya, “Cobalah
untuk menulis buku Mas Bintang, sayang kalo ilmu Mas Bintang yang lumayan banyak menumpuk di blog tidak dituangkan ke dalam sebuah buku. Awalnya memang susah menawarkan naskah kita ke
beberapa penerbit karena pasti akan mengalami beberapa penolakan tapi jika ada
salah satu naskah kita yang berhasil diterima oleh salah satu penerbit maka
proses jalan ke depannya akan terasa lebih mudah untuk menjadi penulis buku
profesional. Rasakan awal susahnya menulis buku. Saya dahulu butuh waktu
sekitar 3 bulan untuk serius mengerjakan dan menulis buku yang menarik bagi
pembaca. Sekarang saya sudah bisa memetik hasilnya." Saya dalam hati
jadi merasa terpecut mendengar saran dan nasehat dari kedua penulis ini
terhadap diri saya pada saat jam sesi makan siang di hotel saat itu. Benar juga
pendapat mereka karena sehebat atau sepintar apapun seseorang jika dia enggan
menulis maka dia akan cepat dilupakan oleh sejarah! Semua pemikir dan penulis besar dahulu pada awalnya bekerja sebagai seorang editor mulai dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Karl Marx, Gus Dur dan masih banyak lagi yang akhirnya mereka dapat menerbitkan buku-buku karya fenomenal mereka sendiri. Saya optimis bisa menyusul mereka!
Menulis
bagi saya sebenarnya adalah wujud proses refleksi intelektual dalam diri
manusia. Para penulis ada kecenderungan memiliki bakat untuk menjadi seorang
yang jenius dalam melakukan analisa menyampaikan gagasan tulisannya. Semua
orang bisa menulis tetapi tidak semua orang bisa menjadi penulis. Penulis
adalah bakat dan keterampilan yang terus diasah, penulis adalah seorang
pembelajar yang baik yang bukan menjadi seorang yang serba tahu tetapi berusaha
untuk mencari tahu dan menyebarkan pengetahuannya tersebut kepada khalayak. Penulis
adalah pembaca buku sejati karena tidak mungkin seseorang bisa menulis dan
memiliki banyak referensi materi tulisan jika tidak membaca banyak buku
terlebih dahulu. Apa jadinya jika dunia tanpa penulis? Akibatnya mungkin semua sumber
kebudayaan dan sumber peradaban bangsa kita akan hilang ditelan oleh zaman.
Pernyataan ini saya dapatkan setelah membaca buku karya Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Isi Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Berbicara” terbitan
Bentang Pustaka yang di dalam salah satu bab bukunya tersebut dengan judul “Kehidupan Sastra di Dalam Pikiran” menceritakan
bagaimana nama seorang penulis dan karya tulisannya tidak akan pernah tenggelam
di dalam panggung peradaban sejarah. Hal tersebut didapat dari kitab ‘Nagara Kertagama’ yang ditulis pada
tahun 1365 oleh pujangga Mpu Prapanca yang isinya mengkritik jalannya roda
pemerintah Kerajaan Majapahit di Nusantara (Indonesia). Dalam ulasan tulisannya
tersebut nampak jika sastrawan Seno Gumira Ajidarma berhasil mendapatkan point penting dari karya buku fenomenalnya dan
menuliskan maksudnya jika ‘menulis’ menjadi bagian fakta pikiran manusia yang
dapat dipertahankan dan diselamatkan dari zaman ke zaman dan tidak segan-segan
untuk melakukan perlawanan terhadap konteks sejarah buatan penguasa jika
dianggap menyimpang.
Menulis
nampaknya bagi saya sudah menjadi kebutuhan. Saya sendiri selalu rajin menulis
artikel di website blog pribadi saya
ini. Pertimbangan saya menulis di blog adalah karena saya bisa leluasa
mempertahankan idealisme saya dalam bentuk gagasan melalui tulisan dan daya
jangkau tulisan di blog ini yang dapat dibaca dan dikunjungi oleh para pengunjung (visitors) dari seluruh sudut penjuru dunia melalui mesin pencari Google dan sejenisnya. Untuk berlatih menulis memang
lebih enaknya jika belajar menulis di blog terlebih dahulu sebelum menulis
serius ke tahap buku. Bisa dikatakan hidup saya tanpa menulis maka akan terasa
hampa karena saya sudah menjadi seorang yang sangat adiktif untuk menulis dan
berharap suatu saat nanti dapat menjadi seorang penulis buku profesional. Semoga
bekal pengalaman saya sekarang ini dengan bekerja di salah satu penerbitan
nasional di Jakarta sebagai seorang editor buku dapat menghasilkan manfaat
dalam mempertajam skill penulisan saya ketika suatu saat nanti menulis sebuah
buku. Semoga![]
*Nur
Bintang merupakan alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta yang kini merintis karier dari bawah sebagai editor
buku ilmu-ilmu sosial di salah satu penerbitan nasional di Jakarta.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapus