Artikel

Senin, 06 Juli 2015

"JEJAK KAKIKU DI NUNUKAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA"



Oleh: Nur Bintang*


Saya di depan Gedung DPRD Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara

            Tidak terasa ternyata sudah hampir empat bulan diriku sudah berdinas menjalankan tugas negara di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) di Pulau Nunukan, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara yang terletak cukup jauh di ujung pulau terluar perbatasan Indonesia-Malaysia yang berada di bawah koordinasi dan pengawasan dari lembaga non kementerian yakni Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) di Jakarta yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Kabupaten Nunukan memang cukup luas yang dimana daerahnya mencakup semua daratan Kalimantan Utara perbatasan antara Indonesia-Malaysia (Sabah dan Sarawak) yang biasa disebut juga sebagai "paru-paru dunia" karena masih bernuansa hutan alami. Pulau Nunukan saat ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan daerah di seluruh Kabupaten Nunukan yang bersebelahan dengan Pulau Sebatik yang memiliki banyak lahan kelapa sawit serta sudah terbagi dua kepemilikan dari dua negara yakni Indonesia dan Malaysia.


Peta lokasi Pulau Nunukan di Kalimantan Utara yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia
                       
                                 Suasana di Kota Nunukan, Kalimantan Utara perbatasan Indonesia-Malaysia
             
                Saya saat melakukan edukasi penyuluhan kepada para TKI di Nunukan
            
                Rapat Paripurna bersama perwakilan instansi di gedung DPRD Nunukan
Saya saat berada di depan Kantor Bupati Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara


            Pulau Nunukan merupakan kawasan strategis bagi para TKI. Kebanyakan para calon TKI dan TKI menganggap jika singgah datang di Nunukan akan lebih mudah untuk masuk dan bekerja di negara Malaysia yang letaknya berbatasan langsung dengan negara bagian Sabah, Malaysia Timur ini. Para TKI yang singgah dan transit selama ini di Nunukan kebanyakan berasal dari beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Sumbawa, Flores, Lombok, Timor, hingga Kepulauan Alor di Nusa Tenggara Timur. Banyak TKI yang ingin transit menuju ke Malaysia berjuang mengadu nasib bekerja ke luar negeri di tengah keterbatasan kemampuan Pemerintah Indonesia untuk membuka lapangan kerja di dalam negeri. Untuk menuju Nunukan saat ini hanya bisa dilalui menggunakan jasa angkut transportasi udara dengan menggunakan berbagai model tipe pesawat perintis dan transportasi laut dengan menggunakan speed boat. Para TKI yang sudah melalui proses dan prosedur yang benar biasanya berangkat dari pelabuhan internasional Tunon Taka, Nunukan melalui pos imigrasi untuk kemudian berangkat menuju negara bagian Sabah dengan transit terlebih dahulu di Kota Tawau, Malaysia yang bisa dikatakan cukup maju untuk sebuah wilayah perbatasan dengan ramainya industri pabrik, tempat belanja dan area wisatanya. Masalah pengiriman deportasi TKI dari Malaysia juga sering dilakukan di pelabuhan Tunon Taka, Nunukan yang terus dikoordinasikan dengan pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu dan Konsulat Republik Indonesia di Tawau sebagai perwakilan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur. 


Saya berada di depan kantor BP3TKI Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara
Pelabuhan internasional Tunon Taka di Nunukan, Kalimantan Utara rute laut Indonesia-Malaysia
Nunukan bisa dikatakan adalah daerah kabupaten yang masih baru tahap membangun yang terletak di beranda teras paling luar negara Republik Indonesia yang juga masuk ke dalam propinsi termuda di Indonesia yang baru-baru ini dimekarkan dalam Rapat Paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012 yaitu Propinsi Kalimantan Utara (Kaltara) setelah memutuskan berpisah dari Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang terdiri dari sepuluh (10) kabupaten untuk saat ini. Sebagai seorang abdi negara yang harus siap ditugaskan dimana saja oleh negara pasti tahu dan paham betul mengenai keadaan dan kondisi sebenarnya di Nunukan yang masih dalam rangka membangun. Memang, setelah saya telusuri ada perkembangan positif pembangunan di Nunukan saat ini setelah saya melihat dan membaca beberapa dokumen file sejarah terdahulu mengenai pembentukan Propinsi Kalimantan Utara terutama Kabupaten Nunukan sebagai daerah yang terletak paling terluar Indonesia dan berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Namanya membangun pasti membutuhkan waktu dan proses ke arah yang lebih baik. 


Suasana pemukiman nelayan di pinggir pantai Pulau Nunukan, Kalimantan Utara
     Obyek wisata Hutan Binusan di Nunukan, Kalimantan Utara

   
           Ada hal yang unik mengenai Nunukan ialah tentang keanekaragaman penduduk di Nunukan yang lebih banyak didominasi oleh suku Bugis, Tidung, Dayak, Toraja, NTT, dan Jawa. Namun penduduk asli yang sudah lama menetap di Pulau Nunukan ialah suku Tidung yang kental dengan nuansa unsur kebudayaan melayu. Arus mobilitas penduduk yang tinggi di Pulau Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara seluas 21.450 hektar yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia ini sudah berlangsung sejak dekade tahun 1950-an hingga sekarang. Pada awalnya dibuka beberapa perusahaan perkebunan kakao dan karet asal Inggris di Sabah yang membutuhkan ratusan tenaga buruh tani kontrak dari Indonesia terutama Flores dan Sulawesi. Kegiatan ekonomi ini terus berlangsung hingga sampai sekarang yang kemudian berkembang pada beragam sektor industri lainnya seperti perkebunan sawit dan lain-lain di kawasan Malaysia Timur. Kebanyakan para TKI dari Nunukan menggunakan jasa angkutan laut melalui pelabuhan Tunon Taka menuju ke Tawau negara bagian Sabah di Malaysia Timur untuk bekerja baik dari sektor formal maupun informal. 


Model rumah kayu panggung yang biasa ditemui di Nunukan, Kalimantan Utara
            
         Untuk kehidupan di Nunukan memang tidak jauh berbeda dengan suasana kota-kota di Indonesia pada umumnya. Cuma terkadang saya sebagai manusia biasa mengalami homesick syndrom (kerinduan dengan kampung halaman) di Jawa dan itu saya rasa sangat manusiawi. Itulah yang saya rasakan sebagai seorang abdi negara yang harus siap untuk ditempatkan jauh di seluruh Indonesia bahkan luar negeri sekalipun jika memang ditugaskan oleh negara. Untuk fasilitas hiburan atau rekreasi di Nunukan untuk saat ini jika dilihat memang masih sangat terbatas namun cukup diakui jika perdagangan/perniagaan di Nunukan cukup berkembang apalagi letak geografisnya yang bersebelahan langsung dengan negeri jiran Malaysia sehingga memudahkan proses perniagaan di antara kedua negara di kawasan perbatasan ini. Untuk kebudayaan walaupun di Nunukan terdiri dari banyak suku bangsa namun nampaknya akar pengaruh budaya Melayu masih nampak kuat hadir disini dengan banyaknya model rumah kayu panggung khas Melayu yang berdiri megah di Nunukan serta menu kuliner yang tidak berbeda jauh dengan menu khas kuliner yang biasa ditemukan di negara Malaysia semacam roti canai. Untuk wisata di Nunukan yang paling terkenal adalah obyek wisata Hutan Binusan yang menawarkan keindahan alam di bumi Kalimantan Utara yang eksotis, kawasan tanah merah sebagai tempat jual-beli sentral batu akik khas Kalimantan, Pantai Ecing, Tugu perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik yang masuk dalam wilayah Kabupaten Nunukan, dan monumen Tugu Dwikora di dekat alun-alun kota untuk mengenang sejarah perjuangan konfrontasi militer Indonesia-Malaysia saat di era zaman Presiden Soekarno tahun 1964.[]

Nur Bintang* adalah seorang pegawai biasa yang kini mengabdi pada salah satu instansi pemerintah yang terletak di Kalimantan Utara perbatasan Indonesia-Malaysia.