Oleh:
Nur Bintang*
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSFNeZndJphCJauvlzps9nUVeej-ttOQOG5nE0LbFGW0ikBiQKj |
Pada bulan
September tahun 2014 yang lalu, saya masih merantau bekerja pada sebuah lembaga
pendidikan swasta yang cukup berkembang di Jakarta setelah memutuskan resign dari tempat kerjaan yang lama
sebagai editor buku di salah satu perusahaan penerbitan nasional di Jakarta.
Lembaga pendidikan swasta di Jakarta, tempat saya bekerja dahulu ini membuka
cabang sekolah unit baru di Bandung. Kota Bandung yang biasa dikenal sebagai “Parijs van Java” ini memiliki cuaca dan
udara yang masih sangat asri dan sejuk apalagi pada saat saya hendak mandi
pagi.. bbrrrr… saya cukup marasakan
kedinginan. Air di Bandung ini ternyata cukup sejuk dan dingin dibandingkan
saat saya berada di Jakarta.
Dari
kantor pusat di Jakarta saya ditugaskan menjadi ‘pembina’ regional wilayah Jawa
Barat yang dimulai start awal dari Kota
Bandung. Walaupun secara garis besar pekerjaan saya ini tidaklah jauh berbeda
ketika sewaktu saya dahulu berada di kantor pusat di Jakarta dengan seperti
biasa berjalan menyusuri jalan-jalan kecil di sudut-sudut kota Jakarta untuk menawarkan
produk jasa pendidikan. Semua wilayah Jakarta bahkan sudah saya jelajahi ketika
saya ditugaskan menjadi “Management
Trainee“ hingga sampai akhirnya saya ditugaskan di tempat yang baru di Kota
Bandung.
Pahit-manis
sudah saya rasakan ketika baru membuka sekolah unit baru di Kota Bandung saat
pengenalan produk jasa layanan pendidikan ke masyarakat diselingi tugas mencari
SDM untuk mengisi lowongan kerja guru pengajar di sekolah unit baru kami,
mencari murid-murid dengan cara berkenalan dengan calon orang tua murid dari
rumah ke rumah. Saya juga merapikan administrasi kantor, memonitor permainan
kelas, mengecek keamanan kelas bahkan terkadang ikut membantu menjadi guru
pengajar di dalam kelas, selain itu saya juga ikut melakukan pemasaran
menyebarkan brosur untuk menarik murid-murid bersekolah di sekolah unit baru
kami dibantu kawan-kawan dari kantor pusat Jakarta walaupun hanya sementara. Harus
diakui jika pada akhirnya saya yang lebih sering pergi sendirian mencari calon murid-murid
potensial yang ingin bersekolah di unit kami walaupun harus menghadapi cuaca
terik panas matahari hingga guyuran air hujan tanpa terasa sudah menjadi santapan
makanan sehari-hari saya sebagai bagian dari perjuangan hidup mencari rezeki.
Puluhan kilometer
setiap hari saya jelajahi dengan jalan kaki dari pintu ke pintu dengan peluh
keringat dan gaji pas-pasan. Selama bekerja, saya banyak menemui orang-orang
dengan beragam karakternya dari sambutan calon orang tua murid yang bersikap
sinis, bersikap baik dan terbuka, bahkan ada yang menolak dengan cara acuh serta
tidak peduli baik halus maupun kasar. Semua saya jalani dengan ikhlas karena
namanya hidup adalah perjuangan. Dari pengalaman ini saya belajar jika ternyata
mencari rezeki uang itu tidaklah mudah. Uang tidak turun dari langit tapi harus
didapatkan melalui kerja keras. Saya selalu bersyukur kepada Allah SWT karena
saya mendapatkan pengalaman pembelajaran hidup yang tidak bisa dinilai oleh materi
sekalipun.
Walaupun
jabatan di tempat saya kerja dahulu kedengaran sangat keren sebagai ‘pembina’
merangkap ‘kepala unit sekolah’ tapi itu semua hanyalah manis perkataan klise
dari sebuah jobdesk. Kalo dilihat
dari pekerjaannya sebenarnya sungguh tidaklah mudah. Saya berangkat jam 8 pagi
dan baru pulang jam 9 malam bahkan jam 10 malam dan itu saya lakukan dengan berjalan
kaki tanpa menggunakan kendaraan pribadi kecuali angkutan umum jika diperlukan
dan jika saya merasa lelah maka saya mampir sholat ke mushola atau masjid
terdekat kemudian istirahat sejenak. Namanya bekerja di sektor lembaga pendidikan swasta memang harus
dituntut deadline target penambahan
jumlah murid setiap bulan yang harus dipenuhi. Jika target tidak dipenuhi bisa
kena penalti dari bos. Apalagi ini sekolah unit baru harus menerapkan strategi
yang bagus untuk menjaring calon murid sebanyak-banyaknya.
Pada saat
saya berjalan berpanas-panasan dan berpeluh keringat di bawah terik sinar
matahari melakukan sosialisasi eksternal mengenalkan produk jasa layanan
pendidikan ke rumah-rumah ada seorang bapak dari calon orang tua murid yang
nampaknya menaruh simpati kepada saya dan menginformasikan kepada saya untuk
membuka internet jika pada saat itu ada informasi pembukaan CPNS secara
nasional di seluruh Indonesia dari instansi pusat seperti kementerian, badan
nasional hingga pemerintahan provinsi dan daerah. Bapak itu juga mengingatkan
mengenai umur saya yang masih muda saat itu yaitu 28 tahun dengan latar
belakang pendidikan sarjana yang dianggap cukup berpotensi mengikuti tes CPNS
secara sportif. Saya masih ingat perkataan bapak dari calon murid saya itu, “Coba ikut daftar saja Mas Bintang yang
sesuai dengan jurusan kuliah Mas Bintang, jangan takut atau pesimis kalah
bersaing dengan ribuan pendaftar CPNS yang lain niatkan dalam hati bahwa bekerja
adalah untuk beribadah kepada Tuhan dengan mencari pekerjaan halal yang lebih
baik lagi dari pekerjaan yang ada sekarang agar dapat menafkahi keluargamu
kelak serta mengabdi kepada bangsa dan negara. Namanya rezeki itu Allah SWT
yang mengatur jika tidak diterima berarti bukan jalan rezekinya dan seandainya
bisa diterima berarti itu memang sudah menjadi jalan rezeki Mas Bintang yang penting Mas Bintang mengikuti tes
dengan cara-cara jujur dan sportif.”
Setelah berpikir cukup lama akhirnya pada akhir bulan
Agustus 2014, saya memutuskan untuk mengikuti tes dengan cara mendaftar secara online di warnet untuk mendapatkan nomor
pendaftaran, menyiapkan berkas-berkas yang harus dikirim ke panitia seleksi nasional
CPNS pusat di Jakarta melalui jasa pos sesuai informasi persyaratan yang
tertera dari website Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan). Selentingan dan cibiran dari
teman-teman bahkan orang-orang terdekat banyak yang mengejek saya jika saya
hanya bermimpi saja untuk menjadi seorang CPNS karena untuk menjadi CPNS atau
PNS menurut pemahaman mereka bahwa pintar saja tidaklah cukup jika tidak ada uang
suap, menjadi PNS harus dari kalangan keluarga kaya dan terhormat atau bahkan
anak pejabat tinggi yang memiliki koneksi. Bagi saya, itu hanyalah alasan saja
buat orang-orang yang takut kalah dan takut menerima kenyataan jika tidak lulus
tes CPNS. Saya yakin,
negara ini masih butuh orang-orang bersih yang memiliki ketulusan niat bekerja untuk
menjadi seorang abdi negara. Pengalaman saya sendiri sudah delapan
kali ikut tes CPNS tidak pernah lolos namun saya tetap optimis dan semangat bahkan
tes CPNS tahun 2014 adalah tes yang kesembilan kalinya yang saya ikuti.
Belajar
dari pengalaman kakak kandung saya sendiri yang ternyata berhasil lulus murni
tes CPNS karena bakat dan potensi yang dimilikinya yaitu kepintaran intelegensi
serta hasil analisa psikologi yang baik dari hasil score test yang diranking berdasarkan nilai yang tertinggi
secara transparan. Hal ini yang menjadi pemacu dan spirit saya untuk bertekad
sekuat tenaga mewujudkan mimpi dan keinginan untuk dapat membanggakan kedua
orang tua, membanggakan keluarga saya kelak dengan bekerja menjadi abdi negara suatu
saat nanti. Saya berjuang dengan keringat, darah, air mata dan biarlah Tuhan
yang menentukan hasil akhirnya yang penting saya berjuang dengan cara-cara jujur
dan sportif karena orang tua saya tidak memberikan harta melimpah kepada saya
melainkan hanya membekali anaknya ilmu bermanfaat (ijazah) dari bangku sekolah.
Selama
hampir tiga bulan, sambil bekerja, saya juga mencari-cari waktu
senggang agar dapat belajar menghadapi soal-soal tes CPNS besok dari belajar
matematika dasar, dasar-dasar logika, Pancasila, UUD 1945, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris. Walau saya harus berjalan kaki puluhan kilometer setiap hari dengan
peluh keringat hingga kaki saya sempat terluka saat bekerja mengenalkan produk
layanan jasa pendidikan dan mencari murid-murid baru dari rumah ke rumah namun
saya tidak lupa untuk selalu membawa buku-buku soal tes CPNS di dalam tas saya yang
saya beli dari sedikit tabungan gaji saya selama bekerja. Jika merasa lelah,
saya makan siang terus singgah sejenak untuk sholat ke mushola atau masjid terdekat
setelah itu belajar lagi selama sekitar 1 jam membuka buku kumpulan soal-soal
tes CPNS dan kemudian beraktivitas kerja kembali. Setelah pulang bekerja maka
saya juga sempatkan belajar dan berlatih soal-soal tes CPNS hingga larut malam
bahkan tertidur pulas tanpa terasa di atas meja lalu bangun sholat malam terus
belajar lagi hingga pagi bahkan terkadang pada hari-hari libur saya lebih fokus
untuk belajar mengerjakan soal-soal tes CPNS ketimbang bermain. Perjuangan yang
harus dilalui melalui keringat, darah, dan air mata.
Akhirnya
pengumuman seleksi administrasi
diumumkan jika saya ternyata dinyatakan lolos seleksi administrasi, kemudian
berlanjut pada tes tahap 1 yaitu tes kompetensi
dasar yang diadakan selama tiga hari dengan jadwal peserta tes yang berbeda
dengan materi Pancasila, UUD 1945, matematika dasar, Bahasa Indonesia melalui system online computer atau CAT (Computer Asisted Test) di
Jakarta yang hasil tesnya bisa diketahui pada saat itu juga melalui papan score elektronik. Alhamdulillah, saya
dinyatakan lolos dengan score sesuai passing grade yang ditentukan oleh panitia
nasional seleksi CPNS dan berhasil masuk jajaran ranking tertinggi 10 besar
dari ratusan kandidat pelamar pada hari itu dan kemudian berlanjut pada tes tahap 2 yaitu tes kompetensi bidang pada
minggu berikutnya di kantor pusat di Jakarta dengan materi Tes Potensi Akademik (TPA) seperti
matematika dan dasar-dasar logika yang diadakan oleh OTO BAPPENAS Jakarta. Untuk tes tahap 2 yang terakhir yaitu tes
kompetensi bidang khusus bahasa Inggris pada minggu berikutnya yaitu tes
TOEFL yang diadakan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa
Barat. Selama mengikuti ujian tes seleksi CPNS ini maka harus
memaksa saya untuk bolak-balik antara Bandung dan Jakarta.
Setelah
mengikuti serangkaian tes CPNS maka saya hanya bisa pasrah dan berdo’a kepada
Allah SWT bahwa semua ketetapan yang nanti terjadi merupakan jalan yang terbaik
setelah berusaha. Saya tetap beraktivitas bekerja seperti biasa mengurusi
sekolah unit baru di Kota Bandung. Karena sesuatu hal, terjadi ketidakcocokan antara saya pribadi dengan
pihak pengelola manajemen pusat dari sekolah yang saya kelola yaitu unit baru
di Bandung mengenai cara penanganan pola pendekatan strategi marketing dan tekanan pekerjaan yang
terlalu berlebihan yang ditimpakan kepada diri saya sehingga memaksa saya untuk
memutuskan resign dan pulang ke
kampung halaman di Kota Purwokerto pada pertengahan bulan Desember tahun 2014.
Cukup
sedih keadaan saat itu, saya pulang ke rumah dalam kondisi kabar yang kurang
baik seraya masih menunggu kabar hasil pengumuman akhir tes CPNS pusat yang tak
kunjung keluar dan hal ini cukup memukul batin kedua orang tua saya yang sudah
berjuang membanting tulang menyekolahkan saya namun saya tetap berpikir positif
jika Allah SWT selalu mendengar do’a seorang hamba-Nya yang dianiaya. Saya
hanya bisa pasrah, berbaik sangka, setelah berusaha dan saya meyakinkan dalam
hati, “Pasti ada jalan keluar”. Saat itu saya sudah berpikir bersiap-siap hendak usaha dagang kecil-kecilan walaupun
saya tidak memiliki pengalaman dan bakat dalam hal berdagang bahkan ibu saya juga sudah menyiapkan uang agar saya melanjutkan sekolah lagi ke jurusan D1 Perhotelan di Malaysia dengan harapan agar suatu saat kelak saya dapat bekerja di perusahaan internasional kapal pesiar. Keajaiban
terjadi, berselang hanya satu hari setelah saya resign dari tempat kerjaan yang lama, ternyataaa…….???
Keesokan
harinya, kakak saya yang juga seorang PNS di salah satu instansi pemerintah di
Kota Semarang sambil terisak menangis terharu memberi kabar kepada saya melalui
telepon jika nama saya tercantum di website
salah satu instansi pusat pemerintah di Jakarta sebagai peserta yang berhasil
lulus tes seleksi CPNS tahun 2014 dengan score
ranking tertinggi urutan tiga besar dan berhasil menyisihkan ratusan kandidat
pelamar lain. Saya menangis seketika itu juga lalu kemudian sujud syukur kepada
Allah SWT atas limpahan rezeki yang telah diberikan. Selama ini ternyata Allah
SWT mendengarkan do’a-do’aku setiap malam. Orang tua, ayah dan terutama ibuku
juga ikut menangis terharu mendengar kabar membahagiakan ini. Selang beberapa
jam kemudian kawanku yang sama-sama ikut tes seleksi CPNS sewaktu di Jakarta
juga memberi kabar via BBM jika dia dan saya ternyata juga berhasil lulus tes
CPNS di Jakarta. Saya hanya bisa memanjatkan syukur, “Alhamdulillah..”
Tugas
negara sudah menanti yaitu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Setelah
pembekalan CPNS dari kantor pusat di Jakarta sekaligus mendapatkan diklat anti-korupsi
dari lembaga
KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) pada pertengahan bulan Maret maka tepat pada tanggal 30 Maret 2015 tepat di hari ulang tahun saya yang ke 29 tahun maka saya sudah ditugaskan dinas pada salah satu perwakilan kantor instansi
pemerintah di Kalimantan dekat perbatasan Indonesia-Malaysia. Konsekuensi sebagai
abdi negara ialah harus bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia. Saya
bersyukur melalui perjuangan yang sangat panjang dan berliku-liku akhirnya saya
bisa membuktikan kepada teman-teman dekat, sanak saudara bahwa lulus tes CPNS
itu ialah murni dari hasil perjuangan mengikuti ujian dengan nilai score kelulusan yang diurutkan dari
ranking yang tertinggi dan hasil analisa psikologi yang baik. Modal saya melamar
CPNS hanya fotokopi ijazah terakhir, stopmap, surat lamaran, dan perangko yang
dikirim melalui via pos. Berbaik sangka, tekun, yakin, usaha, dan do’a adalah
kunci utamanya. Tetap semua kerja keras ialah 50% USAHA dan 50% DO’A. Semua
harus seimbang dalam menggapai mimpi dan cita-cita. Bekerja adalah jalan hidup (way of life) yang ditentukan oleh diri
sendiri dan ridho dari Sang Illahi. Alhamdulillah.[]
*Nur Bintang adalah seorang pegawai biasa yang mengabdi pada salah
satu instansi pemerintah di Kalimantan dekat perbatasan Indonesia-Malaysia.
OOO