Artikel

Senin, 27 Mei 2013

GHOST: RATIONAL OR IRRATIONAL…?


Oleh: Nur Bintang

“Bisakah anda merasionalkan suatu kejadian yang dianggap irasional?”



Tema saya dalam postingan kali ini agak sedikit menyimpang dari topik penjelasan ilmu sosiologi namun ada sesuatu hal yang menarik di dalam kajian tema yang saya bahas kali ini bahwa cakupan ilmu sosiologi akan semakin luas jika tidak hanya membahas interaksi manusia di dalam masyarakat saja namun juga dapat membahas interaksi manusia dengan makhluk dunia lain yang berbeda dimensi dalam ruang dan waktu dengan kita sebagai manusia. Sebagai manusia beragama saya meyakini bahwa Tuhan (Allah SWT) menciptakan juga makhluk lain selain manusia di dunia ini.  Teringat saya pada salah satu tokoh ilmuwan psikolog di film hantu horror thriller MAMA awal tahun 2013 besutan Hollywood yang dalam salah satu scene film tersebut mengatakan, Tidak ada penjelasan rasional yang bisa menjawab ini. Tapi kemampuan untuk bisa menerima kenyataan lain. Itulah yang membuat ilmu bisa berkembang ke segala arah…. Mungkin hal ini agak terdengar sedikit konyol, gila, atau bahkan aneh namun hal ini adalah tantangan bagi perkembangan dunia sains sosial untuk dapat belajar serta menjelaskan sesuatu hal yang dianggap irasional dan selalu dipungkiri selama ini dengan banyak menggali ilmu pengetahuan (knowledge) secara lebih rasional-eksploratif guna mempertebal rasa keyakinan kita terhadap kebesaran kekuasaan Tuhan (Allah SWT).

Dari semua pembaca disini pernahkan ada yang mengalami suatu kejadian aneh yang sulit dijelaskan secara rasional? Pernahkan anda memiliki pengalaman melihat atau merasakan sedikit kehadiran makhluk ‘the other’ (hantu) di sekitar anda? Pernahkah anda mendengarkan sesuatu yang mungkin bahkan tidak pernah didengar oleh orang lain di sekitar anda? Terlalu sempit dan sombong jika ilmu sosiologi ini hanya sekedar menjelaskan interaksi antar manusia saja. Sebagai sesama makhluk Tuhan bisa saja tercipta interaksi parasosial antar manusia dengan makhluk yang berasal dari dunia lain.. ini yang saya namakan PARASOCIOLOGY.. Saya menyukai segala sesuatu yang abnormal untuk mencari tahu kebenarannya agar dapat dijelaskan sesuatu hal tersebut secara normal, rasional, dan ilmiah.

Untuk mempermudah dalam kajian “PARASOCIOLOGY” ini mungkin tidak ada salahnya para pembaca telebih dahulu menonton film horror terbaik sepanjang massa tahun 2012 yang diangkat dari sebuah buku novel ‘Sussan Hill’ yang berjudul THE WOMAN IN BLACKyang dibintangi aktor kawakan Daniel Radcliffe. Saya mengakui jika film horror Inggris ini merupakan salah satu film horor terbaik di dunia pada abad masa kini yang masih sulit untuk dicarikan tandingannya. Ketika saya menonton film ini sendiri dari layar laptop dengan bergidik ngeri maka kemudian saya berusaha  memberi sedikit analisa bahwa setiap bagian scene dari film ini mungkin pernah dirasakan oleh sebagian pembaca sekalian walau tidak sehebat yang ada di dalam film ini. This is interaction with ‘the other’! This is about parasocial..

Untuk menjelaskan mengenai interaksi parasosial bersama makhluk ‘the other’ yang bukan berasal dari dunia kita maka saya berusaha mencari informasi dengan banyak membaca beberapa literatur ilmiah dan buku-buku misteri serta bahkan beberapa artikel blog di internet yang dimana hingga sampai detik ini, saya belum dapat menemukan teori parasosiologi yang dapat menjelaskan secara pasti fenomena sosial misteri aneh dan unik semacam ini. Namun kejadian tersebut bisa dimaknai secara fenomenologi dalam diri seseorang ketika berinteraksi dengan makhluk ‘the other’ yang dalam  kasuistis semacam ini bisa disebut dengan istilah ‘hantu'. Parasosiolog bisa meneliti kejadian interaksi parasosial unik semacam ini melalui studi yang diterapkan seperti dalam kajian penelitian deskripsi etnografi namun dengan objek dan kajian yang jauh lebih berbeda dengan hidup dan tinggal di sebuah ‘haunted house’ selama beberapa jeda waktu tertentu untuk mengetahui model interaksi dengan makhluk dunia lain yang menjadi penghuni di rumah tersebut. Teknik penelitian dari PARASOCIOLOGY ini bisa dinamakan hauntedgrafimenurut istilah saya

Para pembaca sekalian mungkin juga dapat menonton film besutan Hollywood juga tahun 2012 yang berjudul RED LIGHTS mengenai investigasi ilmiah yang dilakukan seorang akademisi ilmuwan physicist (ahli fisika) dan seorang profesor psikologi dari sebuah universitas di Amerika Serikat terhadap suatu kejadian aneh dan irasional yang dilakukan oleh paranormal sebagai bentuk kejahatan baru karena dianggap telah melakukan 'kebohongan publik' kepada masyarakat yang terlanjur meyakininya sebagai bagian dari fenomena supranatural yang ada di luar batas kewajaran rasio logika manusia. Selain itu, terdapat film horor menarik tahun 2011 yang berhasil menjembatani antara dunia rasional dan dunia irasional yang berjudul 'INSIDIOUS'. Saya katakan bahwa film horor ini sangat spektakuler bahkan bisa disebut sebagai film postmodern karena berhasil menggambarkan dan menjelaskan hubungan interaksi parasosial dalam dunia alam sadar (rasional) dan dunia alam bawah sadar (irasional) manusia dengan makhluk 'the other' secara gamblang dan menarik dan juga film horor psychology thriller tahun 2003 yang dibintangi aktris Hollywood kenamaan yakni Halle Berry yaitu 'GOTHIKA' yang memerankan tokoh sebagai seorang dokter psikiatri (dr. Miranda Grey) yang ahli dalam psikologi kriminal dimana dia sendiri merasa mengalami delusi halusinasi (kegilaan) karena merasa kesulitan untuk membedakan antara dunia kenyataan dengan dunia fantasi dalam ruang sosialnya. Fenomena kegilaan ini, dirasakan dr. Grey setelah melakukan interaksi parasosial dengan makhluk 'the other'. 

Film-film postmodern ini sangat menarik untuk dikaji dan diteliti dari sudut pandang ilmiah karena menurut saya dianggap cukup berhasil menjembatani ruang antara (liminal) yaitu ruang dunia rasional dengan ruang dunia irasional kepada penonton yang dimana fenomena hal tersebut bahkan masih belum dapat terjawabkan/belum dapat terpecahkan dalam social science secara nyata bahkan terkesan luput dan diabaikan dari pengamatan observasi seorang sosiolog bahkan seorang psikolog selama ini. Menurut saya, pandangan terhadap fenomena kasuistis seperti film-film postmodern ini sangat menarik untuk diterapkan dalam riset parasosial dalam cabang social science yang baru yakni 'Parasociology' menurut istilah dan pemikiran saya dengan melakukan studi eksploratif secara khusus untuk dapat mengkaji fenomena kasuistis unik yang selama ini dianggap irasional oleh kebanyakan masyarakat agar dapat ditemukan solusi pemecahan masalahnya secara lebih rasional serta ilmiah.



Salah satu scene film "THE WOMAN IN BLACK".



Film horor 'INSIDIOUS'



Film psychology thriller 'GOTHIKA'



Film thriller supernatural phenomena 'RED LIGHTS'

Seumur hidup,  saya pernah mengalami tiga kali kejadian mistis dalam kaitan interaksi parasosial dengan makhluk ‘the other’ ini.  Pertama, ketika dulu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 4 ketika saat tengah malam saya tidur di dalam kamar rumah sering mendengar suara cekikan wanita yang tertawa keras di halaman rumah namun anehnya semua keluarga saya termasuk ayah, ibu, dan kakak saya tidak pernah mendengar suara cekikikan wanita ini kecuali hanya saya. Rasa penasaran menuntun saya untuk mengendap-endap dengan rasa takut khas anak kecil untuk mengintip melalui kaca jendela rumah untuk mengetahui apa yang terjadi namun yang tampak hanyalah halaman rumah yang terlihat sepi dengan ramainya bising suara jangkrik dan anehnya setelah saya kembali ke kamar tidur maka suara cekikikan wanita yang tertawa itu muncul kembali dengan jauh lebih keras hingga sampai sebelum adzan shubuh bahkan saya saat tidur ketika itu sambil menutup kepala dengan bantal karena merasa ketakutan dengan menahan kencing (saya selalu tersenyum jika mengingat kejadian lucu ini). Rumah saya di perumahan kebetulan saat itu memang sangat sepi, gelap, dan jauh dari keramaian dengan posisi rumah berada di depan sawah serta pekarangan kebun yang dibatasi aliran sungai dan jembatan kecil. Selain itu, dulu saya ketika masih anak kecil saat tidur di dalam kamar juga sering mendengar suara wanita yang sedang menangis saat tengah malam di pekarangan kebun di luar rumah yang kebetulan disana terdapat pohon mangga besar sebelum pohon itu ditebang seperti kondisi sekarang, awalnya takut namun akhirnya terbiasa juga dan saya anggap sebagai angin lalu (ketika itu perumahan kami hanya masih ada sedikit rumah dan tidak seramai seperti sekarang) bahkan ketika tengah malam dulu, ketika saya hendak pergi ke WC di rumah, saya juga sering mendengar suara laju kereta api beserta suara lokomotifnya. Di luar komplek perumahan saya dulu memang terdapat jalur rel baja kereta api menuju pabrik gula di daerah Banyumas eks peninggalan kolonial Belanda yang sudah lama tidak terpakai.

Pengalaman kedua, ketika saya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 2 dimana kami sekeluarga (ayah, ibu, dan kakak) untuk sementara pindah rumah ke kontrakan yang baru karena rumah kami yang lama sedang mengalami renovasi total. Di rumah kontrakan kami yang baru, pernah kami sekeluarga mengalami interaksi parasosial dengan makhluk ‘the other’ ini ketika saat tengah malam ada suara langkah kaki orang berlari-lari menabrak semua perabotan yang ada di dapur bahkan hingga menjatuhkan panci dan makanan yang ada di dapur, mengacak-ngacak pakaian yang sudah diseterika dan suara langkah kaki yang keras ini bahkan sampai terdengar oleh kami sekeluarga maka kami sekeluarga seperti ayah, ibu, kakak, dan saya sampai bangun dari tidur untuk melihat apa yang terjadi di belakang rumah karena khawatir jika nanti ada kehadiran maling/ pencuri yang hendak memasuki rumah kami dan anehnya lagi suara langkah kaki orang yang berlari-lari di tengah malam itu hilang dengan menyisakan beberapa perabot dapur yang berantakan yang hal ini tidak bisa dilakukan oleh binatang tikus atau kucing sekalipun karena kerasnya jejak suara langkah kaki orang yang sedang berlari tersebut yang kemudian hilang dalam sekejap ketika kami masing-masing membuka pintu belakang rumah. Kebetulan saat itu adalah malam jum’at dan pas di belakang rumah kontrakan kami saat itu adalah rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya. Saya kemudian berinisiatif bergegas dengan memanggil dua orang penjaga pos ronda malam yang saat itu sedang bertugas untuk melihat kondisi rumah kosong yang ada di belakang rumah kontrakan kami karena suara jejak langkah kaki orang berlari itu serasa hilang setelah mendekati tembok rumah kosong yang bersebelahan dengan tembok tinggi rumah kontrakan kami. Hasil pengecekan yang kami lakukan adalah nihil karena tidak ada seorangpun di dalam rumah kosong itu. Hal ini masih menjadi teka-teki saya bahkan mungkin keluarga saya hingga sampai saat ini bahwa siapakah orang yang berlari-lari di ruang dapur rumah kontrakan pada tengah malam saat itu?

Pengalaman ketiga, ketika saat saya masih duduk di bangku Sekolah Menegah Umum (SMU) kelas 2. Ketika itu di sekolah ada kegiatan ulang tahun sekolah dan setelah selesai mendekorasi ruangan kelas kami masing-masing maka saya bersama teman-teman yang lain bersantai sambil tidur di ruangan kelas sebelah. Sekolah saya ini memang unik karena bentuk sekolah sebagian masih mempertahankan ornamen bangunan model peninggalan zaman kolonial Belanda. Ketika tengah malam dalam suasana gelap saat itu kira-kira jam 1 dini hari karena saya sangat mengantuk dengan tidur selonjor di atas meja dekat jendela kelas yang agak sedikit terbuka yang berbatasan langsung dengan tembok sekolah dan jalan masuk dari halaman sebuah sekolah tingkat SMP. Interaksi parasosial makluk ‘the other’ ini kemudian terjadi dimana ketika saya dan teman-teman tertidur lalu kemudian saya mendengar berbagai suara aneh di sekolah terutama di dalam kelas dari suara wanita yang menangis sangat keras dan berlangsung sangat lama kemudian disusul oleh suara teriakan bayi menangis yang terdengar lebih keras di dalam ruangan kelas yang saya dan teman-teman tempati namun karena rasa kantuk dari saya yang sangat kuat maka saya tidak terlalu menggubris suara itu, saya masih berpikiran positif mungkin itu adalah anak dari penjaga kantin sekolah yang sedang menangis. Suara itu baru hilang ketika adzan shubuh berkumandang. Ketika saya bangun dari tidur saya baru sadar bahwa apa yang saya dengar tadi malam adalah suara dari makhluk ‘the other’ karena tidak mungkin suara bayi menangis ada di dalam ruangan kelas. Dari sekitar 10 orang teman saya yang tertidur di dalam kelas hanya 2 orang yang mendengar suara misterius tersebut yaitu saya dan salah satu lagi teman saya yang katanya semalam mendengar suara bayi menangis di dalam kelas. Ini adalah sekelumit pengalaman horror saya yang didapat melalui pendengaran suara.

Interaksi parasosial dari makhluk ‘the other’ ini bisa dilakukan bermacam-macam untuk menarik perhatian manusia sebagai bentuk sinyal komunikasi dari mereka. Sebagian pengalaman yang saya ceritakan pada postingan kali ini adalah kebanyakan melalui pendengaran suara namun mungkin ada dari pembaca sekalian yang mungkin memiliki pengalaman sendiri soal interaksi parasosial dengan makhluk ‘the other’ yang tidak sekedar mendengar suara-suara aneh tetapi mungkin melihat penampakan makhluk ‘the other’ walau hanya nampak sekilas atau sekelebat bayangan yang melintas dan lalu menghilang. Penjelasan secara ilmiah memang sangat sulit untuk dijelaskan namun dari adanya kajian PARASOCIOLOGY ini bisa menjelaskan bentuk-bentuk interaksi para-sosial dari makhluk ‘the other’ yang berusaha ingin menarik perhatian manusia karena ingin berkenalan melalui cara-cara yang mungkin dianggap tidak biasa bagi kebanyakan manusia itu sendiri.

Walaupun terdengar sangat irasional namun beberapa kasus yang menunjukkan interaksi para sosial antara manusia dengan makhluk ‘the other’ adalah ilmiah, masuk akal, dan rasional sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan (Allah SWT). Parasosiolog istilah pandangan dari saya terhadap ilmuwan yang berusaha memahami hubungan interaksi parasosial antara manusia dengan makhluk ‘the other’ yang berbeda dimensi ini. Saat ini mungkin hanya pendekatan fenomenologi dari pengalaman para aktor parasosial dari manusia yang mungkin bisa menjelaskan hal ini tentang bagaimana mereka memiliki pengalaman saat saling berinteraksi. Kehidupan makhluk ‘the other’ juga hampir serupa seperti manusia pada umumnya dimana mereka juga hidup berkeluarga, berkelompok dan bersosialisasi serta memiliki lingkungan tempat tinggal yang tidak terjamah manusia. Untuk melakukan wawancara terhadap makhluk ‘the other’ ini mungkin bisa dilakukan melalui sukarelawan yang mau menjadi medium pihak ketiga namun dengan catatan khusus harus dilakukan melalui pengawasan dari orang yang benar-benar ahli dalam hal kajian postmo semacam ini yang benar-benar profesional serta tidak ada indikasi untuk melakukan kebohongan. Untuk mendapatkan gambaran deskripsi secara jelas para ilmuwan parasosiolog harus melakukan kajian riset mendalam melalui penelitian ‘hauntedgrafi’ menurut istilah pemahaman saya dengan tinggal selama jeda waktu beberapa tertentu di lokasi penelitian yang dianggap 'haunted' lalu kemudian sang peneliti parasociology ini kemudian mencatat secara deskriptif analitik tentang pengalaman komunikasi dan interaksi parasocial seperti apa yang berhasil didapatkan dan dimaknai melalui pengalamannya selama berinteraksi parasosial dengan makhluk ‘the other’ ini seperti apa yang dilakukan tokoh utama Arthur Kipps seorang travel lawyer dalam film THE WOMAN IN BLACK. Who knows..? []

(TULISAN INI HANYA SEKEDAR GAGASAN OPINI PEMIKIRAN LIAR DARI SAYA SEKALIGUS UNTUK MEMBANTAH PENDAPAT SKEPTIS SOSIOLOG KRITIS MAHZAB FRANKFURT YAKNI 'MAX HORKHEIMER' BAHWA RASIONALITAS SECARA KRITIS MANUSIA TERHADAP KEBERADAAN SUATU KEKUASAAN SISTEM SUATU SAAT AKAN KEMBALI PADA KEIRASIONALITAS-NYA NAMUN SAYA MEMBANTAHNYA BAHWA FENOMENA IRASIONAL DI DALAM KEKUASAAN SISTEM YANG SELAMA INI DIPUNGKIRI OLEH KEBANYAKAN MANUSIA JUGA DAPAT MENJADI BENTUK DARI SEBUAH KEJADIAN YANG BISA DIANGGAP RASIONAL SECARA KRITIS).



Kamis, 09 Mei 2013

THE ETHNOGRAPHY OF INDONESIA: NATIONAL MUSEUM


By: Nur Bintang*

National Museum, Jakarta, Indonesia


Indonesia is my beautiful country wide total land 1.922.570 km2, wide total of the oceans  3.257.483 km2 and amount of resident 237 million. I call my country “Paradise from Southeast Asia”. Indonesia is  the largest archipelago country located in tropical area consist of 17.000 islands especially Sumatera Island, Java Island, Borneo (Kalimantan) Island, Sulawesi Island, Papua Island are big islands in Indonesia. Indonesia consist of 34 provinces, 349 sub-provinces, 91 cities, 6 administrative cities, 4.819 districts, 68.045 villages. Indonesia confessing six formal religion those are Islam, Christian, Catholic, Hindu, Buddha, and Kong Hu Chu. Now, Indonesia have 740 ethnics and 583 local languages (national language is Indonesia language). Indonesia independence day is August 17, 1945.

Foreign tourist most only recognize Indonesia with title Bali Island, The Capital City of Jakarta, The Cultural City of Yogyakarta, Krakatau Mount, Toba Lake, Borobudur Temple, ‘Batik’ cloth, Puppet (wayang), traditional music ‘Gamelan’ or ‘Angklung’, Komodo (Dragon), etc. In fact, Indonesia still have a lot other natural property and  cultural property.

Indonesia Map

Yesterday, I was visiting to National Museum, Jakarta for my weekend holiday. National Museum, Jakarta is one of the biggest museum in Indonesia. In this place, I can see about history, culture, art, language, knowledge, religion, social organization about all ethnics in Indonesia, example: statues (arca) age Hindu-Buddha kingdom in Indonesia, arts from traditional ethnics around Indonesia like traditional statues, traditional swords (keris), traditional puppets (wayang), traditional clothes, traditional masks, custom houses, etc.

For me, this museum gave taste about full knowledge about culture of Indonesia. I can see traditional culture from many ethnics around Indonesia like Java, Sunda, Madura, Melayu, Minangkabau, Batak, Aceh, Dayak, Sawu, Minahasa, Toraja, Bugis, Bali, Sasak, Timor, Flores, Ambon, Biak, Dani, Asmat, etc. I think this place very interesting to be visited especially for social scientist like antropolog, sociolog, filolog, or etnolog to study about Indonesia culture (Indonesia studies).[]

Bhinneka Tunggal Ika. It’s meaning ‘Unity in diversity’ like INDONESIA…

These are my pictures when I was visiting to National Museum, Jakarta in Indonesia:


























*Nur Bintang is a sociology post-graduated from Gadjah Mada University, Yogyakarta.