Oleh: Nur Bintang*
“Bekerja jauh di ujung pulau terluar maka
saya memutuskan untuk menjadi seorang “worker” sekaligus “travel writer” memang
agak sedikit susah namun dapat diakali dengan niat dan kondisi keadaan..
menjadi “traveller” sejati tidak mesti harus menjelajah ke banyak negara di luar
negeri namun menjelajahi pelosok di negeri sendiri dengan mengunjungi
tempat-tempat eksotis yang belum pernah dijelajahi oleh
kebanyakan orang-orang kita sendiri. Selamat tahun baru 2016. Postingan edisi
awal tahun 2016.”
|
Dermaga Binalawan Mantikas, Pulau Sebatik perbatasan Indonesia-Malaysia |
Sudah tidak terasa sudah hampir satu tahun
saya dinas melakukan tugas negara di Pulau Borneo (Kalimantan) tepatnya di
Pulau Nunukan, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara. Sudah banyak tugas
yang saya alami baik suka maupun duka. Rasa suka saya karena bisa explore keindahan alam (flora-fauna) dan
keunikan budaya dan alam di Kalimantan yang sangat indah dan masih alami.
Beberapa kota di Propinsi Kalimantan Utara dan Propinsi Kalimantan Timur sudah
pernah saya singgahi sehingga cukup menambah wawasan dan pengalaman saya ketika
merantau di sini. Rasa duka ialah rasa homesick
(kerinduan) terhadap kampung halaman terutama kepada orang tua yang jauh berada
di Pulau Jawa dan rasa kesepian karena berada ditugaskan pada tempat dan
situasi yang jauh dari keramaian. Jalan membunuh sepi disini menurut saya ialah
dengan menjadi seorang “traveller” atau “penjelajah”.
|
Pulau Sebatik terletak di ujung terluar Pulau Kalimantan sebelah utara |
|
Bukit di Sebatik dengan latar belakang pemandangan Kota Tawau, Sabah, Malaysia |
|
Kondisi medan alam di Pulau Sebatik yang berbukit-bukit dan banyak terdapat kebun-kebun sawit |
Ada suatu hal paling unik selama saya dinas
dan bertugas di Nunukan, Kalimantan Utara yaitu adanya pulau terluar yang masih
menjadi bagian dari Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia
yaitu Pulau Sebatik. Pulau Sebatik terbelah menjadi dua zona teritorial yang
dimana sebelah utara seluas 187,23 km dimiliki oleh Malaysia yang masuk dalam
wilayah Negara Bagian Sabah dan yang selatan seluas 246,61 km yang dimiliki
oleh Indonesia. Pulau Sebatik yang kondisi medannya berbukit-bukit ini dalam
sejarahnya pernah menjadi saksi bisu pertempuran tentara Indonesia melawan
gabungan tentara Inggris, tentara Gurkha dan tentara Malaysia dalam Operasi
Dwikora yang didengungkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 di masa lalu. Pulau Sebatik dapat ditempuh menggunakan jalur
laut melalui Pelabuhan Sei Jepun di Nunukan sekitar 15 menit-20 menit
menggunakan perahu dan bahkan kini sudah ada Kapal besar Ferry yang beroperasi setiap
dua hari sekali. Perjalanan ke luar negeri dari Pulau Sebatik menuju ke Kota Tawau,
Malaysia ternyata cukup dekat hanya memakan waktu 15 menit saja menyeberang
menggunakan perahu. Pulau Sebatik yang wacananya akan menjadi Kotamadya ini
jika sudah berkembang jauh kiranya maka perlu dibuat jembatan penghubung antara
Pulau Nunukan dengan Pulau Sebatik seperti halnya Jembatan “Suramadu” yang
menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura untuk memudahkan laju ekonomi.
Namun kiranya ide itu dirasa masih sangat jauh dengan kondisi pembangunan
infrastruktur yang ada saat ini. Kiranya saat ini, jalur laut masih menjadi
sendi vital napas ekonomi transportasi dari Pulau Nunukan ke Pulau Sebatik atau
juga sebaliknya.
|
Jalur transportasi laut masih menjadi napas vital ekonomi bagi masyarakat di Pulau Sebatik | | |
|
|
|
Jalan-jalan di sekitar dermaga Binalawan Mantikas yang terbuat dari batang kayu ulin yang kuat |
Kesan ketika pertama kali menginjakkan kaki
di perkampungan nelayan dermaga Binalawan Mantikas, Sebatik hampir sama dengan
situasi perkampungan nelayan di area Pelabuhan Tunon Taka di Nunukan yang
mayoritas berasal dari Suku Bugis. Kita seakan larut di bawa ke sebuah
perkampungan nelayan di tepi pantai. Uniknya setiap bangunan yang ada di sekitar
dermaga Binalawan Mantikas, Sebatik berdiri di atas penopang kayu dan jalan
kayu yang sangat kokoh dan kuat. Konon, kata penduduk nelayan di sekitar Pulau
Sebatik jika jalan-jalan tersebut dibuat dari batang kayu ulin yang kuat
berusia tua bahkan sampai ratusan tahun sehingga tetap kokoh walau diterjang
oleh gelombang air laut. Setelah memasuki ke Pulau Sebatik maka kita akan di
bawa masuk dalam arena Jurrasic Park
yang penuh dengan kawasan hutan, kebun-kebun sawit, lada, pisang, durian yang
banyak dijual ke Malaysia dan Nunukan. Jalan akses menuju ke kota di Sungai
Nyamuk (Sei Nyamuk) sudah ada walau masih banyak kerusakan di sana-sini. Namun
setelah masuk ke kota sudah beraspal baik dengan hadirnya banyak ruko
pertokoan, rumah makan, warung swalayan, beberapa bank pemerintah, beberapa
penginapan hotel. Jalan darat dari dermaga Binalawan Mantikas untuk menuju kota
di Sungai Nyamuk, Sebatik membutuhkan waktu
sekitar 1 jam lebih perjalanan dimana akses menuju ke sana bisa
menggunakan jasa penyewaan mobil. Kawasan Sungai Nyamuk di Pulau Sebatik
sebagai pusat perekonomian di Pulau Sebatik dapat dilihat dari banyaknya model
ruko pasar dan rumah-rumah panggung khas seperti di negara tetangga Malaysia.
Hal ini mungkin saja terjadi karena pengaruh dari Malaysia yang letaknya sangat
berdekatan.
Ada hal unik yang pernah saya alami, ketika
baru pertama kali menaiki perahu menuju ke Sebatik. Ketika akan berangkat ke
Sebatik maka saya membeli tiket perahu ke bagian loket kemudian oleh petugas
loket dari pihak pelabuhan Sungai Jepun (Sei Jepun) di Nunukan saya diberi secarik
kertas yang sekilas mirip kertas tiket penumpang karena memang baru pertama
kali saya naik perahu dan kemudian saya langsung masukkan ke dalam tas karena
terburu-buru mengejar perahu yang akan berangkat ke Sebatik karena saya adalah
penumpang paling akhir. Ketika perahu berangkat, motoris perahu (pengemudi
motor perahu) meminta kertas list daftar para penumpang perahu kepada para penumpang
karena saya tidak paham maka saya acuhkan saja karena saya tidak memegang list
penumpang perahu dan mengira yang diberikan kepada saya hanyalah kertas tiket
penumpang yang sudah dibayar. Giliran sampai di Pulau Sebatik kemudian saya
langsung bertugas melakukan pekerjaan mengenai sosialisasi dan edukasi ke
sekolah-sekolah di Pulau Sebatik. Begitu selesai melakukan pekerjaan dan kembali
pulang dari dermaga Binalawan Mantikas, Sebatik menuju ke Nunukan menggunakan
perahu kemudian tepat di atas pelabuhan Sei Jepun, Nunukan ternyata saya sudah
ditunggu dan dikejar-kejar motoris kapal bersama kawan-kawannya sambil emosi
dan memarahi saya karena tertera di data pos loket pelabuhan jika saya adalah
penumpang terakhir perahu yang memegang kertas list penumpang. Tentu saja saya
kaget dan segera memeriksa tas saya kembali..
Oh astaga!!! ternyata itu kertas list penumpang yang dicari-cari oleh
motoris perahu yang biasa hanya diberikan kepada penumpang perahu yang terakhir.
Akibat kesalahpahaman itu, kemudian saya meminta maaf dan segera mengembalikan
kertas list penumpang perahu karena saya orang baru yang datang di Nunukan. Hehehe... itu sekedar pengalaman unik dan lucu dikejar-kejar
motoris perahu ketika baru pertama kali menggunakan perahu menuju ke Pulau
Sebatik.
|
Keindahan Pantai Sei Taiwan di Pulau Sebatik |
|
Latar belakang pemandangan indah Pantai Sei Taiwan yang menawan hati |
|
|
Berfoto dengan latar belakang pemandangan Pantai Batu Lamampu di Pulau Sebatik |
Saat beberapa waktu lalu di bulan November
tahun 2015 saya juga sempat bertugas selama hampir satu bulan lamanya di Pulau
Sebatik, saya bersama kawan-kawan yang ikut bersama tidak lupa untuk mengexplore dengan menjelajahi Pulau
Sebatik. Ada sebuah kawasan pemandangan yang pantai indah di Pulau Sebatik namanya
Pantai Sei Taiwan dan Pantai Batu Lamampu yang cukup tersohor
di Pulau Sebatik serta uniknya letaknya yang bersebelahan. Pantai ini airnya cukup jernih dan pasirnya berwarna putih
dan kadang ada yang berlumpur namun sayangnya untuk di beberapa tempat tidak sedikit
sampah yang berserakan akibat ketidaksadaran pengunjung yang enggan menjaga
kebersihan. Jika pantai di Pulau Sebatik ini digarap secara lebih optimal bisa
jadi mungkin dapat menjadi tujuan destinasi wisata favorit di Indonesia bahkan
menjadi tujuan favorit destinasi para pelancong dalam dan luar negeri sama
halnya “Pantai Kuta” di Pulau Bali. Pantai ini masih eksotis menurut saya dan
sangat indah.
|
Tugu perbatasan di Pulau Sebatik yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia |
|
Tapal Batas "Patok Tiga" perbatasan Indonesia-Malaysia | |
|
|
|
|
|
Pos TNI di tapal batas perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik |
|
Saya berada di wilayah Negara Malaysia yang letaknya berbatasan langsung dengan Indonesia |
Daya tarik yang terkenal di Pulau Sebatik
ialah adanya tugu perbatasan dan tapal batas yang sudah terkenal ke seluruh
Indonesia. Setahu saya, banyak pejabat-pejabat Indonesia dari Jakarta dan
orang-orang luar Sebatik yang datang mengunjungi tempat ini selama berada di
Sebatik baik saat berlibur ataupun ketika sedang bertugas. Tugu perbatasan di
Pulau Sebatik telah menjadi lambang atau ikon yang tidak bisa dilepaskan sama
halnya ibarat menara Eiffel di Kota Paris, Perancis atau Patung Marlion di
Singapore karena ikon dari Pulau Sebatik ialah tugu perbatasan dan patok-patok
perbatasan. Ada hal unik saat kita mengunjungi tapal batas di Pulau Sebatik
yaitu mengenai keberadaan rumah-rumah penduduk yang terletak persis di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Pernah saya berkunjung ke rumah-rumah penduduk
di sana dan sangat unik bahwa banyak rumah-rumah penduduk disana dimana halaman
rumah berada di Indonesia namun dapur sudah berada di Malaysia. Jadi mereka
sering bolak-balik ke luar negeri setiap detik hanya cukup di dalam satu rumah
tanpa menggunakan paspor..
*Nur Bintang adalah seorang “worker” sekaligus “travel
writer” dadakan yang kini bertugas di Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara
perbatasan Indonesia-Malaysia.
OOO