Artikel

Jumat, 29 Juni 2012

“POSTMODERN THINKERS”


Peletak Pemikiran Postmodern "Friedrich Nietzsche"


Ditulis oleh: Nur Bintang*


"Saya akan menjelaskan pemahaman mengenai "Postmodern" secara ringkas. Diharapkan agar mudah untuk dimengerti oleh para pembaca sekalian sebagai sesama orang yang masih terus untuk belajar bersama-sama. Pernah suatu saat saya memposting tulisan yang cukup berat, padat, dan penuh bahasa istilah-istilah filsafat malah akhirnya justru membingungkan para pembaca. Pengalaman tersebut memberi pelajaran kepada saya untuk bisa menyederhanakan tulisan agar mudah dipahami serta ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana. Intinya, tulisan saya bisa dimengerti oleh pembaca yang awam sekalipun. Semoga..."

Arti Postmodern: Postmodernisme lahir di tengah kondisi era modernisasi sekarang yang tidak menentu. Segala hal yang berbau modern pasti disangkut pautkan dengan “rasionalitas”, “teknosentris”, dan “positivistik” yang diharapkan dapat memberikan tatanan perubahan social yang membangun peradaban demi mencapai kesejahteraan manusia. Namun seiring perkembangan zaman peradaban manusia ternyata “rasionalitas” dan "teknologi" yang selalu dianggap kiblat oleh kaum modernisme itu ternyata tidak memberikan kontribusi dalam menyejahterakan masyarakat justru perkembangan modernisme era sekarang dianggap telah banyak memakan korban sosial karena telah menurunkan harkat dan diri manusia selayaknya. Keangkuhan modernisme yang berbau “rasionalitas” dan "teknologi" ini digugat oleh postmodernisme. Bisa dianggap kehadiran postmodernis berperan aktif untuk mengkritik habis-habisan modernisme yang selama ini dianggap angkuh karena telah menciptakan kesenjangan ekonomi dan kemiskinan, rasisme, pengangguran, kesenjangan sosial, ancaman perang teknologi yaitu senjata nuklir dan senjata biologis, dehumanisasi akibat pengaruh gaya hidup modern seperti hedonisme dan konsumerisme, peran sosial manusia yang tergerus dan tergantikan oleh keberadaan cyborg (robot buatan). Modernisme dianggap oleh para filsuf postmodernis hanya berpihak kepada pemegang kepentingan elite kekuasaan, dan cenderung tidak mempedulikan sisi spiritual mistik dan metafisik serta hanya berfokus pada atribut fisik manusia semata. Post modernisme hadir untuk menolak penyeragaman yang dilakukan oleh modernisme (anti-sentralistik). Keberagaman adalah hal unik oleh sebab itu postmodernisme menentang adanya kebenaran absolut tunggal. Sebutan bagi masyarakat postmodern menurut tokoh filsuf postmodern asal Perancis yakni Jean Baudrillard adalah masyarakat yang mulai berubah dari pemanfaatan konsumsi asas manfaat nilai produksi dari segi faktor ekonomi menjadi asas pemanfaatan konsumsi “symbol” atau “tanda”. Penulis akan memberikan contoh soal pemakaian produk tas yang bermerk “GUCCI” atau jam tangan yang bermerk “ROLEX” di masyarakat bisa dianggap mempunyai simbol kelas elite sosial (kelas atas) tertentu karena penggunaan terhadap produk tersebut akan menaikan citra status sosial dari pemakainya. Nilai asas manfaat dari suatu barang telah hilang dan bergeser menjadi cita rasa gengsi sosial dari pemakainya. 

NIHILISME sebagai landasan pemikiran sosiologi Postmodernisme: "Nihilisme" mempunyai arti kata nihil, nol, atau tidak ada kebenaran mutlak. Doktrin filsafat sosial ini berasal dari Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900) seorang filsuf Jerman yang karya-karyanya sangat dikagumi oleh pemimpin fasisme Nazi Jerman kala itu yakni Adolf Hitler. "Nihilisme"  merupakan filsafat yang menolak satu atau lebih makna aspek kehidupan bahwa hidup adalah tanpa makna obyektif atau nilai intrinsik. Nilai moral adalah sesuatu yang abstrak jadi semuanya bernilai "nol". Friedrich Nietzsche  melakukan dekonstruksi (pembongkaran) terhadap alkitab (yang dimana dekonstruksi yang dilakukan Nietzsche ini dimetodologikan oleh Derrida, seorang tokoh Postmodern dari Perancis). Nietzsche mencetuskan istilah "Runtuhnya Peradaban Barat" dan menganggap keimanan agama dalam 'science' (logosentrisme) menghasilkan kebenaran absolut yang hanya menghasilkan "intelektual mental budak". Nietzsche mengumandangkan tesis "Tuhan sudah mati" (God is dead) dan tesis "Manusia Super" (Superman) yang mengguncang Eropa waktu itu. Nietzsche percaya terhadap spirit pemikiran masa depan (hidup 100 tahun) maksudnya pemikiran Nietzsche yang kontroversial dan dihujat kaum agamawan di Eropa pada suatu saat akan terbukti kebenarannya selama 100 tahun ke depan. Inti pemikiran dari tesis "Manusia Super" yang dicetuskan Nietzsche adalah "jangan takut pada pengetahuan, mitos, ajaran keagamaan yang belum diketahui kebenarannya". Jangan mempunyai jiwa spirit "mentalitas budak" atau "skaleven mentalitat" tetapi lawanlah logosentrisme ilmu pengetahuan dengan mengubah diri sendiri menjadi "mentalitas tuan" atau "heren mentalitat". Karya pemikiran Nietzsche yang fenomenal adalah "The Spoke of Zarathustra" atau "Sabda Zarathustra" yang inti pemikirannya adalah "jangan percaya pada kata agama, kata nabi, tetapilah percayalah apa kata saya". Nietzsche menganggap bahwa makna kata "TUHAN" tidak dapat didefinisikan oleh kata-kata karena konsep kata mengenai "Tuhan" justru akan mengkerdilkan makna besar dari arti nama "Tuhan" itu sendiri. Friedrich Nietzsche selama sisa hidupnya lebih banyak mengembara singgah ke beberapa tempat untuk berpikir ide dan menulis. Gaji pensiunan sebagai seorang pengajar tidaklah cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari. Nietzche sendiri meninggal dalam kondisi mengenaskan karena mengalami kegilaan (gangguan sakit jiwa) dan menderita penyakit syphilis. Pemikiran Nietzche sampai saat ini sangat dihormati di negeri asalnya, Jerman bahkan hingga sekarangpun masih dikenang oleh banyak akademisi sebagai landasan filsafat yang penuh kontroversial dan mampu mengguncang dunia filsafat hingga sampai saat ini.












FOUNDING FATHER (tokoh Post-Modernisme, Post-Strukturalisme dan Post-Kolonial): Postmodernisme, Post strukturalisme, dan Post-kolonialisme (Kritis, skeptis, dan dekonstruktif) umumnya cenderung kepada teori linguistik dari "Strukturalisme" yang dibangun Ferdinand Saussure yang memahami struktur dan sistem bahasa bersifat stabil dan tertutup, C. Levi-Strauss ingin meminggirkan manusia sebagai subjek, dan mencari penyebab struktural di balik subjek itu, yang kemudian berkembang kepada "Post-Strukturalis" pada "teori wacana" yang diusung oleh Michel Foucault yang menganggap rangkaian kata dalam teks dapat memproduksi sesuatu yang lain. Perluasan dimensi makna kata akan mempengaruhi sistem sosial budaya manusia hingga sampai berpengaruh kepada pikiran manusia ex: kata label "pintar" yang ditujukan pada seseorang akan mempengaruhi orang tersebut untuk berperilaku dan berpikir seperti seorang intelektual yang dianggap pintar serta menunjukkan kekuasaan ilmu pengetahuannya sebagai orang pintar ketika berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap bodoh sedangkan kata label "bodoh" yang ditujukan kepada seseorang akan mempengaruhi orang tersebut untuk berperilaku dan berpikir seperti orang yang dianggap bodoh sehingga cenderung bersikap inferior/ merasa tidak memiliki kekuasaan ilmu pengetahuan bila berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap pintar. Lazimnya teori Strukturalis dan teori Poststrukturalis dilakukan melalui analisis wacana (discourse analysis): hermeunetika (menafsirkan teks secara kritis) dan semiotika (sistem tanda komunikasi). "Postmodern" juga melakukan pendekatan yang serupa melalui analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) yakni membongkar wacana dominan (dekonstruksi) dari Derrida dengan menganggap bahwa makna itu bersifat "tidak stabil" dalam tafsir sejarah dan didekonstruksikan oleh pihak yang berkuasa saat itu ex: Si Pitung adalah pemberontak dalam sejarah penjajahan kolonial Hindia-Belanda tetapi Si Pitung dianggap sebagai sosok pahlawan (Robin Hood) bagi sejarah rakyat di Indonesia; Bahasa berbicara mengenai kekuasaan ex: adanya tahapan bahasa bertingkat dalam bahasa Jawa dan bahasa Jawa "krama inggil" dianggap sebagai "bahasa Jawa baik dan sopan" oleh Penguasa Keraton eks kerajaan Mataram di Pulau Jawa. Postmo=> Narasi Kecil, Tokoh Pemikir Sosiologi Post-Modern: Nietzsche: Runtuhnya Peradaban Barat; Michel Foucault: Relasi Kekuasaan (kegilaan, panopticon, klinik, sejarah seksualitas); Baudrillard: Consumer Society (Simulacrum); Derrida: Dekonstruksi (Madonna Connection); Lyotard: The Death of Grand Naration; Virillio: Dromology; Pierre Bourdieu: Habitus. 


Tokoh besar pemikir Post-Kolonial: Edward Said


Post-Kolonialisme berasal dari kajian lingkungan sastra di Inggris yang mempunyai spesialisasi mengkaji karya penulis dari negara-negara jajahan. Edward Said, seorang tokoh intelektual berdarah Palestina yang bermukim di Amerika Serikat dan berhasil menjadi guru besar kajian sastra di Columbia University, Amerika Serikat. Karya  Edward Said yang sangat mempengaruhi tradisi kajian pemikiran Post-Kolonial adalah melalui bukunya yang berjudul "Orientalism" dengan melihat serta memperhatikan penjajahan gaya baru melalui "sign/tanda" dari Barat (Amerika dan Eropa) ke seluruh dunia. Pendekatan yang dilakukan oleh Post-Kolonial juga menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Post Strukturalis dengan melakukan dekonstruksi (pembongkaran) dengan menelanjangi idiologi yang terselubung dibalik wacana dominan ex: "Timur" mewakili makna "bangsa Asia" dianggap memiliki warisan budaya primitif yang penuh mistik dan takhayul dengan maksud tujuan untuk membesarkan citra "Barat" yakni "bangsa Amerika dan Eropa" sebagai simbol pelopor kemajuan peradaban dunia yang mewartakan dan menyebarkan ilmu pengetahuan logika dan filsafat pencerahan ke seluruh dunia dengan tujuan untuk mewacanakan kepada dunia perihal kemajuan superioritas Barat. Jejak Post Kolonialisme dapat dilacak dengan mencari "identitas" dari masyarakat Barat penjajah (Eropa) dengan masyarakat pribumi (Inlander). Pembenaran penjajahan dilakukan "Barat" atau Eropa karena menganggap sebagai bangsa maju dan beradab dengan memperadabkan orang pribumi di negara-negara jajahan namun kenyataannya tidak demikian karena kedatangan bangsa Barat (Eropa) hanyalah untuk merampok harta dan hasil bumi dari orang-orang pribumi. Cerita sejarah tentang kejayaan Barat (Eropa) dalam menaklukan negeri-negeri jajahan yang dianggap tidak beradab dan primitif ini kemudian disusun oleh para penulis Barat ke dalam bentuk tulisan teks cerita sastra dan terkadang cerita film yang isinya mempropogandakan superioritas kemajuan "Barat" kepada dunia. Penulis-penulis pribumi dari negeri jajahan melawan "representasi kolonial" dengan membuat karya sastra untuk melawan wacana kolonial Barat terhadap masyarakat pribumi. Para penulis sastra dari negeri jajahan berusaha membentuk makna "identitas" sesungguhnya tentang masyarakat pribumi di negeri jajahan. Lazimnya penelitian ini pada bidang kesusastraan melalui analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) menafsirkan kritis dari karya-karya sastra dengan melihat subordinasi dari pola identitas relasi kekuasaan yang saling tarik-menarik dari penjajahan Barat (Eropa) terhadap masyarakat pribumi di dalam teks cerita sastra tersebut. Post kolonial mengandung tiga substansi pokok yaitu: Knowledge (inferioritas masyarakat bekas koloni jajahan), Actor (elit-elit lokal berperilaku dan berpikir seperti para kolonialis dalam interaksinya dengan masyarakat bekas jajahan), Identity (Pencitraan diri masyarakat bekas koloni jajahan sebagai masyarakat yang sedang berkembang yang masih tertinggal dari  kemajuan peradaban masyarakat dari negara-negara penjajah). Ide Post-kolonial mengenal istilah black face dan white face maksudnya orang terjajah meniru perangai orang penjajah dengan begitu maka black face dan white face adalah penjajah itu sendiri. Post kolonial terlahir sebagai kritik metodologi yang tidak menawarkan pemecahan masalah namun hanya mengkritik dan membongkar (dekonstruksi) wacana-wacana dominan termasuk pengetahuan dalam kaitannya hierarkhi kekuasaan.


Tokoh wanita pemikir Post Kolonial dari India : Gayatri Spivak



Tokoh pemikir Post-Kolonial dari India: Homi K. Bhabha


Tokoh Pemikir Post Kolonialisme: Gayatri Spivak dari India mencetuskan Subaltern Theory yaitu perkembangan konsep Gramschi mengenai pola relasi kekuasaan antara kaum yang mendominasi dan kaum yang didominasi. Kelas subaltern sebagai subyek yang mengalami tekanan, terpinggirkan/marginal, dan cenderung bersikap 'inferior'. Kaum subaltern mengalami kesulitan untuk menyampaikan aspirasinya sehingga dibutuhkan peran intelektual untuk mewakili perjuangan kaum subaltern,  Strategic Essentialsm. Spivak saat ini masih mengajar sebagai guru besar di Columbia University, Amerika Serikat; Homi. K. Bhaba, doktor kajian sastra dari India yang merupakan lulusan dari sebuah universitas terkemuka di Inggris berhasil mencetuskan Liminalitas Theory yaitu menjembatani antara ruang teori dan praktek kolonisasi (ruang antara) tempat terjadinya perubahan budaya berlangsung, pertukaran antar status, strategi kedirian personal dan komunal dapat berkembang menuju pencarian identitas tanpa akhir yang akan terus mengalami perubahan untuk menghindari posisi biner. Bhabha dikenal sebagai ilmuwan sosial, editor buku dan jurnal ilmiah, sekaligus seorang penulis spesialis tema-tema kolonial, post-kolonial, perubahan budaya dan kekuasaan, serta kosmopolitanisme. Buku karya Bhabha yang sangat fenomenal dan terkenal dalam kajian post kolonial adalah yang berjudul "Nation and Narration" dan "The Location of Culture" yang menjelaskan ruang antara budaya yang dapat berperan sebagai ruang interaksi simbolik. Bhabha saat ini aktif mengajar sebagai guru besar di Harvard University, Amerika Serikat. (Berkaitan dengan pemikiran tokoh-tokoh sosiolog dari Postmodern yang lain nanti akan penulis jelaskan satu-persatu di lain kesempatan. Posting kali ini adalah dasar postmodernisme yang penulis jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin agar langsung bisa dicerna dan dipahami oleh pembaca dan orang awam sekaligus). 


Tokoh besar pemikir Post-Modern: Jean Baudrillard



Tokoh besar pemikir Post-Strukturalisme: Michel Foucault



Tokoh besar pemikir Post-Strukturalisme: Jacques Derrida


*Kehidupan Postmodern: Kelangsungan hidup kapitalisme melalui produksi dan reproduksi makna; Komoditi: Simulakrum, simulasi, obsolesense (daur hidup komoditas diperpendek); realitas semu memunculkan “ketidaksadaran massal”; Desa global (Mc Luhan) ada dalam layar kaca (media massa televisi); Idiologi masyarakat konsumen adalah diferensiasi produk, gaya hidup, kecepatan serba instant; Industri hiburan memegang peran penting dalam produksi dan reproduksi makna; Miniaturisasi kehidupan dalam layar kaca tempat (Mc Donald, KFC, Mall, Disneyland etc.). *Kekuasaan dalam Postmodernisme: Kekuasaan terhadap bahasa: Derrida; Kekuasaan terhadap ilmu pengetahuan: Foucault; Kekuasaan terhadap objek logosentrisme ilmu pengetahuan: NietzscheKekuasaan identitas sosial konsumsi (consumer society): Baudrillard.[] 

 *Nur Bintang adalah alumnus pascasarjana sosiologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 



Sumber Referensi:  

-George Ritzer. (2009). “Teori Sosial Postmodern”. Terjemahan: Muhammad Taufik. Yogyakarta. Penerbit: Kreasi Wacana.

-I. Praptomo Baryadi. (2012). "Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan". Yogyakarta. Penerbit: Universitas Sanata Dharma.

-A. Sumarwan, "Menguak Potensi Pembebasan: Pendekatan Post Kolonial Atas Sastra Indonesia". Basis. Edisi nomor 03-04, Tahun ke 53, Maret-April 2004.

-http://www.biography.com

-http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/postcolonial.html.

-http://ihe.britishcouncil.org














Kamis, 28 Juni 2012

SEKS AMAN DI LOKALISASI (Kajian Tentang Persepsi, Sikap, Peran Induk Semang dalam Pencegahan HIV/AIDS di “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto).


Penulis:
Nur Bintang

Pembimbing: Dra. Sotyania Wardhianna., M.Kes

ABSTRACT:  AIDS now has become global problem. AIDS is abbreviation from Airquired Immunodefiency Syndrome, literally means gathering of symptom lowering of impenetrability of body obtained so that susceptible body is attacked by various other disease types. Infection problem of the existing HIV/AIDS disease not quit of change of public life style not especially in concerning behaviour of free sex and usage of needle narkoba injection among the rising generation. Modern public life style especially behaviour of free sex anables activity of susceptible prostitution spreading would of virus HIV/AIDS. Sub-Province Banyumas until month September 2007 based on information from (Tackling Comission Areas HIV/AIDS) KPAD Sub-Province Banyumas occupies highest ranking sequence second in Province Central Java for case amounts suffer HIV/AIDS. Case HIV/AIDS till now still becoming ices top of the mountain phenomenon because case amounts which had not emerged on the surface of actually a long way off more if it is compared to case HIV/AIDS which has emerged the existing. Localization “Gang Sadar” which is an localization area of the prostitution in Purwokerto and admission in area tour Baturraden and has become tourism pledge asset “ikon” in Sub-Province Banyumas. Condition of transaction of sexual service free of the commercial sex workers in localization “Gang Sadar” having opportunity very big in high risk of infection HIV/AIDS. Destination from this research to know how about perception, attitude, and role of master in prevention of HIV/AIDS in “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto. This research applies qualitative desciptive research method of qualitative. Qualitative research is meaning research comprehends phenomenon what comprehended by research subject in holistic and by the way of description in the form of word and linguistic at one particular context specially is experienced by exploting various scientific methods. Pass this qualitative researche method, expected able to know perception, attitude, and role of master in prevention of infection of HIV/AIDS in localization “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto. Data analysis applied in this researche is model data analysis interactive. Sampling for main informan in this researche done by the way of using technique purposive sampling is election technique of informan assumed by correct taboo and correctness masters problems fundamental is being checked. Main informan taken by researcher is master in “Gang Sadar” which has become member from care institute of HIV/AIDS to amount to four persons. For supporter informan is done by the way of using sampling technique accidental is that is determination technique of sample with based on consideration of researcher if looked into informan that is coincidently is met not intentionally by researcher assumed to be compatible as data source that is commercial sex worker service user men and some commercial sex workers becoming localization dweller in “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto. Observation done by researcher is participant as observer, that is researches entangles x’self directly to researche object without hiding spirit as researcher. Conclusion from this research is that female employer perception about prevention of HIV/AIDS in localization “Gang Sadar” good enough because they are permanent of opinion that HIV/AIDS is real dangerous disease and must be avoided. Position of Master to prevention of HIV/AIDS in “Gang Sadar” in general is agreing to presence of female condom as new media in prevention of HIV/AIDS in “Gang Sadar” Role of master in prevention of HIV/AIDS in “Gang Sadar” has indicated that simply not all masters in localization “Gang Sadar” follows is active and participates in following organization tackling HIV/AIDS. As suggestion from this research it’s the prevention of HIV/AIDS also needs with participation averall of form all masters without aside. Action from masters hardly required in presence response “customer” by advising and exhortation directly to every “customer”. Needs existence of attention and support from local government and local public health service to master society and Community Care about HIV/AIDS Baturraden (KPHAB) which during the time peripatetic self-supportingly to be assisted either in moriil and also materiil for the shake of execution of program-program reach and health service to child of child of mothering in localization “Gang Sadar” Baturraden.             

INTISARI: AIDS kini telah menjadi masalah global. AIDS adalah singkatan dari Arquired Immunodefiency Syndrome, yang secara harafiah berarti kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang diperoleh sehingga tubuh rentan terserang berbagai jenis penyakit lain. Persoalan penularan penyakit HIV/AIDS saat ini tidak terlepas dari perubahan gaya hidup masyarakat sekarang terutama dalam menyangkut perilaku seks bebas dan penggunaan jarum narkoba suntik di kalangan generasi muda. Gaya hidup masyarakat yang modern terutama perilaku seks bebas memungkinkan kegiatan prostitusi rentan akan penyebaran virus HIV/AIDS. Kabupaten Banyumas sampai Bulan September 2007 berdasarkan informasi dari (Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah) KPAD Kabupaten Banyumas menempati urutan ranking tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah untuk jumlah kasus pengidap HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS sampai saat ini masih menjadi fenomena puncak gunung es karena jumlah kasus yang belum muncul di permukaan sebenarnya masih jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan kasus HIV/AIDS yang sudah muncul saat ini.  Lokalisasi “Gang Sadar” yang merupakan sebuah kawasan lokalisasi prostitusi yang ada di Purwokerto yang masuk di dalam kawasan wisata Baturraden dan telah menjadi ikon aset “andalan” pariwisata di Kabupaten Banyumas. Kondisi transaksi jasa pelayanan seks bebas dari para pekerja seks komersial di lokalisasi “Gang Sadar” berpeluang sangat besar dalam resiko tinggi penularan HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi, sikap, dan peran dari induk semang dalam melakukan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS di lokalisasi “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena apa yang dipahami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang dialami dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Melalui metode penelitian kualitatif ini, diharapkan dapat mengetahui persepsi, sikap, dan peran induk semang dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di lokalisasi “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto. Analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis data model interaktif. Pengambilan sampel untuk informan utama dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan teknik purposive sampling merupakan teknik pemilihan informan yang dianggap tahu dan benar-benar menguasai pokok permasalahan yang sedang diteliti. Informan utama yang diambil oleh peneliti adalah induk semang di “Gang Sadar” yang telah menjadi anggota dari lembaga peduli HIV/AIDS yang berjumlah empat orang. Pengambilan informan pendukung dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan teknik sampling aksidental yaitu teknik penentuan sampel dengan berdasarkan pertimbangan peneliti bila dipandang informan yang kebetulan ditemui secara tidak sengaja oleh peneliti itu dianggap cocok sebagai sumber data yaitu laki-laki pengguna jasa pekerja seks komersial dan beberapa pekerja seks komersial yang menjadi penghuni lokalisasi di “Gang Sadar” tentang persepsi, sikap, peran induk semang dalam pencegahan HIV/AIDS di “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah participant as observer, yaitu peneliti melibatkan dri secara langsung kepada objek penelitian dengan tanpa menyembunyikan jati dirinya sebagai peneliti. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Persepsi Induk Semang mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS di lokalisasi “Gang Sadar” cukup baik, karena mereka tetap beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat berbahaya dan harus dihindari. Sikap induk semang terhadap pencegahan HIV/AIDS di “Gang Sadar” pada umumnya adalah setuju terhadap kehadiran kondom wanita sebagai media baru dalam pencegahan HIV/AIDS di “Gang Sadar”. Peranan induk semang dalam pencegahan HIV/AIDS di “Gang Sadar” telah menunjukkan bahwa ternyata tidak semua induk semang di lokalisasi “Gang Sadar” ikut aktif dan berpartisipasi dalam mengikuti organisasi penanggulangan HIV/AIDS. Sebagai saran dari penelitian ini sebaiknya pencegahan HIV/AIDS juga perlu dibarengi dengan partisipasi keseluruhan dari semua induk semang tanpa terkecuali. Tindakan dari induk semang sangat diperlukan dalam merespons kehadiran “pelanggan” dengan memberi nasehat dan teguran secara langsung kepada setiap “pelanggan”. Perlu adanya perhatian serta dukungan dari Pemerintah daerah serta Dinas Kesehatan setempat terhadap paguyuban induk semang dan Komunitas Peduli HIV/AIDS Baturraden (KPHAB) yang selama ini bergerak secara swadaya agar dibantu baik secara moriil maupun materiil demi lancarnya pelaksanaan program-program penjangkauan dan pelayanan kesehatan terhadap anak-anak asuh di lokalisasi “Gang Sadar” Baturraden.

Source: Jenderal Soedirman University, Indonesia. Sociology of Health. Campus Library. 


Judul:SEKS AMAN DI LOKALISASI (Kajian Tentang Persepsi, Sikap, Peran Induk
Semang dalam Pencegahan HIV/AIDS
judul (bahasa inggris):
Penulis:BINTANG, Nur
Jenis dokumen:skripsi
abstraksi:SEKS AMAN DI LOKALISASI (Kajian Tentang Persepsi, Sikap, Peran Induk
Semang dalam Pencegahan HIV/AIDS di “Gang Sadar” Baturraden Purwokerto)
abstraksi (bahasa inggris):
Penerbit:Fakultas ISIP, UNSOED
Kota:Purwokerto
Tahun:2009
Halaman:xiv, 137 hlm
Kelas:F09036
NoNama FileJenisUkuranType FileDownload
1fulltext1411.374 kbapplication/pdfdownload
2abstraksi378.456 kbapplication/pdfdownload
Silahkan login terlebih dulu untuk mendownload file ini terimakasih

PERAN KELOMPOK “BUNGA SEROJA” DALAM SASARAN PROGRAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI PASAR KEMBANG,YOGYAKARTA




Penulis
Nur Bintang
Pembimbing: Drs. Soeprapto, S.U.

ABSTRACT: This study used evaluation research method. Program evaluation is descriptive and analytic. Community program target in this research is HIV/AIDS overcoming program by female sex worker group “Bunga Seroja” over commercial sex worker in “Pasar Kembang” community in Yogyakarta. The author used ethnographic method for collecting data to observe and evaluation process of the program progress. The conclusion is that female sex worker group “Bunga Seroja” play role in HIV/AIDS overcoming program in Pasar Kembang community by empowering and educating the community that involve other parties such as Yogyakarta KPA. Culture rationalization occurred. Counseling was done by involving medical practitioner having professional education through training program will accelerate rationalization to sexual worker in “Pasar Kembang” community. Action in “Bunga Seroja” group that previously used substantive rationality action working based on social solidarity values changed to formal rational action. Recommendation from the research is to improve health access reaching through VCT mobile. To increase bargaining position of “Bunga Seroja” group, repressive action of local security should be minimized. Increase in health awareness in “Pasar Kembang” community may be done by approach of reaching volunteer selected from women in “Pasar Kembang” community. Structural conflict between Yogyakarta KPA and Yogyakarta PKBI on sanction policy strategy should be solved by involvement and listening to voice of commercial sex worker in “Pasar Kembang” community that not included in “Bunga Seroja” group to get advocation right in stakeholder forum. To reduce conflict within administrator of “Bunga Seroja” group in relation to aid distribution, the fund should not be distributed directly to “Bunga Seroja” group but entrust it to other social institution having concern to and dependable in HIV/AIDS overcoming.
INTISARI: Penelitian ini menggunakan metode riset evaluasi (evaluation research). Evaluasi program bersifat deskriptif sekaligus analitis. Studi sasaran program pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini adalah program penanggulangan HIV/AIDS oleh kelompok perempuan pekerja seks “Bunga Seroja” di komunitas “Pasar Kembang” Yogyakarta. Penulis menggunakan metode etnografi sebagai pengumpulan datanya untuk mengamati dan mengevaluasi bagaimana proses berjalannya program tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses dari peran kelompok pekerja seks “Bunga Seroja” dalam program penanggulangan penularan HIV/AIDS di komunitas “Pasar Kembang” Yogyakarta dilakukan melalui proses pendidikan oleh kelompok “Bunga Seroja” dengan melibatkan pihak luar dari perwakilan pemerintah yang dalam hal ini adalah KPA Kota Yogyakarta. Rasionalisasi budaya terjadi dalam hal ini. Penyuluhan yang berasal dari para praktisi kesehatan yang terdidik secara profesional melalui program pelatihan akan mempercepat rasionalisasi para perempuan pekerja seks di komunitas “Pasar Kembang”. Tindakan-tindakan dalam kelompok “Bunga Seroja” yang dahulu menggunakan tindakan rasionalitas substansif yang bekerja tanpa upah dengan berdasar pada nilai-nilai solidaritas sosial kini telah bergeser kepada tindakan rasional formal. Saran dari penelitian ini adalah agar penjangkauan akses kesehatan melalui klinik bergerak (VCT mobile) lebih ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan bargaining position (posisi tawar) dari kelompok “Bunga Seroja” itu sendiri maka pendekatan represif dari pihak keamanan lokal sebaiknya diminimalkan. Untuk menumbuhkan minat kesadaran kesehatan di kalangan perempuan pekerja seks di komunitas “Pasar Kembang” maka dapat dilakukan melalui pendekatan beberapa “relawan penjangkau” yang dipilih dan diseleksi dari perempuan pekerja seks di komunitas “Pasar Kembang”. Konflik struktural antara KPA Kota Yogyakarta dan PKBI Yogyakarta mengenai strategi pendekatan kebijakan sanksi seharusnya dapat diatasi dan dijembatani secara bersama-sama dengan melibatkan dan turut mendengarkan suara hati nurani dari para perempuan pekerja seks di komunitas “Pasar Kembang” terutama yang bukan berasal dari anggota kelompok “Bunga Seroja” untuk dimunculkan ke permukaan agar mendapatkan hak advokasi di dalam forum antar elemen kunci selaku stakeholder. Untuk mengurangi konflik di dalam tubuh pengurus anggota kelompok “Bunga Seroja” terkait masalah distribusi bantuan dana dalam jumlah besar yang sering terjadi maka sebaiknya dana bantuan tersebut tidak langsung didistribusikan kepada kelompok “Bunga Seroja” untuk menghindari ketegangan konflik di antara anggotanya melainkan dititipkan terlebih dahulu kepada lembaga sosial lain yang lebih concern dan terpercaya dalam penanggulangan HIV/AIDS.[]
Kata kunci
evaluasi- peran- kelompok ”Bunga Seroja”- penanggulangan- HIV/AIDS- Pasar Kembang.
Program Studi
Ilmu Sosiologi
No Inventaris
3849-H-2011
Deskripsi
xiii, 223 p., bibl., ills., 29 cm.
Bahasa
Indonesia
Jenis
Tesis
Penerbit
[Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada, 2011
Lokasi
Perpustakaan Pusat UGM
File
Dapat Dibaca di Ruang Tesis/Disertasi
* Anda dapat mengecek ketersediaan versi cetak dari penelitian ini melalui petugas kami dengan mencatat nomor inventaris di atas

Source: Gadjah Mada University, Indonesia. Social Development. Campus Library.