Oleh: Nur Bintang*
|
Saya berada di depan Kantor Konsulat RI di Kota Tawau, Sabah, Malaysia
|
|
Saya saat melakukan kunjungan dinas ke Kantor Konsulat RI di Kota Tawau, Sabah, Malaysia |
Setelah hampir
enam bulan saya bertugas di salah satu instansi vertikal pemerintah yang berada
di Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan
negara Malaysia. Tidak terasa saya saat ini sudah beberapa kali berkunjung ke
Kota Tawau di Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur. Bagi warga yang berada di
kawasan perbatasan di Propinsi Kalimantan Utara yang banyak terdapat
pulau-pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga
Malaysia seperti Pulau Tarakan, Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik maka berkunjung
ke Malaysia ternyata sudah menjadi keseharian kegiatan ekonomi bagi warga Indonesia di sekitar perbatasan.
|
Suasana di dalam Pelabuhan Internasional Tunon Taka, Nunukan menuju ke Tawau, Malaysia |
Hubungan warga
di perbatasan Indonesia-Malaysia memang terlihat sangat baik dengan ramainya perniagaan diantara kedua pihak.
Banyak warga negara Indonesia di perbatasan yang berkunjung ke Malaysia untuk membeli barang-barang kebutuhan ekonomi seperti bahan makanan pokok
sehari-hari, alat-alat perkakas rumah tangga dan bahkan ada yang berobat ke Rumah Sakit yang
ada di Tawau, Malaysia karena dianggap lebih memadai dari segi fasilitas kesehatannya. Uniknya,
untuk beberapa kawasan di perbatasan Indonesia-Malaysia seperti di Pulau
Sebatik yang masuk dalam Kabupaten Nunukan masih berlaku dua mata uang sebagai
alat penukarnya yaitu rupiah (Rp) dan ringgit (RM).Harga tukar 1 RM hampir
setara Rp 3.500,00 (waktu itu).
Perjalanan saya
dari Nunukan ke Tawau menggunakan jasa transportasi laut yakni speed boat melalui pelabuhan Tunon Taka
di Nunukan dengan rute Indonesia-Malaysia dengan harga tiket beberapa waktu
bulan lalu hanya sekitar Rp 250.000,00 bahkan lebih sedikit namun sebelum itu,
kita harus menukarkan mata uang rupiah ke dalam mata uang ringgit kepada money changer (penukaran mata uang) yang
banyak tersedia di sekitar pelabuhan Tunon Taka, Nunukan. Kita juga harus
memiliki paspor yang terlebih dahulu sudah dicap/dilegalisasi oleh petugas imigrasi
di pelabuhan Tunon Taka, Nunukan untuk dicap/dilegalisasi kembali ketika nanti sampai di pelabuhan Tawau oleh petugas imigrasi Malaysia bahkan disertai
pendataan finger print elektronik
bagi para pelawat sebelum memasuki Malaysia. Biasanya perjalanan ke
Tawau,Malaysia dari Nunukan menggunakan speed
boat yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar dua jam lebih atau bahkan kurang
tergantung situasi cuaca dan kondisi gelombang air laut. Ada juga penyedia
transportasi menggunakan pesawat terbang dari Tarakan (Indonesia)-Tawau
(Malaysia) menggunakan pesawat Mas Wings dari
Bandara Internasional Juwata, Tarakan.
|
Kapal speed boat yang biasa digunakan menuju Malaysia dari Nunukan |
Ketika tiba di pelabuhan Tawau, Malaysia maka
kita akan melihat kondisi pembangunan kota di perbatasan negara Malaysia yang
jauh berbeda dengan pembangunan kota-kota perbatasan di Indonesia. Kota Tawau
yang pada sejarah masa lalunya hanyalah merupakan kota pelabuhan kecil yang pernah menjadi bagian
dari wilayah jajahan pemerintah kolonial Kerajaan Belanda hingga akhirnya berhasil direbut oleh pemerintah kolonial Kerajaan Inggris dan hingga kini setelah Malaysia merdeka terlihat sangat cantik, teratur,
bersih, serta banyak berdiri bangunan megah seperti toko-toko perniagaan dan kedai-kedai
makanan.
|
Suasana saat tiba di pelabuhan Tawau, Sabah di Malaysia |
Kota Tawau di
Negara Bagian Sabah, Malaysia ini juga ramai warga pendatang dari Indonesia
yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hampir di setiap kedai
makan, pasar tradisional, pelabuhan maka
kita akan banyak bertemu warga negara Indonesia yang bekerja sebagai TKI dan juga
warga negara Indonesia yang sedang berliburan di Tawau. Mayoritas warga
Indonesia yang berada di Tawau berasal dari etnis bugis dari Makassar, ada juga
yang berasal dari Timor, bahkan Jawa.
Saat saya berkunjung ke Kantor Konsulat Republik Indonesia di sana dengan
menggunakan taksi yang ternyata banyak supir taksi di Tawau, Malaysia adalah
warga Indonesia yang bekerja di Malaysia. Saya sempat berbincang dengan salah
seorang supir taksi yang ada di Tawau jika dirinya ternyata berasal dari
Makassar dan sudah menetap lama bertahun-tahun di Malaysia bahkan memiliki
isteri yang merupakan warga negara Malaysia. Itulah hal-hal unik yang saya
temukan saat berkunjung ke Tawau di Malaysia.
|
Keramaian lalu-lintas jalan di Kota Tawau, Sabah di Malaysia |
|
Berbagai hotel penginapan berbintang di Kota Tawau, Sabah di Malaysia |
|
Desain tata kota yang teratur dan rapi di Kota Tawau, Sabah di Malaysia |
Hubungan warga
negara di antara perbatasan Indonesia-Malaysia sudah terjalin mesra bahkan
banyak mayoritas warga negara Malaysia di Tawau berasal dari etnis yang sama
yaitu etnis bugis dari Makassar (Indonesia) yang dahulu sudah lama menetap lama
berpuluh-puluh tahun di Tawau dan akhirnya menjadi warga negara Malaysia dan memiliki
banyak kerabat dekat di Indonesia khususnya di Nunukan. Nampaknya, hubungan
diplomatik Indonesia-Malaysia yang sempat memanas beberapa waktu lalu antara Jakarta
dan Kuala Lumpur mengenai sengketa wilayah perbatasan tidak begitu memengaruhi
hubungan harmonis warga yang berada di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia yang
sudah terjalin baik cukup lama.
Ramainya
perniagaan di Tawau ini menunjukkan kemajuan Malaysia dalam membangun dan
memajukan stabilitas ekonominya terutama di wilayah perbatasan. Infrastruktur
jalan raya yang cukup memadai disertai lalu-lintas kendaraan di Tawau yang
sangat tertib dan teratur bahkan terlihat jelas sangat mengutamakan hak dari para
pejalan kaki. Berbagai makanan kuliner yang lezat juga banyak dijual pasar
tradisional di Tawau yang terbilang berjejer sangat rapi dan cukup bersih
seperti roti canai khas India, ayam bakar, martabak jawa, soto betawi, nasi
goreng, nasi campur, nasi lemak, nasi ayam Malaysia bahkan es milo. Konon, kata
teman-teman di Nunukan kalau milo buatan Malaysia ini rasanya jauh lebih enak
dari milo buatan Indonesia karena rasa kental cokelatnya lebih terasa dam
setelah saya mencobanya ternyata memang lebih enak es milo buatan Malaysia.
Hehehe...
|
Banyaknya komplek pertokoan dan tempat hiburan di Kota Tawau, Sabah di Malaysia
|
Kota Tawau di
saat malam hari juga tidak kalah indah. Gemerlap Kota Tawau di Malaysia ini sudah
menjadi daya tarik wisata bagi warga perbatasan di Indonesia dalam mengisi kegiatan liburan
di akhir pekan karena letaknya geografisnya yang sangat berdekatan. Fasilitas
hotel berbintang, mall, pasar tradisional, bioskop, hiburan malam semua sudah
tersedia di Tawau, Malaysia. Selain sebagai tempat wisata maka Tawau juga
menjadi tempat deportasi bagi warga negara asing yang mengalami masalah
keimigrasian khususnya di Negara Bagian Sabah, Malaysia.
Hampir setiap
bulan, terdapat masalah mengenai kasus TKI deportan khususnya dari Tawau ke
Nunukan yang sering masuk dalam pemberitaan berbagai media massa nasional di Indonesia dengan bermacam-macam kasus seperti overstay,
masuk tanpa dokumen lengkap / non prosedural dan lain-lain yang biasanya dikoordinasikan terus dengan semua instansi terkait antara Pemerintah Kerajaan Malaysia dengan perwakilan luar negeri Indonesia
yakni Konsulat Republik Indonesia di Tawau dan Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Nunukan yang berada di bawah
koordinasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI) di Jakarta. Pemulangan deportasi TKI dilakukan melalui kapal jalur laut dari pelabuhan Tawau menuju pelabuhan Tunon Taka, Nunukan
untuk dilakukan kegiatan pendataan, penyuluhan, pendampingan dan perlindungan terhadap para
TKI.[]
*Nur
Bintang adalah pegawai biasa yang bekerja pada salah satu instansi pemerintah
vertikal di Nunukan, Kalimantan Utara perbatasan Indonesia-Malaysia.