Artikel

Jumat, 11 Januari 2013

“THE HARVARD SCHOOL”



Oleh: Nur Bintang*


"Ini adalah tulisan saya di blog pada awal tahun baru 2013, tulisan saya di tahun baru ini maka saya akan membahas pemikiran sosiologi dalam tradisi "The Harvard School". Universitas Harvard selama beberapa tahun terakhir ini mencatatkan sejarah manis sebagai universitas swasta di Amerika Serikat yang beberapa kali berhasil masuk menjadi universitas terbaik nomor 1 dunia berdasarkan survei dari beberapa lembaga ranking universitas di dunia. Selamat membaca tulisan awal saya di tahun baru ini". (Nur Bintang)

Perkembangan Sosiologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat
Rezim Bolshevik di bawah kepemimpinan Vladimir Ulyanov Lenin berhasil melakukan revolusi Oktober Rusia pada tahun 1917 dan menggulingkan rezim tirani kekuasaan Kaisar Tsar Rusia. “Pitrim Alexandrovich Sorokin” (1889-1968) sebagai professor ilmuwan social, sosiolog kenamaan Rusia di University of Petrograd secara terang-terangan menentang dan mengkritik revolusi kekerasan serta gaya pemerintahan terror otoritarian yang dilakukan Lenin bersama kelompoknya yang  dianggap menindas kebebasan berpikir para kaum intelektual dan merampas hasil bumi pertanian milik petani-petani kecil di Rusia dengan dalih atas nama negara dan pada tahun 1922 tanpa sungkan-sungkan Sorokin menyatakan bahwa dirinya anti-Bolshevik. Lenin sangat geram dengan pernyataan Sorokin sebagai tokoh intelektual Rusia yang dianggap kontra revolusi sekaligus memberi cap sebagai pemberontak negara yang anti sosialisme-komunisme ala Marx yang selama ini diperjuangkan Lenin. Sorokin sadar akan jiwanya yang makin terancam karena Lenin segera mengirim agen dinas polisi rahasia untuk menangkap dan membunuh Sorokin di seantero wilayah Rusia. Hal tersebut memaksa Sorokin untuk melarikan diri, meninggalkan daratan Rusia dan segera berimigrasi ke tanah harapan baru yaitu Amerika Serikat pada tahun 1923. Sorokin mendapat naturalisasi kewarganegaraan Amerika Serikat pada tahun 1930. Sorokin menganggap sosialisme-komunisme ala Marx yang dicita-citakan Lenin kala itu (Marxisme ortodoks) adalah mimpi buruk bagi rakyat Rusia karena gaya pemerintahan Lenin yang lebih mengedepankan konflik, terror, pembunuhan, dan penindasan atas nama kekuasaan negara yang tidak terbatas.

Gambar sosiolog Rusia Pitrim A. Sorokin:

 
Kedatangan Pitrim A. Sorokin di Amerika Serikat membawa angin harapan baru terhadap keterbukaan pemikiran intelektual yang selama ini diperjuangkan oleh Sorokin. Sorokin selama di Amerika Serikat melanjutkan karier akademisinya sebagai seorang dosen (professor sosiologi) yang mengajar di beberapa universitas bergengsi di Amerika Serikat seperti University of Minnesota dan juga Harvard University. Sorokin mempunyai jasa sangat besar bagi perkembangan ilmu sosiologi di Amerika Serikat, (jurusan sosiologi di Amerika Serikat sudah dulu ada di University of Kansas pada  tahun 1889 dan University of Chicago pada tahun 1892) berkat Sorokin maka Universitas Harvard pada tahun 1930 mempunyai jurusan baru ketika itu yaitu jurusan sosiologi yang dirintis dan dibangun atas ide dari Sorokin bersama rekan-rekan koleganya selama aktif mengajar di Harvard terutama Talcot Parsons yang diangkat oleh Sorokin sebagai instruktur sosiologi di Universitas Harvard. Pitrim A. Sorokin sebagai ketua jurusan sosiologi di Universitas Harvard sangat kental dalam tradisi ilmu statistik social (kuantitatif) di dalam penjabaran ilmu sosiologi sehingga melekatkan image bahwa jurusan sosiologi di Universitas Harvard tidak bisa lepas dari tradisi penelitian kuantitatif-nya. (ketika itu terjadi persaingan akademik diantara Universitas Chicago (The Chicago School) yang mengusung tradisi kualitatif melalui teori interaksionisme simbolik yang sangat kokoh kedudukannya sebagai ketua ‘American Sociological Association’ sekaligus pengelola ‘American Journal of Sociology’ yang berseberangan dengan Universitas Harvard (The Harvard School) yang berusaha mengikis hegemoni kekuasaan akademik sosiologi tradisi The Chicago School di Amerika Serikat dengan mengusung tradisi kuantitatif/statistik  terutama melalui teori fungsionalisme structural-nya hingga membuat jurnal tandingan yaitu ‘American Journal Review’). Karier puncak Sorokin sebagai wakil dari Harvard adalah ketika beliau berhasil terpilih menjadi president ‘American Sociological Associationpada tahun 1965. Sorokin banyak melakukan publikasi yang berkaitan dengan kelas social, perubahan social, kehidupan komunitas rural. Konsep pemikiran Sorokin yang terkenal adalah Social and Cultural Dynamics (4 vol., 1937–41; rev. and abridged ed. 1957) mengenai teori siklus social perubahan social yang menganggap bahwa semua peradaban berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang terus berjalan tanpa akhir. yaitu:
-          a. Ideational Culture adalah kebudayaan yang didasari nilai kepercayaan terhadap supernatural (spiritual).
-          b. Sensational Culture adalah indera menjadi tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup (material).
-     c. Idealistic Culture adalah kepercayaan terhadap supernatural dan fakta rasionalitas serta menciptakan tatanan masyarakat yang ideal (sintesis spiritual dan material).

Tradisi Harvard sangat jelas terpengaruh dari pemikiran sosiolog klasik Perancis seperti; Saint Simon (1760-1825), Auguste Comte (1798-1857), dan Emile Durkheim (1858-1917)  yang tidak menyukai ketidakstabilan social atau terkenal dengan istilah kontra-revolusi dengan mengunakan metodologi penelitian statistik social (kuantitatif) melalui survey. Pandangan sosiolog klasik asal Perancis yakni Emile Durkheim sangat jelas ketika melihat fakta social sebagai kekuatan melalui peraturan, norma, hukum, agama dengan tujuan untuk menertibkan masyarakat agar terhindar dari chaos (kerusuhan). Keteraturan social (social order) menjadi kunci di dalam membahas pemikiran Durkheim. Pendekatan konflik ala Marx justru sangat dihindari di dalam tradisi Harvard. Tradisi Harvard pada saat itu lebih mengutamakan integritas dan tertib sosial. Universitas Harvard yang terletak di Cambridge, Massachusetts merupakan termasuk universitas tertua di Amerika Serikat yang berdiri sejak tahun 1636.

Gambar salah satu sudut di Universitas Harvard, Amerika Serikat:






Tokoh-tokoh penting ‘The Harvard School’:
-Kingsley Davis dan Wilbert Moore
Fungsionalisme Struktural memandang masyarakat sebagai satu kesatuan system yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Fungsionalisme Struktural sangat menentang adanya konflik social yang dianggap justru merugikan masyarakat. Teori stratifikasi social dibangun oleh Kongsley Davis dan Wilbert Moore juga menjelaskan mengenai posisi-posisi social yang penting diduduki di dalam menjaga ketertiban sosial dan solidaritas social masyarakat.

-Talcot Parsons
Parsons menggagas teori fungsionalisme structural dalam bukunya yaitu The Social System (1951) dan Parsons juga membangun teori aksi atau teori tindakan dalam bukunya The Structure of Social Action (1937). Menurut Parsons bahwa system social di dalam masyarakat bisa berhasil jika mengedepankan adaptasi, pencapaian tujuan, Integrasi, dan Latensi/pemeliharaan pola. Teori Parsons mengenai system social meliputi: sistem budaya, sistem social, sistem personality, dan sistem organisme.

-Robert King Merton
Robert K. Merton adalah pengagum Pitrim Sorokin sekaligus murid Talcot Parsons di Harvard dulu walaupun secara garis pemikiran mereka saling berseberangan jauh. Merton berusaha menafsir ulang pemikiran Durkheim dengan memberi masukan pemikiran mengenai “disfungsi” yang artinya tidak semua system social mempunyai fungsi karena terkadang keberadaan system social juga memiliki disfungsi (tidak berfungsi) bagi kelompok yang lain karena keberadaan manusia tidak boleh dikorbankan demi langgengnya sebuah peraturan. Selain itu, Robert K. Merton juga menjelaskan mengenai perangkat peran (role set) terutama konsep mengenai status (posisi struktur social beserta hak dan kewajiban) dan konsep peran (tingkah laku yang diharapkan masyarakat yang menduduki status tertentu).

Kritik untuk pemikiran sosiolog aliran ‘The Harvard School’:
-     -Penelitian social melalui analisa kuantitatif (statistik social) tidak menyelami masalah secara lebih mendalam namun hanya pada tataran lingkup permukaan permasalahan saja. Selain itu, perhitungan statistik angka hanya menganggap responden sebagai obyek penelitian saja  yang tidak diberdayakan atau dibebaskan dari pengaruh hegemoni dari luar.
-    -Fungsionalisme structural hanya melanggengkan posisi-posisi status quo yang mempertahankan pengaruh kekuasaannya.
-       - Peran seseorang dalam lingkungan masyarakat tidak selalu ditempati oleh orang-orang yang memiliki prestise status social yang tinggi.
*Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sumber Referensi:
-Bernard Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.
-Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Esis.