Artikel

Kamis, 07 Mei 2015

"Alhamdulillah, Akhirnya Saya Lulus Tes CPNS!!!"



Oleh: Nur Bintang*


https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSFNeZndJphCJauvlzps9nUVeej-ttOQOG5nE0LbFGW0ikBiQKj

Pada bulan September tahun 2014 yang lalu, saya masih merantau bekerja pada sebuah lembaga pendidikan swasta yang cukup berkembang di Jakarta setelah memutuskan resign dari tempat kerjaan yang lama sebagai editor buku di salah satu perusahaan penerbitan nasional di Jakarta. Lembaga pendidikan swasta di Jakarta, tempat saya bekerja dahulu ini membuka cabang sekolah unit baru di Bandung. Kota Bandung yang biasa dikenal sebagai “Parijs van Java” ini memiliki cuaca dan udara yang masih sangat asri dan sejuk apalagi pada saat saya hendak mandi pagi.. bbrrrr… saya cukup marasakan kedinginan. Air di Bandung ini ternyata cukup sejuk dan dingin dibandingkan saat saya berada di Jakarta. 

Dari kantor pusat di Jakarta saya ditugaskan menjadi ‘pembina’ regional wilayah Jawa Barat yang dimulai start awal dari Kota Bandung. Walaupun secara garis besar pekerjaan saya ini tidaklah jauh berbeda ketika sewaktu saya dahulu berada di kantor pusat di Jakarta dengan seperti biasa berjalan menyusuri jalan-jalan kecil di sudut-sudut kota Jakarta untuk menawarkan produk jasa pendidikan. Semua wilayah Jakarta bahkan sudah saya jelajahi ketika saya ditugaskan menjadi “Management Trainee“ hingga sampai akhirnya saya ditugaskan di tempat yang baru di Kota Bandung.

Pahit-manis sudah saya rasakan ketika baru membuka sekolah unit baru di Kota Bandung saat pengenalan produk jasa layanan pendidikan ke masyarakat diselingi tugas mencari SDM untuk mengisi lowongan kerja guru pengajar di sekolah unit baru kami, mencari murid-murid dengan cara berkenalan dengan calon orang tua murid dari rumah ke rumah. Saya juga merapikan administrasi kantor, memonitor permainan kelas, mengecek keamanan kelas bahkan terkadang ikut membantu menjadi guru pengajar di dalam kelas, selain itu saya juga ikut melakukan pemasaran menyebarkan brosur untuk menarik murid-murid bersekolah di sekolah unit baru kami dibantu kawan-kawan dari kantor pusat Jakarta walaupun hanya sementara. Harus diakui jika pada akhirnya saya yang lebih sering pergi sendirian mencari calon murid-murid potensial yang ingin bersekolah di unit kami walaupun harus menghadapi cuaca terik panas matahari hingga guyuran air hujan tanpa terasa sudah menjadi santapan makanan sehari-hari saya sebagai bagian dari perjuangan hidup mencari rezeki. 

Puluhan kilometer setiap hari saya jelajahi dengan jalan kaki dari pintu ke pintu dengan peluh keringat dan gaji pas-pasan. Selama bekerja, saya banyak menemui orang-orang dengan beragam karakternya dari sambutan calon orang tua murid yang bersikap sinis, bersikap baik dan terbuka, bahkan ada yang menolak dengan cara acuh serta tidak peduli baik halus maupun kasar. Semua saya jalani dengan ikhlas karena namanya hidup adalah perjuangan. Dari pengalaman ini saya belajar jika ternyata mencari rezeki uang itu tidaklah mudah. Uang tidak turun dari langit tapi harus didapatkan melalui kerja keras. Saya selalu bersyukur kepada Allah SWT karena saya mendapatkan pengalaman pembelajaran hidup yang tidak bisa dinilai oleh materi sekalipun.

Walaupun jabatan di tempat saya kerja dahulu kedengaran sangat keren sebagai ‘pembina’ merangkap ‘kepala unit sekolah’ tapi itu semua hanyalah manis perkataan klise dari sebuah jobdesk. Kalo dilihat dari pekerjaannya sebenarnya sungguh tidaklah mudah. Saya berangkat jam 8 pagi dan baru pulang jam 9 malam bahkan jam 10 malam dan itu saya lakukan dengan berjalan kaki tanpa menggunakan kendaraan pribadi kecuali angkutan umum jika diperlukan dan jika saya merasa lelah maka saya mampir sholat ke mushola atau masjid terdekat kemudian istirahat sejenak. Namanya bekerja di sektor lembaga pendidikan swasta memang harus dituntut deadline target penambahan jumlah murid setiap bulan yang harus dipenuhi. Jika target tidak dipenuhi bisa kena penalti dari bos. Apalagi ini sekolah unit baru harus menerapkan strategi yang bagus untuk menjaring calon murid sebanyak-banyaknya. 

Pada saat saya berjalan berpanas-panasan dan berpeluh keringat di bawah terik sinar matahari melakukan sosialisasi eksternal mengenalkan produk jasa layanan pendidikan ke rumah-rumah ada seorang bapak dari calon orang tua murid yang nampaknya menaruh simpati kepada saya dan menginformasikan kepada saya untuk membuka internet jika pada saat itu ada informasi pembukaan CPNS secara nasional di seluruh Indonesia dari instansi pusat seperti kementerian, badan nasional hingga pemerintahan provinsi dan daerah. Bapak itu juga mengingatkan mengenai umur saya yang masih muda saat itu yaitu 28 tahun dengan latar belakang pendidikan sarjana yang dianggap cukup berpotensi mengikuti tes CPNS secara sportif. Saya masih ingat perkataan bapak dari calon murid saya itu, “Coba ikut daftar saja Mas Bintang yang sesuai dengan jurusan kuliah Mas Bintang, jangan takut atau pesimis kalah bersaing dengan ribuan pendaftar CPNS yang lain niatkan dalam hati bahwa bekerja adalah untuk beribadah kepada Tuhan dengan mencari pekerjaan halal yang lebih baik lagi dari pekerjaan yang ada sekarang agar dapat menafkahi keluargamu kelak serta mengabdi kepada bangsa dan negara. Namanya rezeki itu Allah SWT yang mengatur jika tidak diterima berarti bukan jalan rezekinya dan seandainya bisa diterima berarti itu memang sudah menjadi jalan rezeki Mas Bintang yang penting Mas Bintang mengikuti tes dengan cara-cara jujur dan sportif.”

Setelah  berpikir cukup lama akhirnya pada akhir bulan Agustus 2014, saya memutuskan untuk mengikuti tes dengan cara mendaftar secara online di warnet untuk mendapatkan nomor pendaftaran, menyiapkan berkas-berkas yang harus dikirim ke panitia seleksi nasional CPNS pusat di Jakarta melalui jasa pos sesuai informasi persyaratan yang tertera dari website Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan). Selentingan dan cibiran dari teman-teman bahkan orang-orang terdekat banyak yang mengejek saya jika saya hanya bermimpi saja untuk menjadi seorang CPNS karena untuk menjadi CPNS atau PNS menurut pemahaman mereka bahwa pintar saja tidaklah cukup jika tidak ada uang suap, menjadi PNS harus dari kalangan keluarga kaya dan terhormat atau bahkan anak pejabat tinggi yang memiliki koneksi. Bagi saya, itu hanyalah alasan saja buat orang-orang yang takut kalah dan takut menerima kenyataan jika tidak lulus tes CPNS. Saya yakin, negara ini masih butuh orang-orang bersih yang memiliki ketulusan niat bekerja untuk menjadi seorang abdi negara. Pengalaman saya sendiri sudah delapan kali ikut tes CPNS tidak pernah lolos namun saya tetap optimis dan semangat bahkan tes CPNS tahun 2014 adalah tes yang kesembilan kalinya yang saya ikuti.

Belajar dari pengalaman kakak kandung saya sendiri yang ternyata berhasil lulus murni tes CPNS karena bakat dan potensi yang dimilikinya yaitu kepintaran intelegensi serta hasil analisa psikologi yang baik dari hasil score test yang diranking berdasarkan nilai yang tertinggi secara transparan. Hal ini yang menjadi pemacu dan spirit saya untuk bertekad sekuat tenaga mewujudkan mimpi dan keinginan untuk dapat membanggakan kedua orang tua, membanggakan keluarga saya kelak dengan bekerja menjadi abdi negara suatu saat nanti. Saya berjuang dengan keringat, darah, air mata dan biarlah Tuhan yang menentukan hasil akhirnya yang penting saya berjuang dengan cara-cara jujur dan sportif karena orang tua saya tidak memberikan harta melimpah kepada saya melainkan hanya membekali anaknya ilmu bermanfaat (ijazah) dari bangku sekolah.

Selama hampir tiga bulan, sambil bekerja, saya juga mencari-cari waktu senggang agar dapat belajar menghadapi soal-soal tes CPNS besok dari belajar matematika dasar, dasar-dasar logika, Pancasila, UUD 1945, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. Walau saya harus berjalan kaki puluhan kilometer setiap hari dengan peluh keringat hingga kaki saya sempat terluka saat bekerja mengenalkan produk layanan jasa pendidikan dan mencari murid-murid baru dari rumah ke rumah namun saya tidak lupa untuk selalu membawa buku-buku soal tes CPNS di dalam tas saya yang saya beli dari sedikit tabungan gaji saya selama bekerja. Jika merasa lelah, saya makan siang terus singgah sejenak untuk sholat ke mushola atau masjid terdekat setelah itu belajar lagi selama sekitar 1 jam membuka buku kumpulan soal-soal tes CPNS dan kemudian beraktivitas kerja kembali. Setelah pulang bekerja maka saya juga sempatkan belajar dan berlatih soal-soal tes CPNS hingga larut malam bahkan tertidur pulas tanpa terasa di atas meja lalu bangun sholat malam terus belajar lagi hingga pagi bahkan terkadang pada hari-hari libur saya lebih fokus untuk belajar mengerjakan soal-soal tes CPNS ketimbang bermain. Perjuangan yang harus dilalui melalui keringat, darah, dan air mata.

Akhirnya pengumuman seleksi administrasi diumumkan jika saya ternyata dinyatakan lolos seleksi administrasi, kemudian berlanjut pada tes tahap 1 yaitu tes kompetensi dasar yang diadakan selama tiga hari dengan jadwal peserta tes yang berbeda dengan materi Pancasila, UUD 1945, matematika dasar, Bahasa Indonesia melalui system online computer atau CAT (Computer Asisted Test) di Jakarta yang hasil tesnya bisa diketahui pada saat itu juga melalui papan score elektronik. Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos dengan score sesuai passing grade yang ditentukan oleh panitia nasional seleksi CPNS dan berhasil masuk jajaran ranking tertinggi 10 besar dari ratusan kandidat pelamar pada hari itu dan kemudian berlanjut pada tes tahap 2 yaitu tes kompetensi bidang pada minggu berikutnya di kantor pusat di Jakarta dengan materi Tes Potensi Akademik (TPA) seperti matematika dan dasar-dasar logika yang diadakan oleh OTO BAPPENAS Jakarta. Untuk tes tahap 2 yang terakhir yaitu tes kompetensi bidang khusus bahasa Inggris pada minggu berikutnya yaitu tes TOEFL yang diadakan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat. Selama mengikuti ujian tes seleksi CPNS ini maka harus memaksa saya untuk bolak-balik antara Bandung dan Jakarta.

Setelah mengikuti serangkaian tes CPNS maka saya hanya bisa pasrah dan berdo’a kepada Allah SWT bahwa semua ketetapan yang nanti terjadi merupakan jalan yang terbaik setelah berusaha. Saya tetap beraktivitas bekerja seperti biasa mengurusi sekolah unit baru di Kota Bandung. Karena sesuatu hal, terjadi  ketidakcocokan antara saya pribadi dengan pihak pengelola manajemen pusat dari sekolah yang saya kelola yaitu unit baru di Bandung mengenai cara penanganan pola pendekatan strategi marketing dan tekanan pekerjaan yang terlalu berlebihan yang ditimpakan kepada diri saya sehingga memaksa saya untuk memutuskan resign dan pulang ke kampung halaman di Kota Purwokerto pada pertengahan bulan Desember tahun 2014.

Cukup sedih keadaan saat itu, saya pulang ke rumah dalam kondisi kabar yang kurang baik seraya masih menunggu kabar hasil pengumuman akhir tes CPNS pusat yang tak kunjung keluar dan hal ini cukup memukul batin kedua orang tua saya yang sudah berjuang membanting tulang menyekolahkan saya namun saya tetap berpikir positif jika Allah SWT selalu mendengar do’a seorang hamba-Nya yang dianiaya. Saya hanya bisa pasrah, berbaik sangka, setelah berusaha dan saya meyakinkan dalam hati, “Pasti ada jalan keluar”. Saat itu saya sudah berpikir bersiap-siap hendak usaha dagang kecil-kecilan walaupun saya tidak memiliki pengalaman dan bakat dalam hal berdagang bahkan ibu saya juga sudah menyiapkan uang agar saya melanjutkan sekolah lagi ke jurusan D1 Perhotelan di Malaysia dengan harapan agar suatu saat kelak saya dapat bekerja di perusahaan internasional kapal pesiar. Keajaiban terjadi, berselang hanya satu hari setelah saya resign dari tempat kerjaan yang lama, ternyataaa…….???

Keesokan harinya, kakak saya yang juga seorang PNS di salah satu instansi pemerintah di Kota Semarang sambil terisak menangis terharu memberi kabar kepada saya melalui telepon jika nama saya tercantum di website salah satu instansi pusat pemerintah di Jakarta sebagai peserta yang berhasil lulus tes seleksi CPNS tahun 2014 dengan score ranking tertinggi urutan tiga besar dan berhasil menyisihkan ratusan kandidat pelamar lain. Saya menangis seketika itu juga lalu kemudian sujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki yang telah diberikan. Selama ini ternyata Allah SWT mendengarkan do’a-do’aku setiap malam. Orang tua, ayah dan terutama ibuku juga ikut menangis terharu mendengar kabar membahagiakan ini. Selang beberapa jam kemudian kawanku yang sama-sama ikut tes seleksi CPNS sewaktu di Jakarta juga memberi kabar via BBM jika dia dan saya ternyata juga berhasil lulus tes CPNS di Jakarta. Saya hanya bisa memanjatkan syukur, “Alhamdulillah..” 

Saya bersama temen-temen yang ditugaskan dinas ke Nunukan, Kalimantan Utara dari BNP2TKI Jakarta

Tugas negara sudah menanti yaitu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Setelah pembekalan CPNS dari kantor pusat di Jakarta sekaligus mendapatkan diklat anti-korupsi dari lembaga KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada pertengahan bulan Maret maka tepat pada tanggal 30 Maret 2015 tepat di hari ulang tahun saya yang ke 29 tahun maka saya sudah ditugaskan dinas pada salah satu perwakilan kantor instansi pemerintah di Kalimantan dekat perbatasan Indonesia-Malaysia. Konsekuensi sebagai abdi negara ialah harus bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia. Saya bersyukur melalui perjuangan yang sangat panjang dan berliku-liku akhirnya saya bisa membuktikan kepada teman-teman dekat, sanak saudara bahwa lulus tes CPNS itu ialah murni dari hasil perjuangan mengikuti ujian dengan nilai score kelulusan yang diurutkan dari ranking yang tertinggi dan hasil analisa psikologi yang baik. Modal saya melamar CPNS hanya fotokopi ijazah terakhir, stopmap, surat lamaran, dan perangko yang dikirim melalui via pos. Berbaik sangka, tekun, yakin, usaha, dan do’a adalah kunci utamanya. Tetap semua kerja keras ialah 50% USAHA dan 50% DO’A. Semua harus seimbang dalam menggapai mimpi dan cita-cita. Bekerja adalah jalan hidup (way of life) yang ditentukan oleh diri sendiri dan ridho dari Sang Illahi. Alhamdulillah.[]


*Nur Bintang adalah seorang pegawai biasa yang mengabdi pada salah satu instansi pemerintah di Kalimantan dekat perbatasan Indonesia-Malaysia.


OOO